Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Welcome



Welcome

0Astro meraih telinga dan memperlihatkan padaku sebuah alat pendengaran kecil berbentuk oval. Aku sama sekali tak memperhatikannya terpasang di telinga Astro. Aku tahu rambut Astro memang lebih panjang beberapa waktu belakangan ini, tapi sejak kapan dia memakai alat itu di telinganya? Apakah itu alat komunikasi? Dia berkomunikasi dengan siapa?     

"Kalian harus gerak cepet sebelum ketangkep. Nanti ada yang jemput kalian di jalan raya." ujar suara cepat dan dingin yang kukenali. Axelle.     

"Dia mantau kita dari tadi?" aku bertanya pada Astro karena tak yakin apakah ini alat komunikasi dua arah di mana aku bisa bertanya sesuatu pada Axelle.     

"Earpods itu ada alat pelacaknya. Aku tau kalian di mana. Kalian harus cepet gerak sebelum jejak kalian ketauan." ujar Axelle seolah bisa mendengarku bicara atau mungkin dia memang bisa mendengarku bicara.     

Astaga, kenapa pula aku baru mengetahui tentang hal ini? Aku menatapi Astro dengan tatapan kesal dan aku ingin sekali memakinya, tapi Kak Sendy sedang menatapi kami berdua dengan tatapan bingung, berminat, dan tak enak hati di saat yang sama.     

"Kamu tau Kyle di mana? Aku tadi sama Kyle, tapi aku ninggalin dia waktu ada pengganggu."     

"Aku butuh komunikasi sama Astro." ujar Axelle, yang aku tahu pasti sedang sengaja mengabaikan permintaanku.     

Aku mengamit earpods dari telinga dan mengembalikannya pada Astro. Aku langsung mengalihkan tatapan dan berjalan cepat menuju rute yang sudah kami sepakati. Aku akan menahan diri sampai waktunya tiba karena aku tak ingin berdebat dengan Astro lebih dari ini di depan Kak Sendy.     

Aku sudah tahu sejak dulu andai ada sesuatu terjadi padaku, maka Astro yang akan bertindak lebih dulu. Aku yakin dia tahu ada seseorang yang mengincarku lebih dari mengincar dirinya sendiri. Namun tak bisakah dia memberitahuku sedikit lebih banyak tentang informasi yang diketahuinya? Setidaknya, aku selalu berusaha memberitahunya semua informasi yang kumiliki.     

Air mata yang jatuh di pipiku tak akan menarik perhatian siapapun karena hujan masih mengguyur tubuh kami dengan deras. Hanya aku yang tahu karena ada sedikit rasa asin yang menyusup ke dalam mulutku karena aku hampir saja berteriak frustasi. Aku kesal sekali.     

Jika apa yang dikatakan Astro adalah benar bahwa rumah Oma tak aman saat ini, maka apa yang sebetulnya terjadi? Tak ada seorang pun yang menghubungiku dan sepanjang perjalanan kami tak ada seorangpun yang menghubungi Astro. Begitu pun dengan Kyle.     

Aku bisa mengerti jika Astro mendapatkan informasi dari Axelle melalui earpods yang terpasang di telinganya. Bagaimana dengan Kyle? Bagaimana Kyle tahu akan ada yang menunggu kami jika kami terus berkendara menggunakan mobil, tapi dia tak mendapat informasi jika rumah Oma sudah tak aman?     

Haruskah aku mengikuti rencana Astro dan Axelle? Atau tetap ke rencana semula untuk ke rumah Oma? Namun jika ada seeorang menunggu kami di tengah hutan seperti ini, bukankah itu berarti rumah Oma memang tak aman saat ini?     

Sial, semua pertanyaan ini membuat kepalaku berdenyut mengganggu.     

Astro mengamit tanganku dengan lembut, tapi aku menepisnya. Aku sedang kesal sekali. Andai tak ada hujan yang mengguyur tubuh dan membantu mendinginkan kepalaku saat ini mungkin aku sudah kehilangan jalan pikiranku.     

Astro tak lagi berusaha meraih tanganku, tapi dia berjalan di sisiku dan mengikuti irama langkah kakiku. Aku tahu Kak Sendy menatap kami berkali-kali dengan tatapan tak enak hati, tapi aku mengabaikannya.     

Kami sampai di jalan raya dengan hujan yang masih mengguyur tubuh kami. Bahkan setelah berhasil ke luar dari area hutan pun suasana masih terlihat gelap. Aku melirik jam di lenganku dengan beberapa kali kedipan mata untuk menyesuaikan penglihatanku, pukul 17.13.     

