Cowok Hamil

Spesial Chap {Dengan sayang 2}



Spesial Chap {Dengan sayang 2}

1Secara perlahan, sedikit demi sedikit Rio menurunkan kepalanya-- mendekatkan mulutnya pada kelelakian milik Jamal, yang sudah berada di genggamannya, menyisakan bagian kepalanya saja.     

Perlahan tapi pasti, hingga akhirnya.     

"Aaaakhh..." Jamal mendesah panjang mulutnya terbuka membentuk huruf O-- merasakan sensai nikmat, saat ia merasakan kelalaiannya, sudah berada di dalam mulut Rio. Kakinya mengejang, pantatnya mendorong ke atas agar seluruh batang alat vitalnya, masuk lebih dalam lagi. "Mentokkin Yo. "     

"Engmh... engmh...." Gumam Rio ditengah mulutnya yang sedang menghisap, sambil melumat kelelakian milik Jamal. Aroma kejantanan yang menyeruak-- berasal dari selangkangan cowok itu, membuat Rio menjadi semakin bersemangat menggerakkan mulutnya, mengeluar masukan milik Jamal, secara agresif.     

Entahlah, Rio tidak menyangka; ternyata mengulum penis Jamal rasanya benar-benar nikmat. Ia juga heran dengan dirinya, kenapa ia sangat menyukai aroma jantan yang berasal dari selangkangan Jamal.     

"Aagh... Aagh..." Jamal selalu mendesah pajang tiap kali Rio menghisap kuat, seluruh batang kejantanannya, hingga mentok sampai pada tenggorokan Rio. Pantatnya bergerak naik turun-- mengimbangi pergerakan mulut Rio yang mengeluar masukkan alat vitalnya.     

Selama beberapa menit Rio-- penuh agresif mengulum penis Jamal, membuat napas cowok itu terengah. Hingga akhirnya ia merasa kelelahan, lantas melepaskan benda lonjong dari dalam mulutnya.     

Rio berjalan merangkak, mendekati kepala Jamal, lalu menjatuhkan tubuhnya-- tidur terlentang di samping tubuh telanjang Jamal. Napasnya tersengal, dadanya bergerak naik turun, "capek gue..." keluhnya ditengah napas yang masih terdengar memburu.     

Jamal tersenyum nyengir, telapak tangannya meraih wajah Rio-- menariknya perlahan, lalu dengan lembut ia mendaratkan ciumannya di pipi cowok itu.     

"Enak Yo. gue makin sayang sama lu." Ucap Jamal ditengah ciumannyadi pipi Rio. "Gue udah nggak tahan. Gue pengen masukin sekarang aja ya," pinta Jamal. bersama dengan itu, jantungnya berdegub kencang.     

Pun dengan Rio, mendengar permintaan Jamal, detak jantung cowok itu berpacu semakin kencang. Ia terdiam sambil menelan ludahnya susah payah. Rasa takut-- akan sakit itu masih menghantui dirinya. Namun ia sudah berjanji, pantang bagi Rio untuk mengingkari janjinya. Apalagi kepada Jamal--remaja yang sudah sangat ia sayangi sekarang.     

"Tapi jangan kuat-kuat, gue masih takut sakit," mohon Rio.     

Jamal mengusung senyum, ia melepaskan ciumannya di pipi Rio, lantas menatapnya dengan tatapan penuh kasih sayang. "Gue juga nggak mau lu kesakitan. Kita coba, trus kasih tau gue kalo lu sakit."     

--Cup. Jamal mendaratkan kecupannya di kening Rio.     

Rio tersenyum nyengir, ia merasakan kedamaian di hatinya saat merasakan kecupan penuh kasih dari laki-laki itu.     

"Gue sayang sama elu."     

Setelah menyampaikan itu, kemudian Jamal berjalan merangkak-- mendekati bagian bawah tubuh Rio. Cowok itu mendudukkan dirinya tepat di tengah- tengah paha Rio yang sudah membuka.     

