Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Berkelit



Berkelit

0Kelebatan pohon yang kami lewati terlihat secepat semua benda yang kami lewati dengan menggunakan mobil. Aku tak yakin sudah sejauh apa jarak kami dengan siapapun yang menyerang kami sesaat lalu, tapi kami memang berlari lebih jauh ke dalam hutan yang lebih lebat.     

Area ini lebih gelap karena hanya ada sedikit cahaya matahari yang menerobos melalui dahan dan daun dari pohon yang menjulang. Aku baru terpikirkan jika bundaku sudah mengenali hutan ini sejak aku belum dilahirkan, maka mungkin hutan ini sudah ada berpuluh tahun lamanya. Mungkin sejak Opa dan Oma masih muda.     

Sial, kenapa aku baru menyadari bahwa area hutan tempat rumah pohon Bunda berada mungkin adalah milik Opa atau Oma? Seseorang tak bisa sembarangan membangun sebuah rumah pohon atau jembatan di tengah hutan antah berantah, bukan?     

Apakah hutan ini area milik Opa atau Oma? Jika benar area ini memang milik Opa atau Oma, maka siapapun yang menyerang kami tadi mungkin sudah memasuki wilayah kekuasaan Opa atau Oma? Lalu apakah akan diwariskan padaku juga?     

Napas kami yang memburu terdengar jelas di tengah derap langkah kami yang masih cepat. Tak terdengar suara tembakan atau siapapun yang memanggil kami, tapi mungkin naluri kami untuk menjauhi bahaya lah yang membuat kami terus berlari tanpa menoleh sedikitpun.     

Entah kenapa tumpukan daun dan ranting yang kami injak memberikan sensasi menyeramkan di telingaku. Suasana temaram yang mulai datang menghampiri karena kami masuk semakin dalam juga membuat bulu halusku meremang.     

Astro masih menarik tanganku dengan kencang. Aku sama sekali tak merasa keberatan dengan itu, tapi saat ini tanganku terasa kebas.     

"Se-ben-tar." ujarku terbata-bata sambil menatap Astro.     

Astro menoleh padaku, "Sebentar lagi."     

Sebentar lagi dia bilang? Ke mana? Kenapa aku tak mengerti? Dia tak pernah menyebutkan tentang tempat bersembunyi sebelum ini. Kenapa pula kalimat itu hanya terdengar seperti bisikan di telingaku?     

Aku mengikuti langkah Astro tanpa bertanya apapun lagi. Kurasa aku akan percaya saja padanya. Lagi pula apa lagi yang kumiliki selain itu?     

Pohon demi pohon kami lewati. Kak Sendy hampir saja menabrak sebuah semak, tapi dia berkelit dan terjatuh. Namun dia segera bangkit dan menyusul kami walau telapak tangannya tergores ranting tajam, ada darah mengalir di sana.     

Aku tak yakin apakah staminaku sebaik ini karena aku masih sering berolah raga selama di Surabaya atau karena vitamin yang kuminum. Aku tak merasa lelah hingga saat ini. Dadaku terasa panas dan penuh dengan adrenalin. Atau mungkin itulah yang membuatku mampu berlari sejauh ini?     

Kami sampai di sungai kecil berair jernih yang bisa kami lewati dengan mudah. Andai kami sedang tak diincar seseorang, aku akan menyempatkan diri untuk meneguk airnya sebagai pelepas dahaga.     

Suara burung di atas kepala kami membuatku mendongkak, tapi aku tak melihat satupun di antaranya. Aku justru mendapati bulir air turun perlahan. Hujan.     

Tubuh kami mulai basah. Langkahku mulai terasa berat karena ada beban cairan yang menempel di seluruh tubuhku. Aku berusaha menutupi senapan dari Rilley di balik jaket walau jaketku pun basah kuyup.     

Astro menarikku mendekat padanya dan entah bagaimana tiba-tiba kami berhenti, "Sini."     

Aku memperhatikan sekitar kami dengan teliti. Kami berada di sebuah rongga pohon yang besar. Entah bagaimana sepertinya cukup untuk menampung kami bertiga walau sedikit berdesakan. Akses masuknya hanya untuk satu orang dan tertutup dahan muda yang baru tumbuh di dekat tanah.     

Kak Sendy masuk dan membuatku masuk ke lubang yang lebih dalam, "Liat aja ada lubang begini?"     

Astro mengabaikannya dan justru menyeka air hujan dari wajahku, "Capek?"     

Yang benar saja? Apakah hanya itu yang ada di dalam pikirannya saat ini? Menanyakanku apakah aku sedang lelah di saat seperti ini bukankah pertanyaan bodoh?     