Tepat saat aku menoleh ke arah Astro untuk bertanya apa rencana kami selanjutnya, ada sebuah mobil berhenti tepat di depan kami dan tiba-tiba aku sudah di dorong masuk. Sebuah kain membelit tubuhku dan sebuah dekapan kencang yang menyesakkan menghimpit dadaku. Aku hampir saja berteriak saat seseorang yang mendekapku melonggarkan dekapannya.     

"It's okay. Kalian aman sekarang." ujar Teana dengan tatapan khawatir.     

Detik itu juga aku mengedarkan tatapanku. Aku, Astro dan Teana duduk di jok tengah mobil, dengan Pak Deri yang menjadi pengemudi dan Kak Sendy yang duduk di sisinya. Teana dengan cekatan menyodorkan sebuah handuk masing-masing satu pada Astro dan Kak Sendy dan kembali menatapku khawatir.     

"Sorry, Faza. Kita ke rumah Astro sementara sampai keadaan lebih kondusif." ujar Teana sambil menyodorkan sebotol air padaku dan membuatku menyadari kami sedang berkendara dengan kecepatan tinggi.     

Aku menggeleng untuk menolak botol itu, "Kenapa kita ga ke rumahku?"     

Teana menatap Astro dengan gamang dan kembali menatapku, "Nanti biar tante yang jelasin ke kamu."     

"Opaku ..."     

"Opa aman. Ada ... sama kakek. Oma juga aman karena di rumah om Jaya seharian."     

Aku tahu ada sesuatu yang Teana sembunyikan dariku. Namun jika keduanya aman, maka tak ada lagi yang perlu kukhawatirkan. Aku menyandarkan punggung pada punggung kursi dan memejamkan mata. Lelah sekali. Aku bahkan baru menyadari tubuhku menggigil.     

Teana mengamit senapan pemberian Rilley dari tanganku, "Kamu dapet ini dari mana?"     

"Bodyguard opa yang minjemin. Kayaknya mereka masih di hutan sambil nyari jejak kita." ujar Astro.     

Aku membuka mata dan menatap Astro. Aku ingin sekali mendengarnya bicara bahwa Kyle dan Rilley baik-baik saja, tapi entah kenapa rasanya dia juga tak tahu bagaimana keadaan keduanya. Aku tahu Kyle dan Rilley adalah agen yang terlatih, mereka tak mungkin menyerah dengan mudah. Aku hanya ... tak ingin sesuatu terjadi pada keduanya.     

Aku mengamit handphone dari saku dan berniat menelepon Kyle, tapi handphoneku mati. Entah apakah karena baterainya habis karena aku tak ingat kapan mengisi baterai handphone atau karena terkena air hujan. Yang mana pun sama saja. Handphone itu tak berfungsi saat ini.     

"Tangan kamu luka? Sebentar, aku ada salep di ..." ujar Teana sambil bangkit dan merogoh sesuatu dari kotak di atap mobil yang dekat dengan spion. Dia mengambil sebuah salep dan menyodorkannya pada Kak Sendy. "Sorry aku ga bisa bantu pakaiin. Kamu pakai sendiri ya."     

Kak Sendy hanya mengangguk.     

"Aku Teana, sepupunya Astro."     

Kak Sendy tersenyum lebar sekali, "Aku tau. Kamu kan pianis dadakan yang gantiin Vero di AT Project."     

"Oh kamu inget?" ujar Teana dengan senyum canggung.     

Kak Sendy mengangguk, "Penampilan kamu bagus."     

"Erm ... makasih."     

Lalu hening di antara kami. Sebetulnya aku heran dengan rute perjalanan ini saat menatap ke luar jendela, tapi aku menahan diri untuk tak bertanya karena mungkin saja Pak Deri memang sengaja memakai jalan berputar. Namun entah bagaimana mobil yang kami kendarai masuk ke sebuah gang kecil yang hanya bisa dilalui satu mobil, yang berada tak jauh dari perbatasan kota.     

Aku tahu area ini, tapi aku belum pernah sekalipun mencoba masuk ke gang ini karena tak tahu akan mengarah ke mana. Lagi pula bukankah kita akan ke rumah Astro?     

Ada sebuah gerbang tinggi yang tiba-tiba terbuka dan kami masuk ke halaman sebuah rumah. Rumah satu lantai yang cukup luas, dengan tanah berumput yang lapang, juga banyak pohon tinggi mengelilinginya dan bermeter-meter bunga lavender yang tertanam di sekeliling dinding pembatas yang dibangun tinggi.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Welcome home, Honey."     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.