Mengapung
Mengapung
Namun alih-alih membahas tentang keduanya, Kyle justru bertanya apa yang terjadi padaku, Astro dan Kak Sendy setelah Rilley meminta kami kabur ke hutan yang lebih dalam kemarin. Aku menceritakan semua bagian kecuali tentang keterlibatan Axelle dan Astro yang membuat rencana memancing pergerakan Abidzar. Aku juga memberitahu Kyle kami sempat ke rumah Astro sebelum ke rumah Kakek.
Kyle meminta maaf karena kurang cekatan dalam membantu kami. Dia berkata, setelah kehilangan jejak orang yang menghadang kami, dia dan Rilley sempat mencari kami. Namun hujan datang dan menghapus jejak hingga mereka memutuskan untuk menghubungi Opa. Opa memberi mereka misi untuk melihat situasi di sekitar rumah yang ternyata sudah disusupi lima orang yang menunggu kedatanganku.
Orang-orang itu berada di sekeliling rumah dan memperhatikan pergerakan semua orang yang lewat. Sepertinya mereka diletakkan di sekitar rumah ini untuk menyambutku datang dan akan langsung membawaku pergi jika aku benar-benar tertangkap.
Di titik ini, aku bersyukur karena Astro bersikeras mengajakku ke rumahnya setelah berhasil keluar dari hutan, rumah yang ternyata sudah dimilikinya sejak kami masih SMA. Opa yang memberitahuku saat kami sedang berbincang di ruang baca karena aku bertanya bagaimana Opa bisa mengetahui keberadaan rumah itu.
Opa berkata, rumah itu disiapkan untuk kami jika kami menikah setelah proyek pembiakan mutiara selesai. Perkiraan awal tentang suksesnya pembiakan mutiara itu memang saat kami menginjak semester lima atau enam. Opa mempercepat masa panen karena melihat pergerakan Abidzar yang tak masuk akal dan sebetulnya Opa sudah menduga Abidzar akan membuat masalah denganku cepat atau lambat.
Keputusan Opa mengeluarkan Rilley dari persembunyian saat mengantarku ke Bogor pun sebetulnya dilakukan dengan sengaja, padahal keberadaannya di sekitarku seharusnya hanya diketahui olehku, Astro, Opa, Oma, dan Kyle. Sayangnya, Opa tak ingin membahasnya lebih lanjut.
"Kyle akan di sini selama Nona di sini. Astro akan dijaga Rilley di Surabaya." ujar Kyle, yang memutus lamunanku.
Aku mengangguk sambil menebar makanan ikan dari tanganku ke kolam koi, "Rilley baik kan?"
"Rilley baik. Nona bisa telpon sendiri kalau Nona khawatir."
"Nanti aku telpon. Pistolnya masih ada di aku. Kamu nginep di sini?"
"Iya, perintah dari Tuan. Nanti Kyle tidur di ruang tamu."
"Sorry, Kyle. Sebenernya kamu bisa tidur di ruangan olahraga kalau ruangan itu diberesin dulu."
Kyle memberiku senyumnya yang menawan, "Kyle ga keberatan tidur di sofa. Ini bukan pertama kalinya buat Kyle."
Aku menghela napas dan mengangguk. Dia benar. Namun akan lebih baik jika dia tidur dengan layak. Ikan-ikan di hadapanku ini bahkan mendapatkan habitat yang lebih layak dibanding dirinya.
Makanan ikan di tanganku habis. Aku berniat mengambilnya lagi, tapi membatalkannya karena hari mulai gelap. Aku sudah memberi Astro pesan setelah berbincang dengan Opa, tapi aku belum memberinya panggilan video call. Dia pasti menungguku.
"Kamu makan bareng kita kan?" aku bertanya sambil mengajak Kyle duduk di kursi panjang teras belakang.
"Kalau tuan ngijinin."
"Nanti aku paksa Opa ngijinin kamu makan bareng. Aku mau video call Astro dulu. Sini duduk." ujarku sambil menepuk kursi di sebelahku yang kosong.
Aku mengamit handphone yang kuletakkan di meja dan mengecek notifikasi. Astro sudah memberiku panggilan video call dua kali yang tak terjawab. Aku baru saja akan memberinya panggilan video call saat dia memberiku panggilan video call lebih dulu. Aku menerimanya sambil menyandarkan kepala di bahu Kyle dan baru saja akan menyapa Astro saat dia berteriak dengan tatapan kesal.
"Hei!! Ngapain kalian?!"
