Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Nadi



Nadi

3"Apa?" Denada bertanya padaku karena aku menatapinya dalam diam.     

Aku menaikkan bahu, "Cuma mau ngecek apa sahabatku siap punya calon suami."     

Denada menatapku tak percaya, "What are you talking about (Ngomongin apa kamu)?"     

"Oma kayaknya juga setuju."     

Denada memukulku dengan bantal dan mendesis, "Ngomong apa kamu?"     

Aku tertawa, "Ngomongin kamu sama Kyle. Kalian cocok."     

"Anak ini bener-bener ya ... ngeselin banget sejak nikah. Sini kamu!" ujar Denada sambil menggelitiki pinggangku dan membuatku memohon ampun, tapi dia mengabaikannya. "Sembarangan banget kalau ngomong!"     

Aku berguling di tempat tidur untuk menghindarinya sambil tertawa, "Aku serius. Kalian udah deket juga kan?"     

"Rrgh, ga segampang itu, Faza!" ujar Denada yang menghentikan serangan tangannya pada pinggangku.     

Aku memaksa diri untuk duduk dan menatapnya, "Coba dulu. Pelan-pelan aja ga pa-pa kok. Lagian Kyle harus ikut aku pindah sebentar lagi. Akan lebih bagus kalau kalian punya hubungan sebelum itu. Sebelum Kyle mungkin ditembak sama perempuan ga tau siapa di luar sana."     

Denada menatapku putus asa, "Aku baru aja nolak lamaran Vier! Gila kali aku nyari masalah sama keluarganya Vier sekarang?"     

Aku terdiam. Denada benar. Bagaimana pun, keluarga Xavier adalah salah satu kolega bisnis keluarga Denada. Membuat hubungan dengan laki-laki selain Xavier saat ini akan sangat beresiko, tapi bukankah itu berarti ...     

"Berarti kamu ga masalah kan kalau punya hubungan sama Kyle setelah beberapa bulan?" aku bertanya dengan senyum manis.     

Denada menghela napas, "Aku ... kamu tau aku, Faza. Aku ... ga kayak kamu."     

"Aku yakin Kyle ga keberatan." ujarku karena aku bisa menebak apa maksud Denada. Mungkin dia merasa dirinya tak pantas karena pernah melakukan hal di luar batas dengan Petra.     

Denada terdiam. Dia memeluk bantal dan menautkan jari-jarinya dengan gelisah.     

Aku mengamit kedua tangannya dan menggenggamnya, "Kamu ga seburuk itu Denada. Kamu masih virgin."     

Ada air menggenang di pelupuk matanya walau segera hilang. Dia menarik napas panjang dan menatapku lekat, "Kasih aku waktu."     

Aku mengangguk dan memeluknya. Aku tahu hal seperti ini memang tak bisa dipaksakan. Mereka akan menemukan jalan jika memang berjodoh, bukan?     

Suara ketukan membuatku melepas pelukan dan menghampiri pintu. Oma menatapku dengan mata berkaca-kaca dan memelukku seolah akan jatuh saat ini juga.     

"Oma kenapa?" aku bertanya sambil berusaha menopang tubuh Oma.     

Oma menangis dan sepertinya tak mampu mengatakan apapun. Tangis tertahan yang membuat tubuhnya berguncang dan seolah ada sesuatu jatuh ke dasar perutku. Aku merasakan firasat buruk.     

"Panggil Kyle, Denada. Tolong cek Opa." ujarku pada Denada yang baru saja sampai di sisi kami.     

Denada berlari ke ruang tamu dan kembali dengan Kyle di sisinya. Mereka menghampiri kamar Opa, denganku yang berusaha memapah langkah Oma menuju ke sana.     

Aku melihat Kyle mengecek beberapa lokasi tubuh Opa yang sedang terbaring. Di mata, leher, pergelangan tangan, juga menempelkan telinga di dada. Kyle menelepon seseorang, entah siapa, dan meminta dia datang.     

"Masih ada denyut nadi, tapi samar. Kita bawa tuan ke rumah sakit sekarang. Nona bisa bantu Kyle pakaiin tuan baju? Sebentar lagi ada yang jemput." ujar Kyle pada Denada.     

Denada mengangguk dengan canggung. Dia menyambar kemeja Opa di sisi tempat tidur dan membantu Kyle memakaikannya ke tubuh Opa. Kyle ke luar kamar dan kembali dengan seorang laki-laki. Mereka membawa tandu dan memindahkan tubuh Opa dengan cekatan, lalu membawa Opa ke luar kamar. Entah kenapa laki-laki itu begitu cepat datang. Apakah dia memang sudah berjaga di sekitar sini?     

