Spesial Chap {Dengan sayang 1}
Spesial Chap {Dengan sayang 1}
Dari kening, ciuman Jamal kini pindah ke bibir Rio, yang langsung disambut oleh cowok itu. Selama beberapa saat, adegan ciuman masih berlangsung. Keduanya merasa enggan untuk mengakhiri nikmatnya berciuman yang semakin agresif.
"Yo..." panggil Jamal. Tiba-tiba saja cowok itu menghentikan ciumannya.
"Kenapa?" Heran Rio ditengah deru napas yang sudah memburu.
"Ace-nya matiin ya, biar enak. Kalo nggak pake ace kita keluar keringet. Makin enak." Usul Jamal.
"Serah elu," jawab Rio pasrah.
Jamal tersenyum nyengir, ia beranjak dari tidur nya, lalu mengambil remote ace yang menempel pada dinding kamar, di dekat kepala dipan. Setelah menekan tombol power pada remote ace, Jamal melemparkan remote tersebut ke mana saja.
"Emang nggak panas?" Tanya Rio saat ia sudah tidak merasakan lagi udara dingin yang berasal dari ace.
"Kita kan telanjang, makin panas malah makin asik."
Rio hanya memanyunkan bibir bawah guna menanggapi kata-kata cowok itu. Ia menelan ludahnya susah payah saat melihat Jamal mulai melepaskan kaus yang ia kenakan.
Setelah melemparkan kausnya ke lantai, kemudian Jamal menghamburkan tubuhnya, lalu menindih tubuh Rio.
"Aah..." Rio mendesah sambil memejamkan mata lantaran Jamal tanpa permisi menggigit mesra bagian bawah telinganya. "Eeemm.... emhh..." kaki Rio mengejang merasakan nikmat pada sekujur tubuhnya saat lidah Jamal menari-nari di lubang telinganya.
Bersamaan dengan itu, sudah mulai terdengar deru napas Jamal yang semakin memburu.
Rio mendongakkan kepala, telapak tangannya mencengkeram punggung Jamal, pada saat Jamal menekan lidahnya mencoba menerobos masuk ke lubang telinganya lebih dalam, dengan gerakan yang agresif.
Setelah puas memanjakan telinga Rio, kemudian bibir Jamal berjalan menelusuri pipi, dan berakhir di mulut Rio.
Tanpa berpikir panjang Rio langsung membuka sedikit mulutnya, meraih bibir bawah Jamal lalu melumatnya, geresif.
Hembusan napas yang memburu menambah sensasi, menghasilkan rasa nikmat yang membuat keduanya seperti melayang-layang di udara.
"Engmh... enghm..."
"Aakh... Aakh..."
Mereka hanya mampu mengeluarkan suara lenguhan, desahan, dan terkadang kecappan, untuk mendeskripsikan bahwa apa yang tengah mereka rasakan itu, benar-benar indah.
Selama beberapa saat keduanya saling memberikan, merasakan nikmatnya berciuman. Hingga akhirnya Jamal tidak tahan, melepaskan ciuman lalu duduk di samping Rio.
Keduanya terdiam, saling bersitatap dengan dada yang bergerak naik turun akibat napas yang semakin memburu.
"Buka..." perintah Jamal sambil memegangi bagian bawah kaus Rio.
Tanpa berpikir panjang, Rio langsung menuruti kata-kata, suaminya. Menarik kausnya ke atas, hingga lolos dari tubuh nya.
Jamal menelan ludahnya susah payah, saat ia melihat tubuh Rio sudah bertelanjang dada, sama seperti dirinya. Kemudian Ia mengalihkan pandangannya pada celana kolor yang masih dikenakan oleh Rio, alu menariknya kasar, hingga celana tersebut lolos dari kaki Rio.
Deru napas Jamal semakin memburu, pergerakan dadanya, yang naik turun, semakin tidak terkontrol, saat melihat tubuh Rio tanpa mengenakan kain sehelai benang pun-- telanjang bulat.
Rio terdiam sambil menelan ludahnya susah, detak jantungnya juga tidak kalah cepat dari detak jantung milik Jamal. Sorot matanya lurus menatap Jamal yang kini sudah berdiri, sedang melepaskan celana kolor berikut celana dalam yang cowok itu kenakan.
Setelah melempar kolor, berikut celana dalam, kemudian Jamal menghamburkan tubuhnya--yang langsung disambut dengan pelukan oleh Rio.
"Gue sayang sama lu," aku Jamal dengan suara yang nyaris berbisik, dalam jarak mulut yang saling bersentuhan.
"Gue juga sayang sama elu," balas Rio. Nada bicara nya tersengal, akibat napasnya yang terengah.