Jamal terdiam sambil menelan ludahnya susah payah saat melihat garis yang membelah pantat mulus milik Rio. Detik itu juga, pacuan detak jantungnya semakin cepat tak terkontrol.     

Menggunakan kedua tangannya, Jamal meraih kedua paha Rio-- membukanya lebar, lalu membimbingnya supaya menekuk.     

Seprtinya Rio sudah benar-benar pasrah. Ia mengikuti apa yang dilakukan oleh Jamal padanya, sambil memejamkan matanya.     

Merasa sedikit sulit, karena lubang milik Rio masih tertutup pantat, Jamal berinisiatif mengambil bantal yang berada di dekatnya. Setelah mendapatkan bantal, pergelangan kiri mengangkat pinggang Rio, lalu meletakan bantal tersebut tepat di bawah pinggang cowok itu. Mengganjalnya-- supaya bagian bawah pantat Rio dapat terlihat dengan jelas olehnya.     

Bersama dada yang masih bergerak naik turun-- secara perlahan Jamal membuka lebar kedua paha Rio, ia membungkuk mendekatkan wajahnya tepat di belahan pantat Rio.     

"Aaahhk..." tubu Rio mengejang ia mendesah panjang--bercampur napas yang tersengal, begitu ia merasakan Jamal sedang menenggelamkan wajah, pada belahan pantat miliknya, sambil menggerak-gerakkan kepalanya dengan tekanan. Sekujur tubuhnya seperti tersengat, merasakan nikmat di kala ujung lidah Jamal menyentuh bibir lubang miliknya.     

Geli bercampur nikmat, bersatu di bawah sana.     

Sementara di bawah sana, birahi Jamal semakin memuncak. Bulu-bulu lembut di sekitar anus, menyentuh hidungnya, membuat cowok itu semakin bersemangat untuk menekan wajahnya lebih dalam lagi.     

Kedua telapak tangan Jamal mencengkeram kedua paha Rio, sementara mulutnya menekan belahan pantatnya, mencoba menempelkan mulutnya pada bibir anus milik Rio. Jamal menumpahkan ludahnya, saat mulutnya berhasil bersentuhan dengan lubang kenikmatan yang masih terlihat sempit.     

Tidak puas hanya sekedar dengan mencium, kemudian Jamal menjulurkan lidahnya, menyapu bagian bibir anus dengan gerakan naik turun.     

Permainan lidah Jamal, semakin membuat Rio seperti melayang layang. Tubuhnya menggelinjang, kepalanya mendongak, dan matanya terpejam, menikmati ujung lidah Jamal yang sedang menari-nari lincah tepat di bibir anusnya.     

"Enghm... enghm..." desah Jamal ditengah lidahnya menyapu permukaan belahan pantat Rio.     

"Oooh..." Rio merentangkan kedua tangan sambil menarik seprei, meremasnya kuat. Sebuah kenikmatan maha dahsyat, yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.     

"Ough..." wajah Rio berkerut, ia menggigit bibir bawah ketika Jamal sedang berusaha memasukkan ujung lidah ke lubang anusnya.     

Birahi Jamal semakin tidak bisa di kontrol. Cowok itu terlihat sangat agresif. Ia menekan ujung lidahnya hingga masuk ke dalam lubang yang terasa sempit.     

Di dalam lubang anus milik Rio, ujung lidahnya menari-nari, lalu bergerak maju mundur sambil menumpahkan banyak ludah di sana.     

Permainan lidah Jamal di anus, semakin membuat Rio sesak napas. Remaja mengangkat wajahnya, melihat kepala Jamal yang masih tenggelam di belahan pantatnya, dengan adanya yang terlihat bergerak naik turun.     

Selama beberapa menit, Jamal memanjakan lubang anus milik remaja yang sangat di sayanginya. Membuat ia merasa sedikit kelelahan hingga akhirnya ia mengangkat wajahnya, lalu berdiri menggunakan kedua lutut.     

Akibat kelelahan, punggung dan dadanya sangat kentara saat bergerak naik turun. Jamal terdiam sambil menelan ludahnya susah payah. Sorot matanya lurus menatap bongkahan pantat yang baru saja ia nikmati menggunakan lidah dan mulutnya.     