"I'm okay. Cuma ... tanganku sakit." ujarku sambil mengangkat lenganku yang masih digenggam olehnya.     

"Sorry. Aku harus bawa kamu kabur. Mereka ngincer kamu."     

Aku mengangguk dan menghela napas, "Aku tau. Aku denger dia minta aku."     

Suara seseorang yang memintaku diserahkan pada mereka masih terngiang di telingaku. Aku ingat nada suaranya, juga intonasinya. Berat dan terdengar seperti bukan seorang laki-laki yang bisa diremehkan walau aku tak melihat wajahnya.     

"Rencana kamu apa?" aku bertanya pada Astro sambil menatapi bulir hujan yang deras di luar lubang pohon ini. Tampiasnya masih mengenai tubuh kami dan ada sedikit air menggenang di sekitar kaki kami walau segera menghilang.     

"Aargh!!" teriak Kak Sendy sambil melempar sesuatu dari lengannya. Ada sebuah kelabang berukuran besar berenang menjauh dari kami entah ke mana. Kak Sendy mendongkak dan memperhatikan lubang pohon dengan tatapan jijik sambil terus menegadahkan tangannya yang terluka agar terbasuh air hujan. "Kita harus cari tempat lain. Aku ga mau mati disengat antropoda beracun di sini."     

Aku hampir saja tertawa, tapi aku menahannya. Coba lihat siapa yang dengan begitu yakin akan menerobos bahaya bersama kami berjam-jam yang lalu? Dia sedang khawatir dengan hewan beracun yang mungkin akan membunuhnya di tengah hutan antah berantah.     

"Kita tunggu reda, abis itu kita muter jalur. Sekitar dua puluh menit dari sini kita bisa nemu jalan raya kalau kita lari. Pegang pistol kalian, tapi jangan dipakai kalau ga terpaksa." ujar Astro.     

Aku hanya mengangguk sambil berusaha melirik lenganku yang tak lagi diganggam olehnya, tapi aku tak mampu melihat jam karena di sini terlalu gelap. Namun aku bisa merasakan lengan Astro memeluk pinggangku.     

"Hujannya mungkin lama." ujar Kak Sendy.     

"Labih lama lebih bagus, jejak kita bisa kehapus." ujar Astro.     

Sial!     

"Kita akan bikin jejak baru kalau hujannya berhenti. Jejak yang lebih jelas." ujarku sambil menatap Astro. "Jejak kita akan ketutup air hujan kalau kita pergi sekarang."     

Kami saling menatap selama beberapa lama sebelum mengangguk. Kak Sendy juga sepertinya setuju dengan ideku, maka kami keluar dari lubang pohon itu dan kembali menyusuri hutan. Kami tidak berlari, tapi berjalan dengan langkah panjang dan cepat sesuai ide Astro.     

"Kalian biasa ke sini?" Kak Sendy bertanya sambil terus menegadahkan tangannya untuk membasuh lukanya dengan air. Andai aku membawa salep luka di mobil bersamaku, mungkin aku sudah memberikannya padanya sejak tadi. "Kalian kayak familiar sama area ini."     

"Kita pernah main ke sini dan kebetulan area ini deket sama rumah." ujarku dengan napas yang mulai terasa berat. Aku tak akan mengatakan pada Kak Sendy bahwa ada sebuah rumah pohon di sisi lain hutan ini. "Harusnya kita udah sampai rumah dari tadi andai ga ada yang ganggu."     

"Dari jalan raya nanti kita ke mana? Kalian punya jemputan?" Kak Sendy bertanya.     

"Di deket jalan raya itu ada warung kosong. Kita bisa di sana sebentar sambil minta bantuan. Kita ke rumahku." ujar Astro.     

"Kenapa ke rumah kamu? Kita mau ke rumah Opa." ujarku.     

"Trust me (Percaya sama aku), Faza. Rumah Opa ga aman sekarang."     

Dan bagaimana mungkin rumah opaku yang mantan agen rahasia menjadi tak aman di saat seperti ini? Sepengetahuanku rumah itu adalah rumah paling aman yang bisa kami tinggali. Bagaimana mungkin Astro bisa berpikir seolah rumah Opa sudah diambil alih atau semacamnya?     

Tunggu sebentar ...     

Aku menghentikan langkah, "Kamu tau dari mana?"     

Astro mengamit lenganku dan menarikku kembali berjalan bersamanya, "Kita harus cepet."     

Aku menyentak tanganku dan membuatnya melepas lenganku, "Jawab aku, Astro! Kamu tau dari mana?!"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL INI : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.