"Gue cinta sama elu." Ungkap Jamal tulus.
Rio mengulas senyum. "Gue juga cinta sama lu," balasnya yakin.
Setelah mengungkapkan perasaannya masing-masing, keduanya tersenyum tipis, lalu kembali menyatukan bibir mereka-- saling melumat, saling menghisap mulut pasangannya.
Ternyata Jamal benar, ace yang dimatikan bisa menambah sensasi, menghasilkan hawa panas, membuat pergulatan mereka-- Rio dan Jamal semakin bertambah panas.
Kondisi seprei sudah sangat berantakan, akibat pergulatan agresif yang tengah mereka lakukan, selimut dan bantal juga sudah tidak beraturan lagi.
Puas dengan permainan di mulut, kemudian Jamal menurunkan kepalanya, mendekatkan wajah tepat di dada Rio. Setelah beberapa saat Jamal menatap puting susu milik Rio, kemudian cowok itu mengeluarkan lidahnya- menempelkan ujung lidahnya disana.
Remaja Rio memejamkan mata, mendongakkan kepala--merasakan nikmat saat ujung lidah Jamal menari-nari di permukaan puting susunya, dengan lincah ditambah sedikit tekanan. Membuat tubuhnya menggelinjang.
"Aaah... Aakh..." Rio mendesah, mulutnya terbuka-membentuk huruf O saat Jamal mulai menggigit, penuh agresif bagian putingnya yang berwarna hitam kecokelatan.
Menggunakan telapak tangannya Jamal meremas dada Rio hingga mengembung, mulutnya bergerak mengenyot, mengisap, sambil sedikit menariknya.
"Aaah... aaah..." rintih Rio sambil meremas kuat-kuat kepala Jamal. Pertamakali bagi Rio merasakan keindahan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, membuat tubuhnya menggelinjang, hingga harus menguatkan cengkeraman nya di kepala Jamal.
Beberapa menit kemudian, Jamal melepaskan gigitannya pada puting susu milik Rio. Dengan napas yang masih memburu, Jamal mendekatkan wajahnya-- berhadapan dengan wajah Rio.
"Yo..." panggil Jamal, dengah suara napas terengah.
Rio menelan ludah, "Hem..."
Jamal mengulas senyum, kemudian ia memeluk erat tubuh telanjang Rio-- menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher, lalu membisikkan sesuatu disana. "Kulumin punya gue mau nggak?"
Kening Rio berkerut. "Apa?"
Sambil menyembunyikan wajahnya di leher Rio, terlihat telapak tangan Jamal meraba, mencari pergelangan tangan Rio. Setelah ia menemukan apa yang ia cari, kemudian Jamal membimbing telapak tangan itu membawanya hingga sampai di pangkal selangkangan, meletakkan tepat pada benda lonjong miliknya yang sudah menegang keras.
"Mau nggak kulumin punya gue?" Ucap Jamal kembali setelah telapak tangan Rio berhasil ia bimbing--menyentuh penisnya yang sudah menegang keras.
Mengulum?
Meski hampir tiap malam ia memegang benda milik Jamal--selama empat puluh hari itu, tapi Rio belum pernah memasukkan alat vital milik Jamal ke dalam mulutnya.
Rio hanya terdiam, ia menelan ludahnya susah payah sambil merasakan benda lonjong-- yang sudah terasa sangat keras, berada di dalam genggamannya.
"Mau nggak?" Jamal menggerakkan tubuh Rio, lantaran tidak ada jawaban darinya. Lantas cowok itu mengangkat wajahnya--tersenyum nyengir, menatap wajah Rio. "Yaudah nggak apa-apa kalo masih belum mau."
Melapaskan alat vital Jamal, lantas Rio menggunakan kedua telapak tangannya membingkai wajah Jamal-- menarik perlahan kepala Jamal, kemudian-- cup!
Rio memberikan kecupan singkat di bibir Jamal.
"Gue mau." Putus Rio yang tentu saja membuat senyum Jamal mengambang.
Setelah menyampaikan itu, Rio menggulingkan tubuh Jamal, hingga membuatnya tidur terlentang menghadap langit-langit. Menggunakan kedua lututnya, Rio berjalan beberapa langkah-- hingga sampai dibagian selangkangan Jamal.
Menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya Rio hembuskan secara perlahan. Setelah beberapa saat ia mengamati alat vital milik Jamal, kemudian tangannya mengulur, meraih benda berbentuk lonjong itu, yang sedang mengacung keras-- terlihat begitu jantan dengan bulu-bulu hitam nan lebat dibagian pangkal batangnya.