Beberapa saat kemudian terlihat Jamal meludahi kedua telapak tangannya-- lalu ia gunakan ludah itu untuk melumuri batang penisnya secara merata. Dirasa sudah cukup licin, Jamal mengarahkan batang kelelakiannya pada bagian bongkahan pantat Rio.     

Secara refleks, Rio membuka lebar kedua pahanya saat melihat Jamal siap memasukkan penis nya pada lubang anusnya. Jantungnya berdebar semakin kencang.     

"Pelan..." lirih Rio saat ujung kepala penis Jamal mulai bersentuhan dengan bibir anusnya.     

Jamal menelan ludah. "Iyah..." balasnya ditengah napasnya yang terengah.     

Jamal menggigit bibir bawahnya, sorot matanya melihat kepala penisnya yang sudah menempel tepat pada lubang sempit-- sumber kenikmatan. "Engh..." desah Jamal sambil mendorong kedepan pantatnya, berusaha menerobos masuk anus Rio. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati lantaran tidak ingin Rio merasakan sakit.     

"Aah..." Rio memejamkan mata, ia mulai merasakan benda lonjong itu menekan pertahanannya.     

Jamal menghentikan sesaat aktivitas dorongan pada pantatnya, ia tidak ingin terburu-buru menerobos karena pasti akan membuat Rio kesakitan.     

Setelah beberapa saat terdiam, Jamal melanjutkan kembali mendorong pantatnya, sambil melihat ekspresi wajah Rio yang sedang meringis. Entah apa yang ia rasakan.     

Lantaran tidak ada respon apapun dari Rio, cowok itu kembali mencoba mendorong pantatnya, sedikit demi sedikit hingga kepala penisnya sudah tenggelam masuk pada lubang sempit Rio.     

"Aaakh..." Rio merintih, ia merasakan sedikit ngilu, dan seperti ada yang mengganjal bagian dalam lubang anusnya.     

Ludah yang melumuri batang penis Jamal dan bibir anus Rio sangat membantu-- membuat Rio tidak terlalu merasakan sakit.     

Beberapa saat kemudian, Jamal kembali mendorong maju pantatnya dengan sangat perlahan. Lalu sedikit demi sedikit perlahan tapi pasti akhirnya-     

"Akh..."     

"Aaaaakh...." rintih Rio saat seluruh batang penis Jamal berhasil masuk memenuhi lubang anusnya. Tubuhnya menggelinjang, wajahnya berkerut menahan sakit seperti tersengat aliran listrik.     

"Aakh..." Jamal mendongakkan kepala, mulutnya terbuka, dan matanya terpejam. Ia merasakan hangat bercampur nikmat saat lubang sempit Rio seperti menjepit batang penisnya. Beberapa detik kemudian Jamal menghamburkan tubuhnya, menindih tubuh telanjang Rio.     

"Sakit enggak..." tanya Jamal sambil menekan pantatnya, merasakan nikmat pada seluruh batang penisnya.     

"Dikiiit..." Rio menggigit bibir bawah, telapak tangannya memeluk erat tubuh Jamal yang sedang menindihnya. Ia mengangkat kedua kakinya lalu memeluk pinggang Jamal menggunakan kakinya. Rasa sakit yang tengah ia rasakan, membuat penisnya yang mulanya keras, perlahan kembali melemas.     

"Lama-lama juga enggak sakit." Jamal kembali memanjakan telinga Rio, sambil menggerak-gerakkan pinggul nya, mencari nyaman pada penisnya supaya lebih leluasa bergerak.     

"Ahhk..." rasa sakit pada lubang anusnya sedikit terobati dengan permainan lidah Jamal di telinganya.     

Sambil menggoyang pantatnya maju mundur, Jamal menurunkan kepalanya hingga di bagian dada Rio-- lalu melahap kembali puting dada milik Rio--di bawah sana pantatnya mulai bergerak maju mundur dengan leluasa.     

