Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Melawan



Melawan

3"Liat nanti, Bu. Astro bisa bolos sehari, tapi kalau Faza masih belum bisa ikut Astro pulang ke Surabaya, Astro titip Faza, ya." ujar Astro sambil mengamit tanganku dan mengelusnya.     

Aku menoleh padanya. Aku baru menyadari besok adalah hari senin. Seharusnya malam ini kami sudah sampai di Surabaya karena besok dia masih harus berkuliah.     

Astro menyandarkan kepalaku di bahunya dan mengecup dahiku, "Kita ketemu Opa, ya."     

Aku hanya mampu mengangguk. Sepertinya aku akan setuju saja pada keputusannya kali ini. Bagaimanapun, aku ingin melihat keadaan opaku lebih dulu.     

Aku menatap ke luar jendela. Mobil ini adalah mobil yang kukenali sebagai salah satu mobil Kakek Arya. Jika aku tak salah menduga, mungkin mobil ini juga anti peluru. Aku juga menduga jika Astro sengaja meminta kami diantar menggunakan mobil ini dan akan meminta seseorang mengantar mobilnya ke Surabaya agar kami tetap aman.     

Aah aku baru mengingat sesuatu.     

"Ayah gimana?" aku bertanya sambil menatap Ibu. "Tadi pagi Ayah sama Opa kan di Magelang?"     

Ibu mengangguk walau ada raut kesedihan yang tak mampu dibendung, "Ayah ... baik. Nanti kita ketemu ayah juga di sana."     

Entah kenapa aku merasakan firasat buruk walau aku mengangguk. Apakah terjadi sesuatu pada Ayah juga? Seperti opaku?     

Aku menarik napas perlahan sambil menatapi berbagai barang di pangkuanku. Ada kemeja milik Bunda, dua senapan, satu handphone yang mati, dan serangkaian kunci. Entah kenapa mereka semua terlihat tak berguna saat ini.     

Aku kembali menyandarkan kepala di bahu Astro dan memejamkan mata. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang kencang dan berirama berbeda. Aku tahu dia masih merasa marah walau tak menampakkan ekspresi marah sedikitpun. Dia justru memelukku erat dan mengelus kepalaku seolah tak akan rela aku berjauhan dengannya.     

Bukankah Kyle berkata padaku bahwa ada banyak orang kepercayaan Opa di Magelang yang pasti akan membantu jika terjadi sesuatu? Kenapa kali ini sepertinya perkiraannya salah? Atau ... apakah ada penghianat di antara mereka?     

Aku meraih kedua senapan di pangkuanku dan mengelusnya tanpa membuka mata. Satu senapan milikku dan satu yang lain milik Rilley.     

Bagaimana jika berjam-jam lalu yang kulakukan adalah melawan? Aku mungkin masih mengetahui keadaan Kyle dan Rilley saat ini, bukan?     

Bagaimana jika aku menarik salah satu pelatuknya dan membidik entah siapa yang dengan arogan memintaku untuk diserahkan padanya? Mungkin aku akan tahu siapa dia.     

Aah andai aku tidak melarikan diri. Sudah berapa kali dalam hidupku aku melarikan diri?     

Aku pernah melarikan diri bersama Zen saat bertemu Donny di stasiun radio. Kami justru kehabisan bahan bakar dan harus menghadapi Donny pada akhirnya. Aku dan Astro juga melarikan diri dari resepsi pernikahan kami yang berantakan. Kami justru harus menghadapi proses pengadilan panjang dengan keluarga Zenatta. Hari ini kami melarikan diri lagi. Entah apa yang akan datang di hadapan kami nanti.     

Aku ingin sekali melawan. Walau hanya sekali.     

Aku membuka mata dan menyadari napas Astro lambat dan dalam. Kepalanya yang sedikit menyandar di dahiku terasa berat. Sepertinya dia tidur. Benar-benar tidur.     

Aku mengelus wajahnya perlahan. Hari ini pasti berat untuknya. Sepertinya aku bersikap berlebihan saat memukulinya di kamar mandi. Dia memang tak mengeluh sakit. Aku tahu seberapa kuat dirinya, tapi hatinya mungkin sakit.     

Aku mengelap air yang meleleh di pipi dengan punggung tangan dalam diam. Aku beruntung Ibu berada di sisiku yang lain hingga mungkin saja tak akan menyadari aku sedang menangis. Mungkin ada untungnya mataku memang sudah memerah sejak keluar kamar hingga Ibu tak akan menyadari jika aku menangis lagi.     