Tubuh Oma masih lemas dan bergetar di pelukanku, dengan air mata yang terus mengalir. Entah apa yang terjadi, Oma tak biasanya bersikap seperti ini. Biasanya Oma akan bertindak cekatan untuk membantu Opa jika Opa membutuhkan bantuan medis.     

Aku memapah tubuh Oma sambil mengikuti langkah Kyle. Denada membantuku di sisi Oma yang lain. Kami membantu Oma naik ke sebuah mobil bercat hitam, tepat di sebelah tubuh Opa yang terbaring. Aku tak yakin dengan mobil apa ini karena bukan ambulans yang biasa akan mengantar pasien.     

"Nona tolong siapin berkas-berkas medis Tuan. Nanti Kyle jemput Nona setelah nganter Tuan ke rumah sakit." ujar Kyle sambil menggiringku ke luar dari mobil. "Telpon Astro juga, ya?"     

Aku mengangguk dan sedetik kemudian Kyle menutup pintu mobil. Mobil melaju sesaat setelahnya, meninggalkanku dan Denada, juga Pak Said yang berjaga tepat di depan halaman.     

"Ayo, aku bantu." ujar Denada sambil menggiringku kembali masuk.     

Kami kembali memasuki kamar Opa. Denada membantuku mengepak berbagai pakaian, sedangkan aku berusaha mengumpulkan pikiran agar tetap berfungsi dengan semestinya sambil mencari berkas medis milik Opa. Aku tahu di mana berkas itu berada. Aku hanya ... terlalu terkejut karena sempat mengira opaku meninggal karena reaksi Oma sangat tak terduga.     

Apa yang sebetulnya terjadi? Semuanya terlihat baik-baik saja sebelum ini.     

Aku menghela napas dan duduk di tepi tempat tidur. Aku berharap ini semua hanya mimpi, tapi Denada masih bergerak di sisiku seolah sedang memberitahuku bahwa kami harus siap jika Kyle datang menjemput.     

"Perlu aku yang telpon Astro?" Denada bertanya dengan tatapan khawatir.     

Aku menggeleng dan menyodorkan tumpukan berkas milik Opa, "Aku aja. Aku ke kamar dulu. Hapeku ada di sana."     

Denada mengangguk saat aku bangkit. Aku melangkahkan kaki ke kamar dengan cepat, lalu menyambar sebuah ransel lama dan memasukkan beberapa pakaian. Aku mengambil senapan hadian dari Kyle dan menyembunyikannya di belakang punggung sebelum memakai jaket.     

Aku menatap diriku sendiri di cermin. Berbulan-bulan ini aku sudah banyak berubah. Aku tak tahu apakah perubahan ini baik atau sebaliknya. Namun aku tahu, aku akan memastikan diriku melawan jika ada yang mengganggu jalanku.     

Aku mengamit handphone yang sedang diisi baterainya di meja dan menelepon Astro. Untunglah baterainya sudah penuh. Aku membutuhkan beberapa kali panggilan telepon hingga dia menerima telepon dariku.     

"Kenapa kamu belum tidur? Ini udah jam satu." suara yang kurindukan menyapaku di ujung sana.     

"Opa ... dibawa ke rumah sakit. Kyle sama Oma yang nemenin. Aku ga tau Opa kenapa, tapi yang jemput tadi bukan ambulans."     

"Apa?"     

"Nanti aku kabarin Opa dibawa ke mana. Aku ga yakin Opa dibawa ke rumah sakit yang biasa. Aku ga mau bikin kamu bolos lagi, tapi aku mau minta kamu ke sini secepetnya kalau bisa."     

"Kamu udah telpon kakek?"     

"Belum."     

"Biar aku yang telpon. Kabarin aku opa dibawa ke mana."     

Aku hanya menggumam.     

"Tunggu aku. Aku usahain bisa berangkat malam ini. Aku telpon Rilley dulu."     

"Okay."     

"Jangan mikir berlebihan sekarang, Oma butuh kamu."     

Tiba-tiba saja air mataku mengalir. Masih terbayang getaran tubuh Oma saat kupeluk beberapa saat lalu. Apa yang sebetulnya terjadi pada omaku hingga tak bersikap seperti biasanya?     

"Semuanya udah siap." ujar Denada yang tiba-tiba memasuki kamar dengan sebuah koper di sisinya. "Kita tunggu Kyle di depan aja."     

"Jangan. Tunggu Kyle di ruang baca. Bawa semua barang penting ke sana dan kunci pintunya. Pasang telinga kalian baik-baik. Jangan buka pintu kalau kalian ga yakin itu siapa. Kalau perlu, kalian berdua sembunyi di loteng." ujar Astro dari sambungan telepon kami.     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.