"Enghm.... Enghm..." Jamal kembali mendesah sambil mengenyot agersif dada Rio-- membuat yang dikenyot mulai terangsang kembali.     

Yang dikatakan sama Jamal benar, lama-lama rasa sakit yang dirasakan Rio mulai menghilang-- akibat servis mulut Jamal di dadanya, ditambah pergerakan pantat dan pinggul Jamal yang ber-irama.     

Secara perlahan, penis Rio yang mulanya lemas kini mulai berkedut, sedikit demi sedikit, hingga akhirnya penis Rio menegang sempurna.     

"Aaaaaah... Jamal..." ucap Rio sambil mencengkeram kepala Jamal. "Yah..." Jamal melepaskan kenyotannya, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Rio.     

"Iya?" sahut Jamal ditengah desahan nya. Pinggulnya tidak berhenti bergoyang.     

"Dorong yang kuat..." lirih Rio.     

"Yakin," heran Jamal. Ia menghentikan pergerakan pantat nya.     

"Iyah..."     

"Eengh.. " desah Jamal sambil mendorong kuat pantatnya.     

"Lagi... yang kuat. "     

"Enghm..." Jamal menambah tekanan pada pantatnya. Penisnya makin tenggelam lebih dalam pada lubang anus Rio.     

Senyumnya Jamal menyeringai saat melihat ekspresi wajah Rio seperti merasakan nikmat ketika ia mendorong kuat pantatnya.     

Tidak ingin menyiakan kesempatan, Jamal semakin kuat mendorong pantatnya, bergerak maju mundur--membuat yang di bawah sana--penisnya, keluar masuk dari dalam lubang anus Rio.     

Anehnya rasa sakit yang di rasakan oleh Rio kini benar-benar hilang. Semakin Jamal mempercepat gerakan pantatnya, Rio malah semakin merasakan nikmat.     

"Aaakh... Aaakh..."     

"Oogh... oagh..."     

Keduanya mendesah secara bersamaan sambil saling berpelukan erat-- menikmati tubuh mereka yang sedang menyatu.     

Ace yang dimatikan oleh Jamal, menambah panas suasana yang sudah semakin panas. Membust tubuh telanjang keduanya sudah semakin basah, bersimbah keringat dingin yang terus saja keluar membanjirnya.     

Selama beberapa menit keduanya bergulat. Saling peluk, saling cium dan saling menikmati penyatuan tubuh mereka.     

Beberapa menit kemudian Jamal mulai menggerakkan pantatnya tanpa jeda. Semakin cepat dan semakin membuat Rio mengejang dan tubuh terhentak- hentak.     

"Oghhh... ogh..." Jamal kembali mendesah saat ia mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai klimaks.     

"Oooogh..." tidak hanya Jamal, Rio juga merasakan hal sama. Telapak tangannya menyelusup masuk melalui sela tubuh Jamal yang sedang menindih nya. Lalu berjalan meraba menuju alat vitalnya-lalu menggenggam nya erat.     

"Ogh... Yo, gue mau keluar..." ucap Jamal di tengah desahannya.     

"Gue juga," balas Rio, sambil menaik-turunkan telapak tangan yang sedang menggenggam batang penisnya.     

"Aakgh.... aakgh... Aaghh..." Jamal mempercepat pergerakan pantatnya.     

"Aagh... agh..." Rio juga mempercepat pergerakan tangannya.     

Secara bersamaan keduanya mendesah. Jamal semakin cepat menggoyangkan pinggulnya sedangkan Rio mempercepat pergelangannya. Hingga akhirnya     

"Aaaaghh... aaaaagh.... aghaaa..... aaaaaghh..." Rio mendesah panjang saat merasakan nikmat-- ditengah cairan kental yang keluar dari lubang kepala penisnya, memuncrat berceceran di bagian perut Jamal.     

"Aaaakh..." menyusl Jamal. Ia juga mengerang panjang sambil menekan kuat pantatnya-- menumpahkan cairan sperma di dalam lubang anus milik Rio.     

