Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bicara



Bicara

3Aku menyodorkan buku milik catatan Zen yang sudah terisi. Selama beberapa hari ini aku menyalin cacatanku ke buku miliknya karena dia belum bisa menulis dengan baik.     

"Makasih." ujar Zen.     

Aku hanya tersenyum singkat sebagai jawaban.     

"Kenapa kalian ga jadian aja? Kalian cocok tau." ujar Daniel dengan suara pelan.     

Aku menatapnya tak percaya, "Aku punya Astro."     

"Astro ga bakal tau kalau kalian jadian. Dia kan jauh. Lagian dia pulang juga jarang banget kan?"     

Aku menggeleng perlahan. Aku akan mengabaikannya karena dosen masih berada di ruangan. Aku tak ingin dianggap mengganggu jalannya proses perkuliahan.     

Aku menoleh untuk menatap Zen. Dia terlihat biasa saja, tak merasa terganggu atau senang. Seolah tak mendengar percakapanku dengan Daniel sesaat lalu. Padahal Daniel duduk di sisinya yang lain.     

Kelas diakhiri dengan dosen memberikan tugas individu yang harus dikumpulkan minggu depan. Aku segera membereskan barang-barang dan mengajak Zen pulang. Aku berencana melanjutkan membaca diary Bunda yang terakhir setelah sampai di rumah nanti.     

"Kamu harus pikirin omonganku tadi, Za." ujar Daniel sambil tersenyum.     

Aku menggeleng sambil menatapnya lekat, "Aku ga akan selingkuh cuma karena aku bisa."     

Daniel menaikkan bahu, "Kalau aku jadi kamu, aku lebih pilih Zen. Ngapain pacaran LDR nyiksa diri kalau bisa punya pacar yang lebih deket?"     

Aku merasa kesal sekali,, "Aku sama Astro ..."     

"Udah, Dan. Ga perlu dibahas lagi." ujar Zen sambil menatap Daniel.     

Aku tak tahu maksud dari ekspresi Zen pada Daniel, tapi aku lega karena dia menghentikanku melanjutkan kalimatku. Andai saja Zen tidak menyela kalimatku, mungkin aku sudah kelepasan bicara Astro sudah melamarku dan aku menerimanya.     

Daniel menatapku enggan sambil berlalu, "Sampai ketemu besok kalau gitu. Aku duluan ya."     

Aku menghela napas sebelum bangkit. Zen mengikutiku. Kemudian kami berjalan keluar kampus menuju parkiran bersisian dalam diam. Aku duduk dan menaruh handphone di holder sebelah kemudi. Aku baru saja akan memberi Astro panggilan video call saat ingat dia berkata akan sibuk mengerjakan deadline hingga malam.     

"Faza."     

Aku menoleh padanya.     

Dia menatapiku dengan tatapan yang tak dapat kumengerti, "Jangan nyerah ya."     

"Maksud kamu?"     

"Yang kamu bilang ke Daniel tadi bener. Kalau kamu nemu obrolan kayak gitu lagi, kamu harus jawab begitu."     

Aku tak mampu menebak ke mana arah pembicaraan ini. Apakah karena aku sedang menstruasi? Biasanya konsentrasiku akan terpecah di hari pertamaku menstruasi seperti saat ini.     

"Aku ga ngerti maksud kamu." ujarku setelah keheningan kami sesaat lalu.     

"Aku ... suka kalau calon istriku nolak diajak selingkuh."     

"Okay." ujarku dengan canggung. "Mm, berarti kamu udah move on?"     

"Belum." ujar Zen yang masih menatapiku dengan tatapan yang tak mampu kutebak. Sebetulnya dia membuatku bingung, tapi mungkin dia hanya sedang mencoba melawan perasaan. "Kamu tau kenapa aku suka kamu?"     

Aku menaikkan bahu, "Kenapa?"     

"Tatapan mata kamu beda. Kayak punya nyawa. Maksudku ... mata kamu tuh kayak bisa ngomong."     

Pembicaraan ini mulai terasa aneh untukku. Bagian mana dari mataku yang bisa bicara?     

"Kamu tulus, Faza." ujarnya pada akhirnya.     

"Mm, okay?"     

"Kamu bisa pegang omonganku. Aku ga bakal ganggu."     

Aku mengangguk sambil menyalakan mobil dan memulai perjalanan dalam diam. Walau aku tahu dia masih menatapiku dengan tatapan yang tak mampu kumengerti.     

***     

Astro memberi panggilan video call tepat saat aku duduk untuk melanjutkan perjalanan pulang setelah berpamitan pada mama Zen. Aku menerimanya, menyalakan mobil dan berlalu dari halaman rumah Zen.     

