Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kecil



Kecil

1Astro menceritakan semua hal yang terjadi pada kami ke kedua orangtuanya sejak kami berangkat dari Surabaya. Dia juga menjelaskan pada kami dengan rinci bahwa sebetulnya dia hanya berniat memancing Abidzar mengejar kami ke Bogor. Dia tak menyangka Gon akan mengikuti kami dan dibawa ke basecamp di Magelang. Terlebih, dia juga tak menyangka Opa dan Ayah akan ke sana untuk menemui Gon secara langsung hari ini.     

Dari rencana yang dibuat olehnya dan Axelle, dia berniat memancing Abidzar mengejar kami dan membuat ulah selama kami berada di Bogor. Dia sudah menyiapkan segala kemungkinan jika kami harus berkelahi di rumah dengan memanfaatkan keberadaan pengawal kami.     

Dia mengakui bahwa Manta Harlan (teman Gerard) yang ditangkap oleh Rilley juga masuk ke dalam rencananya. Dia tahu Manta menjadi pengikut akun instagramnya dan dia sengaja membuat sebuah postingan tentang kami yang akan menginap di Bogor. Dia berniat menjadikan Manta sebagai saksi saat orang-orang Abidzar sedang melakukan aksinya.     

Dia berkata perpindahan rute kami melalui hutan adalah rencana tiba-tiba yang dibuat oleh Rilley dan dia menyiapkan rencana lain dengan Axelle jika kami dihadang di tengah jalan. Saat dia menjelaskan ini, kepalaku yang sudah berdenyut mengganggu tiba-tiba terasa lebih baik. Walau harus kuakui dia gegabah sekali.     

Ibu menghela napas panjang dan mengacak rambut Astro, "Kamu bisa bunuh banyak orang hari ini. Harusnya kamu diskusi dulu sama Ayah."     

"Astro minta maaf."     

"Ayah masih ga boleh mukul anak ini?" Ayah bertanya padaku sambil mengamit buku yang sudah diletakkannya sesaat lalu.     

Aku terdiam sesaat sebelum bicara, "Sekali aja ya. Yang kenceng."     

Astro menatapku tak percaya, tapi matanya tiba-tiba terpejam saat Ayah memukul bahunya dengan buku hingga terdengar suara mirip terbanting yang membuatku terkejut. Ayah benar-benar memukulnya satu kali dengan kencang. Teramat sangat kencang.     

Astro mengusap bahunya dan menatap Ayah dengan tatapan yang sulit kumengerti, lalu dia menoleh dan menatapku dengan tatapan sendu. Entah bagaimana, sepertinya dia memang kesakitan kali ini.     

"Mm ... Ayah kenapa begini?" aku bertanya dengan hati-hati.     

"Kemarin opa nelpon katanya minta dianter ke Magelang karena ada orang yang buntutin kalian di Jogja. Tadi Ayah ke rumah pagi-pagi buat jemput opa sama oma. Opa minta oma di rumah Ayah dulu jadi Ayah anter oma sebelum berangkat. Di perjalanan biasa aja, ga ada apa-apa. Ga ada yang buntutin atau gimana. Waktu kita sampai di juga semuanya biasa aja.     

"Sampai basecamp, opa minta ketemu sama orang yang buntutin kalian. Awalnya Ayah ga nyangka itu Gon. Ayah kaget waktu dateng Gon udah babak belur dan ditaruh di ruangan khusus. Dia sendirian di ruangan itu dan ternyata ga dikasih makan sejak ditangkep. Dia dikasih minum, tapi dia emang udah lemes dan batuk-batuk waktu kita sampai."     

"Kenapa Gon begitu? Dia belum tentu ada niat jahat kan waktu buntutin Faza?"     

"Semua orang yang ngelawan emang dilumpuhin dulu sebelum dibawa ke basecamp." ujar Ayah dengan hati-hati, yang membuatku mengingat ucapan Jian bahwa biasanya mereka memang membuat target mereka babak belur sebelum diamankan. "Kata orang basecamp yang nangkep Gon itu Rilley, trus dioper ke Eboth. Opa minta orang jemput Gon waktu Gon masih sama Eboth dan Gon dibawa ke Magelang. Eboth lepas tangan sejak itu, jadi Ayah ga bisa minta keterangan apa-apa dari dia selain Gon emang udah babak belur waktu ditangkep."     

Begitukah? Tiba-tiba saja aku mengingat saat Manta ditangkap oleh Rilley. Dia pun babak belur sebelum diseret ke dalam rumahku di Bogor. Mungkin Rilley memang terbiasa memakai cara itu.     

