Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Obsesi



Obsesi

1Aku menatapi rumah bernuansa bata ekspos dan kayu di hadapanku dengan seksama. Aku tak pernah terpikirkan Astro akan memiliki rumah dengan desain seperti ini sebelumnya karena desain rumah ini bukanlah desain yang biasanya akan dia pilih.     

Aku ingin sekali bertanya, tapi akan sangat aneh jika Kak Sendy tahu aku sama sekali tak mengetahui apapun tentang rumah ini. Maka aku memilih untuk diam sambil mengikuti langkah kaki Astro, dengan tangannya yang menggenggam tanganku.     

"Mandi dulu ya. Nanti kamu pakai bajuku dulu." ujar Astro pada Kak Sendy sambil mengajaknya ke salah satu pintu.     

Kak Sendy mengangguk sambil membuka pintu, aku sempat melihat dalam ruangan itu yang sepertinya adalah sebuah kamar. Sedangkan Teana langsung menghilang entah ke mana, tapi aku sempat menduga dia mungkin saja ke dapur. Andai tubuh kami tidak sedang dalam keadaan setengah basah dan terbalut handuk, mungkin aku akan mengikuti langkahnya.     

Astro mengamit pinggangku tanpa malu-malu setelah Kak Sendy menutup pintu kamar dan mengajakku ke salah satu pintu di ujung ruangan. Dia langsung menguncinya setelah kami di dalam dan mendekapku erat di dadanya. Detakan jantungnya kencang sekali, yang membuatku menyadari ternyata dia masih murka.     

Aku mendongkak dan mengelus wajahnya, "Kita baik-baik aja."     

Astro menggeleng, "Kita ga baik-baik aja. Aku minta maaf ga ngasih tau kamu lebih soal opa. Aku ga mau bikin kamu panik."     

Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang. Berarti benar memang terjadi sesuatu pada opaku. Aku terdiam dan menunggunya menjelaskan, tapi sepertinya dia begitu dilema akan menjelaskan padaku saat ini atau menunggu.     

"Kamu mandi dulu. Aku nganter baju dulu buat Sendy." ujarnya sambil menggiringku masuk ke kamar mandi dan menutup pintu.     

Aku menatapi pantulan diriku sendiri di cermin dekat wastafel, dengan senapan milik Rilley yang masih terus kugenggam. Aku terlihat menyedihkan. Sangat menyedihkan. Aku bahkan tiba-tiba saja merasa mengerti kenapa Astro menahan diri untuk tak mengatakan apapun padaku karena aku terlihat seperti ini.     

Aku menghela napas dengan keras dan melepas lilitan handuk dari tubuhku, lalu meletakkannya di samping wastafel dan menaruh senapan milik Rilley di atasnya. Aku melepas jaket yang kupakai dan mengamit pistol pemberian Kyle dari punggungku dan meletakkannya di sisi senapan yang lainnya.     

Bagaimana dengan keadaan mereka berdua saat ini?     

Jika aku tak salah menduga, mereka pasti tak tahu sama sekai mengenai rumah ini. Mereka mungkin saja akan menganggap kami menghilang. Terlebih, karena Axelle lah yang sejauh ini memberi instruksi.     

Aku melepas sarung tangan dan pakaian sebelum mengguyur tubuh dengan air hangat dari shower, lalu memejamkan mata dan mendongkak agar wajahku terkena air hangat lebih dulu. Ini terasa lebih baik. Jauh lebih baik.     

Aku tahu opaku tidak sedang baik-baik saja walau Astro belum memberitahuku apapun. Namun setidaknya aku harus baik-baik saja, bukan?     

Aah laki-laki itu benar-benar menyebalkan. Bagaimana mungkin dia menyembunyikan hal sepenting itu dariku? Bagaimana pula aku justru memaklumi sikapnya yang menyebalkan itu?     

Seseorang merengkuh tubuhku dan mencumbu bibirku perlahan. Aku tahu siapa dia walau mataku masih terpejam. Aku sudah begitu terbiasa dengan sentuhan dan gerakan tubuhnya hingga tak menolak walau sedikit. Sialnya ini justru membuatku semakin kesal.     

Aku memukul bahunya dengan kencang. Aku ingin sekali berteriak dan memakinya, tapi yang keluar justru bulir panas dari mata yang membuatku terisak tak terkendali.     

"I'm sorry." bisiknya tepat di telingaku sambil mendekapku erat di dadanya yang telanjang. "Nanti kita ketemu opa kalau ibu udah sampai sini. Aku janji."     

