Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bakat



Bakat

1Bibirku masih bergetar saat Astro mengecupnya berkali-kali dengan lembut. Kami baru saja memasuki kamar dengan alasan menaruh koper sekitar sepuluh menit yang lalu, tapi yang kami lakukan setelah menutup pintu adalah bercumbu seolah kami tak akan bertemu bertahun lamanya. Padahal kami sudah bercinta beberapa kali di rumah peninggalan Kakek Indra setelah bertemu Ayah.     

"Kamu pasti kangen." ujarnya lirih dengan bibir yang masih basah, tepat di depan bibirku.     

Aku hanya menggumam. Aku pasti akan merindukannya. Bahkan sekarang, saat dia sebentar lagi akan pamit berangkat ke Surabaya tanpaku.     

"Video call aku, okay?" ujarnya sambil mengelus bibirku.     

Aku mengangguk. Napas kami masih memburu dan rasanya aku ingin melanjutkan percumbuan kami sebelum dia benar-benar pergi. Namun aku justru menahan diri karena khawatir tak akan merelakannya pulang ke Surabaya seorang diri. Di titik ini, aku merasa bodoh sekali karena pernah berniat menjalin hubungan jarak jauh dengannya setelah kami menikah.     

Astro mengamit daguku dan memintaku menatapnya, "I love you, Honey."     

"I love you too."     

Lalu kami saling menatap dalam diam. Aku tahu dia tak rela melepasku, seperti aku tak rela melepasnya. Dia meraih tengkukku dan kami kembali bercumbu. Entah berapa lama hingga terdengar ketukan di pintu.     

Aku melepas cumbuan kami dengan paksa untuk menjawab entah siapa di depan sana, "Ya?"     

"Maaf Nona, Astro harus berangkat ke bandara sekarang." terdengar suara Kyle.     

"Iya, Kyle. Sebentar."     

Lalu hening.     

Kami masih saling menatap dalam diam, tapi sepertinya waktu kami memang hanya sampai di sini. Aku mengecup bibirnya dan menarik tubuhku menjauh darinya, tapi dia bergeming.     

"Kamu harus berangkat."     

Astro menatapku sendu, "Kan aku udah bilang jangan bikin aku jauh dari kamu."     

Dia benar. Dia memang mengatakannya tadi pagi saat kami berada di kamar Kakek, tepat setelah Kakek mengabulkan satu permintaanku untuk mengeluarkan Axelle dari mansion.     

Aku mengelus wajahnya, "Tapi kamu yang nyanggupin aku di sini sampai hari minggu. Aku tunggu kamu dateng jumat nanti, ya?"     

Astro terlihat kesal walau tatapannya segera berubah dan mengangguk. Dia mengecup puncak kepalaku, "Jangan nakal kamu selama aku ga ada."     

Aku hampir saja tertawa. Nakal dia bilang? Coba lihat siapa yang bicara.     

Astro menyentil dahiku, "Aku serius."     

"Iya, aku tau. Sana berangkat." ujarku dengan senyum manis.     

"Rrgh nyebelin banget!" ujarnya sambil mendekapku erat di pelukannya.     

Aku memeluknya lebih erat selama beberapa lama dan menarik tubuhku menjauh, "Kamu harus berangkat. Jian bisa dapet masalah dari Ayah kalau kamu telat."     

"Fine." ujarnya sambil melepas pelukannya walau terpaksa.     

Aku mengecup bibirnya, "I love you, Honey."     

"I love you too."     

Aku membuka pintu dan menariknya ke luar dari kamar sebelum dia sempat menarikku kembali ke pelukannya. Aku mengajaknya ke ruang tamu untuk berpamitan pada Opa dan Oma. Entah bagaimana raut wajah tak relanya di kamar tadi lenyap tak tersisa saat bertemu Opa dan Oma. Dia benar-benar pandai berpura-pura.     

"Astro pamit ya, Opa. Astro titip Faza." ujar Astro sambil mengamit tangan Opa untuk menyalami dan mencium tangannya, dengan sebelah tangannya masih memegangi tanganku.     

Opa hanya mengangguk sambil mengelus bahu Astro. Astro menghampiri Oma yang duduk di sisi Opa dan melakukan hal yang sama.     

"Cuma empat hari kok." ujar Oma sambil melirik ke arah tangan kami yang masih saling menggenggam.     

"Oma kayak ga tau aja. Astro kan bucin." ujarku dengan senyum manis. Aku menoleh pada Astro dan dia sedang menunjukkan sebuah senyum terpaksa padaku. "Faza anter Astro ke depan ya."     