Sial, kepalaku semakin terasa berdenyut mengganggu. Aku tahu bahwa itu mungkin saja adalah cara tercepat untuk melumpuhkan seseorang, tapi aku tak menyukainya.     

"Dari keterangan yang jaga Gon, katanya Gon minta ngobrol sama opa. Gon maksa. Mungkin itu juga yang bikin penjaga ngasih tau opa dan opa mau ketemu sama Gon." lanjut Ayah.     

"Sebenernya dia maksa ngobrol sama Faza waktu ditangkep Rilley, tapi Faza ga tau kalau itu dia, jadi Faza tolak. Faza minta Kyle cari informasi soal Gon waktu Faza tau itu dia, tapi Kyle bilang kalau udah dibawa ke Magelang Kyle ga bisa dapet informasi apa-apa kecuali Kyle liat sendiri."     

Ayah mengangguk dan menatapku ragu-ragu, "Opa gimana?"     

"Baik. Keliatan biasa aja waktu Faza ketemu tadi. Malah kayaknya opa keliatan lebih nyaman."     

"Faza tau opa tadi sempet pingsan?"     

Aku menggeleng dengan jantung berdetak kencang, "Opa ga nyebut apa-apa soal pingsan. Opa pingsan kenapa?"     

"Abidzar hampir nembak opa tadi, tapi Ayah tarik opa dan pelurunya nyerempet kaki Ayah." ujar Ayah sambil melirik pada betisnya yang terbalut perban. "Tapi opa jatuh dan pingsan. Kita beruntung orang-orang basecamp gerak cepet dan berhasil bikin Abidzar mundur. Lagian Abidzar juga udah dapetin Gon, jadi harusnya dia udah ga ada urusan lagi di sana. Trus Ayah minta orang-orang basecamp bawa yang luka ke rumah sakit, termasuk Ayah sama opa. Opa udah sadar waktu Ayah keluar dari IGD dan Ayah minta kakek jemput. Kita baru sampai sini tadi sore."     

Aku terdiam. Dua kali pingsan dalam waktu yang berdekatan bukanlah pertanda baik untuk kesehatan opa. Terakhir kali opa pingsan adalah saat opa kelelahan dan harus dirawat di rumah sakit hampir seminggu lamanya.     

"Astro udah minta opa tinggal di sini dulu sementara, tapi opa nolak dan tetep bilang mau pindah kalau keadaan aman." ujar Astro, yang membuatku menoleh padanya. Dia masih mengusap bahunya yang dipukul Ayah sesaat lalu.     

"Opa bilang Kyle sama Rilley sekarang lagi berusaha lumpuhin orang-orang yang lagi ada di sekitar rumah. Ayah tau soal itu?" aku bertanya.     

"Ayah tau. Tadi waktu masih di mobil buat dipindah ke sini Ayah denger Opa ngasih arahan ke Kyle. Ini udah lewat tiga jam, Ayah ga tau lagi gimana perkembangannya."     

Aku terdiam. Haruskah aku bertanya pada Opa? Tapi Opa sepertinya mengangguk pada Astro saat Oma terlihat marah karena ingin kami keluar dari kamar.     

Tunggu sebentar.     

"Faza ... cerita semuanya ke Opa. Ada Oma yang denger dan kayaknya Oma marah sama Abidzar." ujarku ragu-ragu sambil menatap Ibu karena baru mengingat saran Ibu agar aku tak membahas apapun tentang Abidzar pada Oma.     

Ibu menutup wajah dengan kedua tangan dan terlihat frustasi. Sepertinya aku memang melakukan kesalahan. Jantungku berdetak kencang sekali saat ini karena aku merasakan firasat buruk.     

"Kalian cerita semuanya?" Ayah bertanya sambil menatapku dan Astro bergantian.     

Kami mengangguk dan disambut helaan napas keras dari Ayah dan Ibu. Mereka saling menatap dalam diam dan mengangguk.     

"Kalian tau kenapa dulu opa ada masalah sama Djoko Pranoto (kakek Donny)?" Ayah bertanya.     

"Maksud Ayah yang akhirnya bikin insiden tembakan di rahim Oma?" aku bertanya ragu-ragu.     

Ayah mengangguk, tapi aku menggeleng. Ayah menatap Ibu dan mengangguk, lalu Ibu menarik napas panjang sebelum bicara.     

"Dulu ... Ana (Bunda) dapet informasi soal adiknya yang meninggal di kandungan oma waktu kita masih kecil." ujar Ibu dengan tatapan sendu yang mengarah padaku.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.