Jomblo
Jomblo
"Kamu harus makan, Faza." ujar Denada setelah menghabiskan potongan pizza pertamanya dan menyodorkan satu potongan untukku.
Aku menggeleng. Aku tak berminat untuk memakan apapun. Aku bahkan mengabaikan permintaan Oma untuk makan satu jam lalu sebelum Denada datang, juga permintaan Opa untuk memasukkan sedikit lauk hanya sebagai pengganjal lapar. Sayangnya, aku memang tak merasa lapar.
Denada melirik pada Kyle, "Dia kenapa sih?"
"Kalau laper nanti makan sendiri kok." ujar Kyle sambil menurunkan buku dari tangannya dan memberi Denada senyum menawan. "Tapi kalau sampai jam sembilan belum makan, nanti Kyle lapor Astro."
Aku menatap Kyle sebal, "Aku emang nganggep kamu kakakku Kyle, tapi bukan berarti kamu bisa ngancem aku."
Kyle menatapku dalam diam selama beberapa lama sebelum mengamit handphone dari sakunya. Dia mengetik entah apa dan sesaat kemudian handphoneku bergetar. Astro memberiku panggilan video call.
Sial. Aku ingin sekali menolak panggolan video call itu, tapi Astro pasti akan bertingkah menyebalkan jika aku benar-benar melakukannya. Maka aku mengamit handphone dari meja dan menerimanya.
"Kenapa kamu belum makan? Ini udah jam delapan." ujarnya dengan tatapan tajam.
Aku mencoba tersenyum manis, "Aku ga laper."
"Kamu harus makan walau ga laper. Perlu aku ke sana sekarang biar kamu mau makan?"
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Fine." ujarku tanpa minat sambil mengamit sepotong pizza dan menggigitnya. Pizza ini bahkan terasa hambar di mulutku.
Astro menggeleng dengan tatapan sendu, "Kamu harus makan tepat waktu, kamu tau? Aku bahkan maksain diri buat masak walau rasanya aneh di mulutku. Aku ngabisin dua mangkok soto karena makan bagian kamu juga. Ga enak banget makan sendirian begini."
Aku tersenyum lebar sekali. Aku bisa membayangkan dia menyiapkan dua porsi soto untuk kami dan dia menghabiskan keduanya pada akhirnya.
"Seneng ya liat aku jadi jomblo dadakan?"
"Jangan ngomong seolah-olah kamu yang paling menderita karena sendirian di Surabaya. Ada dua jomblo di depanku sekarang." ujarku sambil menatap Kyle dan Denada bergantian.
"Mana? Aku mau liat."
Aku memperlihatkan layar handphone ke arah Kyle dan Denada yang duduk bersisian di dua kursi yang berbeda. Kami memang sedang berkumpul di ruang tamu, dengan Oma yang sedang merajut di kursi yang lain. Opa sudah berada di dalam kamar karena ingin beristirahat lebih awal.
"Hai, Oma cantik." sapa Astro pada Oma.
Oma mengalihkan tatapan dari rajutan di tangannya dan tersenyum, "Astro udah makan?"
"Udah, baru aja. Ngabisin porsi soto buat istri sekalian."
Oma menggeleng dan menatapku, "Tuh Astro aja makan banyak. Faza dari tadi dirayu buat makan malah ga mau."
Aku hanya tersenyum untuk menanggapi Oma dan menggigit pizza di tanganku. Akan lebih baik jika aku menghabiskan pizza di hadapan kami dengan cepat sebelum pembahasan aku yang sedang malas makan menjadi lebih lebar.
"Besok kamu pulang kan, Denada?" Astro bertanya.
"Pulang besok siang sebelum kamu dateng. Aku ga mau ganggu kemesraan suami istri yang empat hari ga ketemu." ujar Denada dengan tatapan kesal.
Kyle tersenyum lebar sekali walau segera mengangkat buku dan kembali membaca. Entah apa yang sedang dia pikirkan, aku cukup yakin dia sedang merasa senang karena ada Denada di rumah ini.
Denada memang meminta menginap sejak beberapa hari yang lalu setelah mengetahui apa yang terjadi padaku di hutan. Kami melakukan percakapan rahasia tanpa Mayang karena aku tak yakin menceritakannya padanya. Mayang bisa saja nekat pulang dari Bandung jika dia tahu apa yang terjadi padaku.