Aku menarik Astro ke halaman setelah Opa dan Oma mengangguk sebagai tanda setuju. Sudah ada Kyle dan Jian yang menunggu di dalam mobil milik Ayah. Jian yang akan menemani Astro ke Surabaya, sedangkan Kyle yang akan mengemudi dan kembali ke sini.     

"Titip suamiku." ujarku pada Jian sambil membuka pintu tengah. "Jangan biarin dia keliaran kecuali ke kampus sama workshop."     

Astro menyentil dahiku dengan kencang sebelum memasuki mobil dan duduk, yang membuatku mengusap dahi. Jian hanya mengangguk dan tersenyum melihat tingkah kami.     

"Nona harus tunggu Kyle di rumah. Kita perlu ngobrol." ujar Kyle sambil menyalakan mobil.     

Aku mengangguk sambil menatap Astro sebal dengan tangan masih mengusap dahi, "Awas kamu nanti."     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengecup dahiku, "Aku berangkat ya."     

Aku menggumam sambil menarik diri dan menutup pintu. Astro membuka jendela dan mengelus puncak kepalaku. Dia memberiku isyarat untuk mengecek handphone dan aku hanya mengangguk. Dalam beberapa detik waktu yang terlewat, mobil mereka sudah bergerak dan menghilang dari halaman rumah Oma. Meninggalkan sesuatu di dadaku yang terasa kosong.     

Begini beratkah rasanya berjauhan dengan suamiku? Ini terasa menyebalkan.     

Aku menghela napas sambil berjalan kembali memasuki rumah. Opa dan Oma sudah tak ada di ruang tamu. Mungkin Opa sudah ke ruang baca lebih dulu dan menungguku, maka aku melanjutkan langkah ke sana. Aku mengetuk pintu dan terdengar suara Opa dari dalam, ternyata dugaanku benar.     

Saat aku membuka pintu, hanya ada Opa di ruangan ini. Opa memberiku isyarat untuk duduk di sisinya dan aku menurutinya. Opa mengangkat lengannya dan kurasa aku tahu apa yang harus kulakukan.     

Aku memeluk lengan Opa dan bersandar di bahunya, "Opa kangen sama Faza kan."     

"Betul." ujar Opa sambil mengelus puncak kepalaku. "Maaf Opa membuat hidup Mafaza sulit."     

Aku mendongak untuk menatap Opa dan menggeleng, "Ini udah takdir Faza. Faza ga akan ngeluh. Faza justru bangga jadi cucu Opa."     

Opa tersenyum, "Begitu ya?"     

Aku mengangguk, "Ada yang mau Opa obrolin sama Faza?"     

Opa menatapiku dalam diam. Entah apa yang ada di dalam pikiran opaku saat ini. Menatapnya seperti ini benar-benar terasa seperti sedang memandangi kolam berisi air jernih tanpa ada suatu benda pun di dasarnya.     

Saat ini, entah kenapa, aku bisa melihat sosok Zen di dalam diri Opa. Entah sejak kapan mereka saling mempengaruhi atau mereka memang memiliki sifat yang sama, tapi ini terasa menakjubkan bagiku.     

"Opa tau ... Faza pikir Bunda masih hidup. Faza ga tau di mana, tapi perasaan Faza bilang Bunda masih ada." ujarku sambil menatapi manik mata Opa yang entah bagaimana tiba-tiba bergetar. "Faza akan cari tau, tapi Faza ga akan ngerepotin Opa. Opa istirahat aja ya, Opa harus sehat."     

Opa mengangguk dan mengelus puncak kepalaku, "Mafaza tahu apa yang paling Danastri sukai?"     

"Ngelukis?"     

"Bukan."     

Aku berpikir sesaat sebelum kembali menebak, "Bunda suka bikin kerajinan tangan. Bunda yang ngajarin Faza crafting."     

Opa menggeleng pelan, "Seharusnya Mafaza tahu, bukan? Bukan itu yang paling Danastri sukai."     

Lalu apa yang paling Bunda sukai? Bunda sangat menyukai karya seni. Namun jika melukis bukanlah yang paling Bunda sukai, maka mungkin bukan itu jawabannya.     

Apakah merajut dan menjahit? Bunda memang bisa menghabiskan waktu untuk merajut dan menjahit sesuatu, tapi kegiatan itu bisa dihitung dengan jari. Itu berarti Bunda tak terlalu menyukainya, bukan?     

"Mafaza harus memikirkan itu baik-baik. Karena bakat itu juga menurun pada Mafaza." ujar Opa dengan senyum lembut.     

Aku menatapi Opa dalam diam. Apa bakat yang Bunda turunkan padaku selain melukis dan membuat kerajinan tangan?     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.