Jamal melemaskan tubuhnya, memeluk erat tubuh Rio yang sudah lebih dulu terkulai lemas setelah mencapai puncak orgasme-- puncak kenikmatan yang tiada tara.     

Keduanya terdiam, sambil menstabilkan detak jantung dan deru napas yang memburu. Terlihat pantat Jamal masih bergerak maju mundur-- menekan- nekan penisnya di dalam lubang anus Rio-- mengeluarkan cairan kenikmatan yang masih tersisa.     

Beberapa saat kemudian, "Akh..." Jamal mencabut penisnya dari lubang milik Rio. Ia menghamburkan tubuhnya tidur terlentang menghadap langit-langit tepat di samping Rio.     

Hening.     

Keduanya terdiam setelah adegan panas yang baru saja mereka lakukan. Di lihat dari deru napas yang masih memburu, dan dada yang naik turun mereka-- sudah dipastikan kalau keduanya masih merasa kelelahan. Tubuh mereka juga masih terlihat basah karena keringat dingin.     

"Yo..." panggil Jamal memecah keheningan.     

"Hem," sahut Rio.     

Jamal beranjak dari tidurnya, duduk menyandar pada kepala ranjang. Telapak tangannya mengulur meraih lengan Rio--menariknya perlahan untuk mengajaknya duduk di sebelahnya.     

"Gue sayang sama elu. Sayang banget." Ucap Jamal setelah Rio sudah duduk menyandar di kepala ranjang. Ia meraih kepala Rio lalu menidurkan kepala itu di pundaknya.     

Rio hanya pasrah. Pundak Jamal juga sudah menjadi tempat yang paling nyaman versi Rio untuk menyandarkan dirinya.     

"Makasih, lu udah bener-bener ngasih semua yang gue pingin." Dengan lembut telapak tangannya mengusap kepala Rio.     

"Gue juga sayang sama elu." Balas Rio, sambil memeluk erat dada bidang Jamal. Entahlah, Rio sudah tidak ada perasaan gengsi atau canggung lagi ketika bersama Jamal.     

"Maafin gue ya Yo."     

"Maaf?" Heran Rio tanpa menatap wajah Jamal. "Kenapa"     

"Maafin masa lalu gue. Gue bener-bener busuk. Dan lu udah bikin gue sadar. Kadang gue ngerasa nggak pantes buat di sayang sama elu. Lu terlalu baik. Kalo gue tau bakal sayang banget sama elu, gue pasti nggak akan bejat, dulu."     

Setelah menyampaikan itu Jamal mendaratkan ciumannya di puncak kepala Rio.     

"Semua orang punya masa lalu. Lagian kan gue hidup sama elu di masa sekarang. Bukan masa lalu."     

Pernyataan Rio membuat senyum Jamal mengusung senyum, merasakan desir-desir yang belum pernah ia rasakan pada siapapun.     

Cowok itu tertegun.     

"Tapi gue beruntung. Soalnya lu udah tahu busuk nya gue lebih dulu. Coba kalo misalnya lu belum tau, pasti gue nggak tenang. Gue bakalan ketakutan." Jamal menghela napas panjang sebelum akhirnya melanjutkan. "Takut lu ninggalin gue."     

Rio hanya tersenyum simpul menanggapi kata-kata Jamal barusan. Cowok itu semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh telanjang Jamal, seolah tidak ingin melepaskannya.     

"Kalo boleh jujur, gue juga ngerasa beruntung bisa deket ama elu."     

Jamal tersenyum nyengir, ia semakin menekan ciuman penuh kasihnya di puncak kepala Rio.     

"Jamal..." panggil Rio kemudian.     

"Hem," sahut Jamal.     

Rio mengangkat kepalanya, lalu menatap lekat wajah Jamal. "G-gue pingin lagi..." ucap Rio dengan suara yang berbisik.     

"Hah... serius?" Heran Jamal seolah tidak percaya. Senyumnya mengambang saat melihat Rio menganggukkan kepalanya, meski terkesan ragu- ragu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.