Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Lisensi



Lisensi

3Sambungan teleponku terputus begitu saja dan membuatku panik hingga mencoba menelepon Opa beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Aku menatap Kyle dari spion tengah, tapi dia begitu fokus dengan rute perjalanan kami. Aku menoleh untuk menatap Astro, dia sedang berkutat dengan laptop di hadapannya.     

"Penerbangan ke bandara Ahmad Yani ada jam tujuh lewat sepuluh sama jam tujuh lewat lima puluh." ujar Astro tanpa mengalihkan tatapan dari laptop.     

"Bisa kita ke bandara buat ngejar pesawat Kyle?" aku bertanya pada Kyle.     

Kyle melirikku dari spion selama sedetik dan segera mengalihkan tatapannya kembali ke rute perjalanan kami, "Akan lebih aman buat Nona tetep sama Kyle. Kita tetep lewat jalur darat."     

Aku menatapnya tak percaya dan berteriak, "Opaku dalam bahaya, Kyle! Bisa-bisanya kamu lebih milih jalur darat dibanding naik pesawat buat bantu Opa?!"     

"Ada lebih dari dua lusin orang kepercayaan tuan di basecamp di Magelang, Nona. Mereka pasti tau apa yang harus mereka lakuin dan kita akan tetep telat buat nyelametin siapapun karena walau kita ngejar pesawat, kita akan butuh waktu lebih dari tiga jam dari sini. Dan kalau aja Nona lupa, Nona juga dalam bahaya sekarang."     

Aku hampir saja mendebatnya, tapi Astro mengamit lenganku dan memberiku peringatan dengan sebuah isyarat. Sepertinya dia setuju dengan Kyle dan akan percuma jika aku mendebatnya juga.     

Aku menghela napas keras dan membuang tatapan ke luar jendela. Entah sudah berapa kecepatan mobil ini dengan Kyle yang menjadi pengemudi. Aku sudah sulit memperhatikan bentuk objek apapun dari jendela karena segalanya yang berada di luar sana terlihat seperti kelebatan.     

Bayangan Astro sedang mengatupkan dan membuka kedua tangannya terlihat jelas di jendela. Aku tahu apa yang sedang dia lakukan dan aku melakukan hal yang sama.     

Aku menarik napas perlahan sambil mengatupkan kedua tangan di pangkuanku, lalu membukanya perlahan dan mengatupkannya kembali. Seperti sedang melakukan gerakan tepuk tangan dengan lambat dan tanpa suara.     

Aku membuka kedua tangan. Ada hal-hal yang tidak bisa kudapatkan. Bukan karena aku tidak bisa mendapatkannya, tapi hal itu memang bukan seharusnya menjadi milikku dan aku harus mengendalikan diri dengan sabar.     

Aku mengatupkan kedua tangan kembali. Ada hal-hal yang memang akan menjadi milikku, walau aku tidak melakukan apapun. Bukan karena aku hebat, tapi karena aku diberi kepercayaan untuk menjaga hal-hal itu jauh lebih baik dibanding orang lain. Itu disebut tanggung jawab.     

Jantungku yang berdetak kencang perlahan berirama dengan irama yang lebih lambat. Walau aku tahu pasti aku masih merasa gusar, tak rela, dan kesal dengan berbagai kalimat umpatan yang mungkin akan muncul kapan saja dari bibirku.     

Perjalanan kami panjang sekali jika menggunakan mobil. Mungkin kami baru akan sampai di rumah Oma sore atau malam hari.     

Aku mencoba memberi Oma penggilan telepon, tapi Astro merebut handphone dari tanganku dengan tatapan tajam. Dia mengaktifkan tombol speaker sambil memberi isyarat padaku untuk menurut saja padanya. Dia benar-benar menyebalkan.     

"Oma pikir Faza ga akan telpon Oma hari ini. Kemarin Faza ga telpon Oma, kan? Oma pikir Faza keasikan main." ujar Oma dengan suara lembut yang khas. Dari nada bicaranya, sepertinya Oma sedang tak bersama Opa saat ini.     

Astro berbisik di telingaku untuk berpura-pura tak ada sesuatu yang terjadi pada Opa karena kami mungkin saja akan membuat Oma panik. Dia memintaku untuk percaya saja pada orang-orang kepercayaan Opa di basecamp.     

"Faza minta maaf, Faza lupa." ujarku yang berusaha menjawab Oma dengan suara yang biasa. Ternyata sulit sekali berpura-pura saat aku sedang panik.     

Oma menggumam, "Ga pa-pa. Faza mau pulang kapan? Ketemu ga kemeja yang Oma minta waktu itu?"     

"Ada, Oma. Udah Faza masukin koper. Nanti Faza kasih Oma ya. Oma di rumah?"     

"Oma di rumah Jaya. Lagi bikin kastangel sama Nia." ujar Oma sambil tertawa kecil. "Tadinya mau minta orang kirim buat Faza, tapi Nia bilang nanti aja kita bikin kue bareng kalau Faza pulang."     