Entah berapa lama kami berdiam diri hingga mobil yang kami tumpangi memasuki sebuah gang berkelok dan berhenti di depan sebuah rumah dengan pagar kayu. Pak Deri turun dari mobil untuk membuka pagar dan kembali untuk memarkir mobil di halaman. Pak Deri kembali turun setelah memarkir mobil untuk menutup pagar.     

"Ayo. Bangunin Astro ya." ujar Ibu sambil mengelus bahuku dan langsung membuka pintu untuk keluar.     

Aku mendongkak untuk menatap Astro hingga kepalanya sedikit bergerak dan mengelus wajahnya, "Bangun, Honey. Kita udah sampai."     

Astro hanya menggumam sambil memelukku lebih erat. Sepertinya dia benar-benar kelelahan.     

"Kita udah sampai. Ayo." ujarku sambil mengecup pipinya.     

Astro membuka mata dan menatapku sendu. Dia mengerjapkan mata beberapa kali dan tersenyum lembut, "I love you, Honey."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"I love you too. Ayo turun."     

Astro mengangguk dan mengamit tanganku. Dia yang memimpinku keluar dari mobil dan terdiam sambil menatapi rumah di hadapan kami. Rumah berakses Jawa yang kental sekali, dengan halaman luas dan dibatasi dengan dinding sepanjang entah berapa puluh meter di sekelilingnya.     

"Kamu ikutin aku aja. Jangan keliatan bingung kayak baru pertama ke sini. Akan aneh kalau opa atau oma nyadar kamu belum pernah ke sini, kamu tau?" ujarnya.     

Pak Deri menarik koper kami ke arah rumah, sedangkan Ibu sudah tak terlihat di manapun. Sepertinya Ibu sudah masuk lebih dulu. Astro memeluk pinggangku dan kami berjalan beriringan di belakang Pak Deri.     

Rumah ini tua sekali, tapi masih kokoh dan sepertinya berkali-kali direnovasi mengikuti desain aslinya. Ada banyak benda berbahan kayu di dalamnya, termasuk kursi, meja, sekat ruangan, berbagai ornamen khas Jawa, juga berbagai patung. Langkah kaki Pak Deri berhenti di depan sebuah kamar membuat kami ikut berhenti.     

"Tuan Dewanto ada di kamar yang biasa." ujar Pak Deri sambil menyodorkan gagang koper pada Astro.     

"Makasih, Pak." ujar Astro.     

Pak Deri mengangguk dan berlalu ke area yang lebih dalam. Entah ke mana.     

Astro mengamit kunci dari kantong jaketnya dan membuka pintu. Sebuah kamar luas dengan aksen Jawa menyapa pandanganku. Sebuah tempat tidur besar dengan empat tiang kayu di sekelilingnya dan kain yang mirip gorden mengelilingi tempat tidur membuat kesan hangat. Sebuah meja rias kayu berukir rumit bersisian dengan sebuah lemari besar dengan ukiran senada, entah kenapa mengingatkanku akan ornamen di film kolosal bertahun lalu.     

"Ini kamar kita. Kita ketemu opa dulu, ya." ujar Astro sambil mengamit berbagai benda dari tanganku dan meletakkannya di atas meja rias, tapi membiarkanku terus memeluk kemeja milik Bunda.     

Dia menggiringku ke luar kamar sebelum aku sempat mengatakan apapun dan mengajakku memasuki area yang lebih dalam. Di rumah ini ada sebuah lorong panjang dengan berbagai pintu di satu sisi dan jendela di sisi yang lain. Terasa seperti koridor rumah sakit bagiku saat pertama melihatnya.     

Dia mengajakku berhenti di depan pintu ke tiga dan mengetuknya beberapa kali. Jantungku berdetak kencang saat menunggu entah siapa membukakan pintu. Namun kelegaan muncul saat Oma tersenyum melihat kami setelah pintu terbuka. Aku menyodorkan kemeja di pelukanku pada Oma, tapi Oma tak mengatakan apapun. Oma justru menaruh jari di depan bibir dan menggiring kami masuk ke kamar sebelum menutup pintu.     

Kamar ini sedikit lebih kecil dari kamar yang pertama kali kumasuki tadi, tapi berbagai benda di dalamnya sama. Betapa terkejutnya aku saat melihat Opa sedang duduk bersandar di tempat tidur dan melambaikan tangan padaku untuk mendekat padanya. Sebetulnya aku ragu, tapi Astro mendorong tubuhku perlahan dan mendudukkanku di tepi tempat tidur sementara dia mengamit sebuah kursi untuk duduk di dekat kami.     

Opa mengamit tanganku dan bicara dengan suara yang pelan, "Mafaza bisa cerita ke Opa apa yang terjadi?"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.