Aku menatapnya bingung, "Apa sih? Baru diangkat langsung marah-marah?"
"Ngapain kamu nyender-nyender Kyle?! Kan aku udah bilang jangan nakal kalau aku ga ada!"
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Kyle kakakku."
"Sejak kapan kamu punya kakak? Ga bisa! Minggir!" ujarnya sambil menunjuk pada kami. Dia benar-benar menyebalkan.
Kyle mengusap puncak kepalaku dan mendorong kepalaku menjauh dengan lembut, "Jangan bikin Kyle dipecat, Nona."
Aku menatap Kyle sebal dan mengalihkan tatapan pada layar handphone, "Kamu di workshop?"
Astro hanya mengangguk singkat dengan tatapan tak ramah. Dia sedang merebahkan diri di tempat tidur dan terlihat kesepian saat ini. Sepertinya aku memang bersikap berlebihan.
"Sorry, aku cuma seneng ketemu Kyle lagi." ujarku sambil menyandarkan punggung pada punggung kursi. "Kamu harus makan dulu sebelum tidur. Minggu depan kamu ujian. Kamu ga boleh sakit."
"Awas kamu kalau nempel-nempel Kyle. Ga boleh deket-deket sama laki-laki lain selain aku, kamu ngerti?"
"Iya, aku ngerti. Aku minta maaf."
Lalu hening di antara kami. Kyle sedang membaca majalah botani yang diambilnya dari rak dan terlihat sangat berminat hingga aku berpikir dia mungkin saja tak memperhatikanku.
"Aku minta maaf, Honey." ujarku sekali lagi dengan tatapan bersalah. Aku tahu aku baru saja membuat kesalahan.
"Fine. Bisa ke kamar?"
Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama dan beranjak ke kamar. Entah apa yang akan dia bicarakan hingga memintaku ke kamar.
"Udah?" dia bertanya saat aku menutup pintu kamar dan menguncinya.
"Udah. Kenapa?" aku bertanya sambil menghampiri tempat tidur dan merebahkan tubuh. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa lelah. Aku menggeser posisi berbaringku dan menopang handphone dengan bantal.
"Sempetin ketemu Ayah di rumah hari rabu. Nanti aku video call."
"Ada sesuatu?"
"Ayah mau ngajak kamu ke jembatan tempat kecelakaan dulu. Nanti kalau aku selesai UTS, jadi kita berangkat dari sini."
"Ayah kan lagi sakit." ujarku tak mengerti.
"Ayah cuma keserempet peluru, pasti udah bisa jalan dua minggu lagi. Ayah mau ngajak kita diskusi hari rabu nanti, jadi kamu harus cari cara buat ijin ke Opa."
"Kenapa tiba-tiba Ayah mau ngajak kita ke sana?"
"Aku ga tau, tapi kamu pernah bilang kamu mau ke sana kan?"
Astro benar. Aku memang pernah mengatakannya. Aku sangat penasaran apakah aku akan mengingat sesuatu jika datang ke lokasi jembatan itu, maka aku mengangguk.
"Kamu ngobrol apa aja sama Opa?"
"Aku bilang aku tau bunda masih hidup, tapi aku ga akan minta bantuan Opa buat nyari. Aku akan cari sendiri."
"Trus Opa bilang apa?" Astro bertanya dengan tatapan penuh minat.
"Opa nanya ke aku apa yang paling Bunda suka. Tadinya aku pikir ngelukis, tapi Opa bilang bukan."
Astro terdiam, hingga hening di antara kami. Entah kenapa aku merasa mengantuk sekali saat ini.
"Opa bilang bakat yang Bunda suka itu turun ke aku. Menurut kamu apa?" aku bertanya sambil menutup mulut untuk menahan uapan yang hampir keluar.
Astro masih terdiam. Dia tampan sekali. Andai dia sedang ada di sisiku saat ini, aku akan meminjam lengannya sebagai tempat kepalaku bersandar. Aku akan menatapinya dalam diam hingga tertidur dan menatapinya lagi saat terbangun.
Satu kedipan mata.
Dua kedipan mata.
Arus sungai yang keruh menampar wajahku. Aku menelan air berlumpur itu dan terbatuk-batuk sambil terus berusaha mengapung. Aku mencoba berteriak, tapi teriakan seorang perempuan menghampiri telingaku. Jauh dan samar. Tenggelam dalam suara air yang menerpa tubuhku.
Dia memanggil anak-anak dan suaminya. Termasuk namaku.
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-