"Honey." ujar Astro, yang membuatku mengalihkan layar handphone menghadap ke arahku. "Besok jangan ke mana-mana."
"Aku ga akan ke mana-mana." ujarku setelah menelan pizza dan tersenyum manis. "Tapi aku lagi 'dapet'."
"Rrghh!!"
Tepat saat Astro menggeram, Kyle tertawa. Aku, Denada dan Oma menoleh padanya dengan tatapan heran, hingga Kyle menahan tawa dengan deham yang dipaksakan.
Aku baru saja mengalihkan tatapanku kembali pada layar handphone, tapi sambungan video call kami terputus. Aku mencoba memberi Astro panggilan video call lain, tapi sepertinya dia sengaja mengabaikannya. Dia benar-benar menyebalkan.
Aku bisa membayangkan bagaimana Astro sangat kesulitan menahan hasrat selama beberapa hari ini. Kurasa aku bisa mengerti jika dia merasa kecewa karena aku sedang menstruasi, tapi bukankah seharusnya dia sudah mengetahuinya? Dia bahkan sudah memiliki jadwal bulananku sejak bertahun lalu.
Aku meletakkan handphone di meja dan menghabiskan pizza di tanganku dalam diam. Aku akan mengabaikan denyut mengganggu di kepalaku dan menutup mulut tentang informasi yang Pak Ilham berikan tadi sore, tapi aku akan memberi tahu Astro nanti jika dia sampai di rumah ini. Bagaimana pun, mayat bundaku memang tak pernah ditemukan. Akan percuma jika mereka mencarinya.
"Kyle jaga di depan ya." ujar Kyle yang langsung bangkit sambil membawa buku yang sejak tadi dibacanya bersamanya.
Aku menatapinya hingga dia ke luar, lalu mengamit sepotong pizza dan menggigitnya. Padahal akan lebih baik jika dia tetap berada di ruangan ini karena dia bisa lebih dekat dengan Denada. Lagi pula Denada tak terlihat keberatan dengan keberadaannya. Denada bahkan terlihat sangat terbiasa.
"Kamu temenin Kyle sana." ujarku pada Denada sebelum menggigit pizza.
Denada menatapku tak percaya, "Ngapain?"
"Temenin Kyle. Dia agak aneh kalau ditinggalin sendiri. Suka senyum-senyum kayak orang ga waras." ujarku asal saja, padahal aku tahu Kyle tak pernah bersikap seperti itu.
"Ssstt!" tegur Oma sambil menggeleng. "Tapi Faza bener. Lebih bagus kalau ada yang nemenin Kyle."
Denada menatap Oma dengan terkejut. Sepertinya dia tak mampu mengatakan apapun.
"Sana." ujarku sambil memberi isyarat pada Denada.
Denada berdecak kesal, tapi dia mengamit sekotak sayap ayam dan membawanya ke teras depan. Aku bertemu tatap dengan Oma dan kami saling tersenyum dalam diam. Sepertinya Oma setuju jika aku menjodohkan Kyle dan Denada.
Entah apa yang Kyle dan Denada lakukan atau bicarakan di luar sana, tapi mereka tak kembali hingga aku membereskan semua perkakas bekas makan ke dapur. Aku baru saja kembali ke ruang tamu untuk meminta Oma beristirahat karena ini sudah larut, tapi aku justru mendengar Kyle dan Denada tertawa kencang dari luar sana. Sepertinya mereka berhasil saling mendekatkan diri dengan baik.
Aku menghampiri Oma dan memeluk lengannya, "Oma, udah dulu ngerajutnya. Ini udah malem banget."
Oma mengelus wajahku sebelum kembali berkutat dengan rajutannya, "Sebentar lagi selesai kok. Ini sweater buat Faza. Sweater yang waktu itu Faza pakai di rumah Arya bagus, jadi Oma mau bikin satu buat Faza bawa kalau pindah."
Betapa omaku sangat baik hati. Aku tak pernah terpikir Oma sebaik dirinya akan memiliki keluarga yang meninggalkannya satu-persatu. Ditinggalkan oleh calon anak kedua, lalu anak satu-satunya pergi mengikuti suaminya. Kemudian anaknya menghilang dalam kecelakaan jembatan dan menyisakan aku seorang diri, yang harus pergi juga untuk mengikuti suamiku.
"Faza sayang Oma. Oma harus sehat ya, biar bisa main sama cicit yang imut-imut."
=======
NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.
TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-