Aku menatap Astro dalam diam. Apa lagi yang harus kukatakan ada Oma jika dia melarangku memberitahu dugaan Opa sedang dalam bahaya? Aku benar-benar kesal sekali padanya.     

"Nanti Astro kabarin Oma kalau kita sempet mampir ke rumah. Kita bawa mobil kok jadi lebih fleksibel buat muter arah. Kita juga lagi jemput Sendy buat pulang bareng, nanti kita anter Sendy dulu." ujar Astro dengan nada suaranya yang biasa. Dia benar-benar pandai berpura-pura.     

"Oma tunggu kabar dari Astro ya. Astro mau ngobrol sama Nia?"     

"Boleh, Oma."     

"Hai, Anak Ibu Sayang. Kalian udah sarapan?" Ibu bertanya.     

"Belum, Bu. Boleh kita ngobrol berdua sebentar?" Astro bertanya.     

"Sebentar ya. Oma, tolong ini dikasih keju dulu nanti Nia ke sini lagi."     

Lalu hening di antara kami. Tatapan mata Astro padaku masih tajam dan mengintimidasi. Seolah sedang memintaku tak bertindak gegabah di situasi ini. Sebetulnya aku ingin sekali mendebatnya, tapi entah kenapa firasatku berkata aku harus menurutinya saat ini.     

"Gimana? Ibu di lantai dua. Ada sesuatu?"     

"Ayah di Magelang sama Opa?"     

"Iya, makanya Oma di sini Ibu ajak bikin kue. Kenapa?"     

"Ibu belum dapet kabar dari Ayah?"     

"Belum. Kenapa sih? Aneh banget kamu dari tadi nanya-nanya."     

"Astro lagi di jalan mau jemput Sendy di hotel. Nanti Astro sempetin ke rumah sebelum ke Surabaya."     

"Iya, Ibu udah tau. Tadi Ibu denger kalian ngobrol sama Oma. Kamu tau dari mana Ayah ikut Opa ke Magelang?" Ibu bertanya dengan suara lebih pelan, tapi masih jelas terdengar.     

"Tadi kita sempet nelpon Opa, tapi keputus. Nanti kabarin Astro ya, Bu. Jangan lupa. Astro mau lanjut kerja lagi ya. Love, Ibu."     

"Anak in ..."     

Telepon kami terputus karena Astro yang memutuskannya. Dia masih menatapku dengan tatapan tajam walau mengelus puncak kepalaku, yang entah kenapa membuat sesuatu yang hangat menyusup di dadaku.     

"Kita tunggu kabar, okay? Opa pasti baik-baik aja. Ada Ayah."     

Aku hanya sanggup mengangguk. Aku benar-benar tak bisa menolak idenya kali ini karena membuat Oma dan Ibu khawatir bukanlah pilihan bijak untuk diambil di saat seperti ini. Aku sudah melihat setengah lusin orang yang bekerja untuk Opa sepanjang pagi dan mereka bekerja dengan baik.     

Entah apa yang terjadi dengan Gon hingga terbatuk-batuk saat bicara denganku tadi. Mungkin kemarin dia disalahpahami. Namun dia berkata dia baik-baik saja karena Opa datang, maka mungkin dia memang baik-baik saja.     

Kami berkendara dalam diam hingga sampai di hotel tempat Kak Sendy menginap. Kami bertemu dengan Om Hanum yang meminta kami berfoto bersama, kecuali Kyle yang sengaja menunggu di mobil. Om Hanum mengunggah foto kami di akun sosial medianya dengan keterangan : Hati-hati di jalan. Nanti kita ketemu lagi ya.     

Sebetulnya aku tahu kenapa Om Hanum melakukannya. Dia mungkin sedang sengaja mengumumkan kepergian Kak Sendy dengan kami agar siapapun yang sedang berusaha mengejar kami membatalkan niatnya, tapi akan lebih baik jika aku berpura-pura tak mengerti. Lagi pula Om Hanum tak mengatakan apapun selain agar kami berhati-hati di perjalanan.     

"Hai, aku Sendy." ujar Kak Sendy saat duduk di jok sebelah kemudi dan menyodorkan tangan pada Kyle.     

"Kyle." ujar Kyle dengan senyumnya yang menawan sambil menerima uluran tangan Kak Sendy. "Bisa kita berangkat sekarang?"     

Kak Sendy mengangguk dan menoleh pada kami, "Bodyguard kalian keren."     

Aku tersenyum dan mengangguk, "Kakak yakin mau pulang bareng kita? Kita lagi kejar ga tau siapa. Tadi kita sempet bisa kabur, tapi mereka mungkin aja ketemu kita lagi nanti."     

Kak Sendy mengeluarkan sebuah pistol dari punggungnya, "Papa yang ngasih."     

"Kamu udah punya lisensi?" Astro bertanya.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.