Aku membuka mata yang terasa panas, tapi tak mampu mengatakan apapun. Aku menelan semua kata yang hampir terlontar padanya karena dia terlihat sangat bersalah.     

Aku tak tahu apakah saat ini dia sedang berpura-pura padaku karena aku tahu laki-laki ini begitu pandai melakukannya. Aku benar-benar sedang merasa sangat kesal hingga tak mampu mengatakan apapun walau hanya sekadar memakinya. Padahal aku sangat ingin melakukannya.     

Astro mengecup bibirku, kedua pipi, kedua mata, dahi, hidung, dagu, kembali ke bibir dan mendarat di puncak kepalaku. Dia bicara dengan bibir bergerak di sana, "Aku minta maaf rencanaku gagal. Aku ga ngira Abidzar akan bertindak impulsif kayak gini. Dia bahkan turun tangan. Padahal aku cuma pengen mancing dia buat nurunin orang-orangnya buat ganggu kita. Cuma biar opa bisa dapet sinyal kalau Abidzar selama ini selalu punya obsesi ganggu kamu."     

Tiba-tiba terasa ada batu jatuh ke dasar perutku. Aku baru ingat tentang rencananya untuk memancing Abidzar membuat gerakan. Aku tak pernah bertanya lebih mengenai rencananya, hingga aku tak tahu bagaimana dia dan Axelle mengatur semuanya.     

Aku mendongkak untuk menatapnya, "Jelasin."     

Astro terdiam dengan tatapan sendu.     

"Jelasin, Astro! Aku mau tau!"     

Astro menggeleng, "Nanti kita ketemu Opa. Kamu liat sendiri."     

Aku memukul bahunya dengan kencang berkali-kali untuk melepaskan rasa kesalku, "Kamu tega! Tega!!"     

Astro terdiam dan tak bergerak walau hanya satu senti. Seolah sedang membiarkan tubuhnya menjadi sasaran kekesalanku karena dia memang pantas menerimanya, tapi dia justru membuatku merasa semakin kesal hingga memukulinya tanpa jeda hingga tubuhku lelah dan bisa kulakukan hanya menangis. Dia memelukku dalam diam. Dia memaksa mengecup puncak kepalaku walau aku berkali-kali menjauhkan wajahnya dari tubuhku.     

Dadaku terasa sakit. Seolah sedang dihimpit benda tak kasat mata dan aku hampir saja mengutuknya. Namun tak ada satupun kata yang keluar karena isak tangisku menggema di tengah guyuran air hangat yang menerpa tubuh kami.     

Tubuhku terasa lemas saat tangisanku berhenti. Sepertinya Astro menyadarinya hingga melonggarkan pelukannya dan menatapi wajahku dengan teliti. Aku tak ingin menatapnya saat ini, maka aku mengalihkan pandanganku hanya agar tak melihat manik matanya yang berwarna coklat gelap. Aku tak ingin melihat tatapan bersalah di sana.     

Astro mengecup dahiku dan membantuku membersihkan diri sebelum membersihkan dirinya sendiri. Dia juga yang membantuku mengeringkan tubuh dan menggiringku ke luar dari kamar mandi. Dia mendudukkanku di tepi tempat tidur, tepat di samping setumpuk pakaian yang aku yakin adalah untukku.     

"Pakai baju kamu. Aku mau ke dapur ambil makanan. Kita makan di sini aja." ujarnya sambil beranjak ke depan lemari dan berkutat untuk memakai pakaiannya sendiri, sebuah kaos dan celana selutut.     

Aku belum sempat menyentuh pakaian yang teronggok di sebelahku saat dia keluar dengan handuk di bahunya dan menutup pintu. Aku menghela napas keras dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.     

Ada fotoku dan Astro saat kami sedang bercumbu di tepi pantai setelah menikah berbulan lalu, dipasang di sebuah bingkai besar di dinding. Cahaya matahari senja membuat bias hangat di sekeliling tubuh kami dan entah bagaimana tiba-tiba saja membuatku mendapatkan tenagaku kembali.     

Aku bangkit dan memakai pakaian yang sudah Astro siapkan untukku, sebuah gaun terusan berbahan katun yang menutup hingga ke mata kaki dan lengan yang menutup hingga siku. Juga sebuah sweater tanpa kancing hingga aku harus merapatkan kedua sisi untuk menutupi dada dan perutku agar terasa lebih hangat.     

Aku baru saja duduk di kursi di depan meja rias sambil memperhatikan mataku yang memerah dan terlihat bengkak saat pintu terbuka. Ibu berlari memelukku dan mengecup puncak kepalaku dengan bulir air mata meleleh di pipinya.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.