Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Radius



Radius

3Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia terlihat sedang berpikir dengan serius. Aku tak tahu apa rencananya mengajak Rilley bicara dan mungkin saja aku sedang menghancurkannya karena bertanya tentang keberadaan bundaku sebelum melihat arah pembicaraan mereka lebih dulu.     

"Kasih kita jawaban yang beresiko." ujar Astro tanpa mengalihkan tatapan dari Rilley.     

"Data Danastri udah dihapus bertahun lalu." ujar Rilley dengan tatapan tenang.     

"Bercanda kan kamu?"     

Rilley menggeleng, "Itu dugaan yang paling masuk akal karena saya atau Kyle ga bisa nemu jejaknya. Saya ga bisa mastiin siapa yang ngapus data ka ..."     

"Bukan papa kamu?"     

Pupil mata Rilley bergetar dalam sedetik waktu yang terlewat walau dia segera mengedipkan mata dan menatap kami berdua dengan tatapan yang kembali tenang, "Jadi kalian emang curiga papa yang nyimpen data."     

Lalu hening di antara kami. Jika bukan karena Kyle datang ke dapur sambil menenteng beberapa kantong, mungkin kami hanya akan saling menatap dalam diam dan mencoba membaca pikiran yang lainnya.     

"Kalian mau makan sekarang? Tadi ada yang nganter delivery, tapi Jian lagi keliling." ujar Kyle sambil menghampiri kami dan meletakkan kantong-kantong di tangannya ke atas meja makan.     

"Biar saya tes dulu makanannya." ujar Rilley sambil bangkit dan menjauh dari dapur.     

"Kenapa? Kyle ngelewatin sesuatu?" Kyle bertanya sambil menatapku dan Astro bergantian.     

"Aku ... abis nanya soal bundaku ke Rilley. Dia ngaku Pak Bruce itu papanya, tapi ..."     

"Nanti aja dibahas lagi. Kita tunggu Rilley." ujar Astro yang memotong kalimatku.     

Kyle duduk di sisiku yang lain dan menatap kami bergantian, "Harusnya kalian tunggu Kyle."     

"Sorry, aku kebawa suasana." ujarku.     

Kyle mengangguk dan membongkar berbagai makanan dari kantongnya, lalu merapikannya di atas meja makan. Sedangkan aku bangkit dan menghampiri rak perkakas untuk mengambil perlengkapan makan, lalu meletakkannya di meja.     

Rilley datang tak lama kemudian dengan sebuah kotak di tangannya. Dia mengambil tujuh mangkok kecil dan duduk di kursi yang sesaat lalu ditinggalkan olehnya, lalu membongkar kotak itu. Dia menuang sedikit cairan dari berbagai masakan ke mangkok terpisah dan mengetes masing-masing jenis dengan strip alat uji coba yang mirip dengan testpack untuk menguji kehamilan.     

"Itu strip buat tes kadar sianida. Kalau berubah merah berarti ada kadar sianida berlebih dan kita ga boleh makan." ujar Astro sambil memperhatikan Rilley bekerja.     

"Kamu tau dari mana?" aku bertanya.     

"Kakek bawa yang sama kayak gitu ke mana-mana. Mungkin opa juga, tapi kamu ga pernah merhatiin."     

Begitukah?     

"Sianida adalah salah satu jenis racun yang paling toksik dan bereaksi paling cepet buat manusia atau hewan. Buat manusia, dosis oral sianida yang bisa ngebunuh sekitar 0,5 - 3,5 mg.kg-1 berat badan. Itu menurut Food Standar Australia di tahun 2008. Sianida dosis rendah bisa Nona temuin di produk makanan, rokok, asap kendaraan bermotor dan limbah industri. Dengan dosis lebih rendah sekitar 0,5-2,5 mg.kg-1, sianida bisa bunuh hampir semua spesies hewan cuma dalam waktu beberapa menit setelah ditelan." ujar Rilley sambil terus memperhatikan masing-masing strip di setiap mangkok.     

Aku terkejut mendengarnya hingga menutup mulut dengan tangan. Terlebih saat melihat tiga dari tujuh strip sedang berubah warna menjadi merah hanya dalam waktu beberapa menit.     

"Kalian beli ini di mana?" Kyle bertanya sambil mengamit sebuah pistol dari punggungnya.     

Aku menoleh untuk menatap Astro, dia sedang mengecek handphonenya dan memperlihatkan kami sebuah restoran yang bekerja sama dengan aplikasi pesan antar. Kami memang memesan semua makanan itu di restoran yang sama.     

"Mungkin ojolnya dicegat di tengah jalan." ujar Rilley sambil membereskan meja makan. "Yang empat ini aman kalau mau dimakan, tapi saya saranin jangan. Biar saya yang masak buat makan malam kita."     