"Kok bisa pas banget sih?" aku bertanya saat melihat Astro di layar handphone. Sepertinya dia sedang berada di bawah pohon. Mungkin dia masih di kampusnya saat ini karena suasananya terlihat mirip.     

"Aku kangen." ujarnya dengan tatapan sendu.     

Aku menatapnya tak percaya dan ingin menggodanya sebentar, "Katanya kalau punya banyak kerjaan tiga bulan akan berasa cepet?"     

"Kamu ngeledek ya, Nona?"     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum karena dia langsung bisa menebak niatku, "Kenapa kamu di bawah pohon begitu? Lagi bad mood?"     

"Aku bad mood bayangin kamu setiap hari berangkat pulang bareng Zen. Bikin aku ga bisa konsentrasi."     

"Kenapa kamu masih keganggu sama Zen? Dia udah nyerah, Astro."     

Astro terlihat gusar, "Aku ga suka."     

Aku tak mampu menemukan kalimat yang tepat untuk menenangkan hatinya sekarang. Astro adalah pribadi yang selalu tahu apa yang disukai dan tidak disukainya. Mendebatnya jelas akan sia-sia.     

"Deadline kamu udah selesai?" aku bertanya untuk mengalihkan pembicaraan.     

"Belum. Aku mau benerin mood dulu. Bisa kamu kasih aku janji?"     

Aku terdiam sebelum bicara, "Janji apa?"     

"Jangan selingkuh dari aku."     

Ada apa dengan hari ini? Kenapa pembahasan selingkuh sepertinya selalu muncul.     

"Aku ga bakal selingkuh dari kamu, Astro. Kalau aku mau aku mungkin udah selingkuh dari berbulan-bulan lalu."     

Astro menatapku sebal. Sepertinya kalimatku belum memuaskan keinginannya.     

"Kamu mau aku gimana?"     

Astro menatapiku dalam diam. Dia mulai membuatku khawatir, tapi aku akan menunggunya bicara lebih dulu.     

"Besok ibu pulang kalau kamu mau ke rumah." ujarnya setelah keheningan kami yang lama.     

"Kamu bilang ke Ibu soal surat dari Ayahku buat Bunda?"     

"Aku cuma bilang kamu mau main. Kamu bisa telpon ibu dulu kalau beneran mau ke rumah."     

"Okay."     

Hening kembali di antara kami. Aku baru saja sampai di halaman rumah dan akan berdiam di sini untuk melanjutkan percakapanku dengannya.     

"Mood kamu udah bagus?" aku bertanya.     

Astro menggeleng.     

"I love you, Astro."     

Tatapannya padaku berubah menjadi lebih fokus dan lembut, "Aku lupa pernah bilang mau percaya sama kamu. Sorry, aku lanjutin deadline dulu ya. Nanti aku video call kalau udah di apartemen."     

"Okay. Semangat ya, Tuan Astro."     

"Baik, Nona." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Sepertinya dia sudah baik-baik saja. "Aku tutup ya."     

Aku tersenyum dan mengangguk, lalu video call kami terputus saat itu juga. Aku keluar dari mobil dan berniat langsung ke kamar untuk melanjutkan membaca diary Bunda yang terakhir. Aku penasaran bagaimana cara Bunda bisa bertemu Ayah lagi. Juga bagaimana caranya hubungan mereka bisa disetujui oleh Opa hingga menikah, tapi aku menemukan Opa sedang di ruang tamu membaca sebuah buku. Aku menyalami dan mencium tangan Opa, lalu mengalihkan pandangan pada sebuah paper bag dan satu buket bunga lavender yang tergeletak di atas meja.     

"Itu untuk Mafaza."     

Aku mengamit paper bag dan membuka isinya. Ada tujuh bar coklat almond kesukaanku di sana, "Ini Opa yang beli?"     

"Tadi ada kurir yang mengantar. Dari Astro."     

Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku. Sepertinya dia benar-benar memiliki jadwal tamu bulananku.     

Aku memeluk buket bunga lavender dan menemukan sebuah catatan kecil: I love you, Nona Mafaza Marzia     

Aah, dia membuatku malu.     

Baru kali ini Astro mengirim bunga ke rumah. Itu pun Opa yang menerimanya. Bagaimana jika Opa membaca pesan darinya? Mungkinkah Opa memang sudah membacanya?     

Aku menoleh ke arah Opa yang sedang menatapiku dengan senyum tipis. Melihat senyum itu memberikan sensasi aneh di dadaku. Ini benar-benar terasa memalukan.     

"Astro romantis ya." ujar Opa dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.