Kyle mengangguk sambil mengamit handphone dari saku dan menelepon seseorang, "Gimana? Okay. Ikutin terus, jangan sampai lolos."     

"Siapa?" aku bertanya karena Kyle langsung mematikan sambungan teleponnya.     

"Warsa. Bodyguard bayangan khusus yang jaga rumah ini. Dia lagi ngikutin ojol yang nganter makanan tadi."     

Aku hampir saja tertawa, "Kamu mau bilang kalau kita diincer buat dibunuh?"     

"Mungkin. Bukannya Nona harusnya tau kalau dugaan tanpa bukti itu disebut menuduh?" Kyle bertanya sambil bangkit. "Kyle jaga di depan. Kalau ada apa-apa, jangan ragu buat pakai hadiah pernikahan kalian."     

Jantungku berdetak kencang saat melihat Kyle berjalan menjauh. Aku mengalihkan tatapan ke meja yang sedang dibersihkan. Sepertinya Rilley dan Astro akan membuang semua makanan yang kami pesan. Mereka dengan cekatan memindahkan semuanya ke tempat sampah dan saling membantu menyiapkan bahan makanan dari kulkas.     

Aku hampir saja mendengus keras, tapi aku menahan diri. Sebetulnya Astro sudah memintaku membawa pistol milikku sebelum kami keluar kamar, tapi aku menolak, sedangkan dia sudah membawa pistol miliknya dan disembunyikan di belakang punggung.     

Aku sama sekali tak menyangka akan ada kejadian seperti ini di rumahku sendiri. Kupikir skenario paling buruknya adalah aku akan bertemu dengan Om Hubert atau saudara Zenatta yang lain di sekitar lingkungan ini. Aku tak terpikirkan akal busuk mereka untuk membunuh kami dengan menggunakan makanan yang kami pesan.     

Jian masuk dari pintu belakang dengan pistol di tangannya, "Tadi ada orang aneh, tapi aku kehilangan jejak. Kalian harus hati-hati. Kyle mana?"     

"Jaga di depan. Kita harus buka rekaman CCTV rumah ini. Minta aksesnya sama Kyle." ujar Rilley sambil memindahkan berbagai sayuran yang sudah dicuci dari wastafel dan mulai memotongnya.     

Jian hanya mengangguk dan berlalu untuk menyusul Kyle. Melihat punggungnya menjauh meninggalkan sensasi berputar di perutku, juga sesak yang menyusup di dada yang membuatku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.     

"Mau ke mana?" Astro bertanya saat aku beranjak dari duduk.     

"Ngambil hadiah Kyle." ujarku sambil menjauh dari dapur.     

Astro terlihat ragu akan ikut denganku atau melanjutkan aktivitasnya menyiapkan bahan memasak, tapi aku memberinya isyarat aku akan baik-baik saja. Lagi pula aku hanya akan ke kamar dan kembali ke dapur.     

Setiap langkah menuju kamar Ayah dan Bunda yang kutempati sejak aku menginjakkan kaki di rumah ini terasa berat. Bahkan saat aku sampai di depan koper, hingga aku menutup wajah selama beberapa lama sebelum membukanya kembali dan mengambil senapan. Aku menyelipkannya di punggung dan menutupnya dengan kaos, lalu mengamit sebuah jaket sebelum ke luar kamar dan memakainya sambil menutup pintu.     

Jian sedang mengoperasikan sebuah laptop dan memutar rekaman CCTV rumah ini di meja dapur, sedangkan Astro dan Rilley sedang memasak dengan cekatan di dua tungku kompor yang berbeda. Aku menghampiri Jian dan memperhatikan rekaman yang sedang diputar sekitar satu jam yang lalu.     

Satu jam yang lalu aku dan Astro sedang berada di atap rumah dan memperhatikan senja menghilang. Ternyata ada kamera di sudut atap itu dan rekaman kami sedang berbincang terputar di layar laptop, juga terlihat saat aku mengecup bibir Astro hingga membuatku merasa malu walau Jian terlihat biasa saja.     

Selain itu, ada berbagai rekaman dari kamera yang lain yang mengelilingi rumah ini. Di pintu depan, pintu belakang, tiga kamera di dekat jalan masuk ke rumah ini, juga empat yang lain yang tersebar di berbagai sudut di luar rumah.     

"Ga ada jejak, tapi kita harus hati-hati. Siapin semua barang penting ke mobil. Kalau kita perlu pergi cepet, kita bisa langsung jalan." ujar Jian sambil menatap Astro.     

Astro mengangguk, "Makan dulu. Nanti kita atur strategi."     

"Kita harus gerak cepet. Kalau mereka berniat racunin makanan kita, harusnya mereka ga jauh. Mungkin radius lima puluh meter. Siapin senjata kalian." ujar Rilley.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.