Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kucing



Kucing

2"Ibu hari minggu ada di rumah?" aku bertanya pada Ibu melalui telepon.     

"Ibu ada meeting jam sembilan. Kayaknya selesai sekitar jam dua siang. Kenapa, Sayang?"     

"Mm, tadinya Faza mau minta tolong nganter ke rumah Kakek, tapi kalau Ibu ada meeting ga usah aja. Nanti Faza cari cara lain."     

"Bukannya Faza bisa bawa mobil sendiri ke sana?"     

"Tadinya Faza mau bawa mobil sendiri, tapi Opa ga ngasih ijin. Opa minta Faza nunggu Astro, tapi Astro baru pulang akhir bulan."     

"Kalau gitu nanti hari minggu jam tujuh Faza ke rumah ya. Ibu anter Faza ke rumah kakek dulu sekalian Ibu sama ayah jalan ke lokasi meeting."     

"Ga usah aja, Bu. Faza ga mau ngerepotin. Nanti Faza cari cara lain aja dulu."     

"Faza ga ngerepotin kok. Lagian meetingnya emang di area sana jadi bisa sekalian ikut."     

"Bener, Bu? Faza bisa cari cara lain kok kalau emang Ibu ada meeting."     

"Bener. Nanti Ibu bilang ke ayah kalau Faza mau ikut ke rumah kakek. Ada lagi yang Faza butuhin?"     

"Itu aja, Bu."     

"Okay. Jangan lupa makan ya, ini udah jam makan siang. Ibu mau nyiapin makan dulu buat ayah."     

"Iya. Makasih, Bu."     

"Iya, Ibu tutup ya."     

Aku menggumam mengiyakan lalu sambungan telepon terputus setelahnya. Aku mengedarkan tatapan ke sekeliling. Aku sedang berada di bawah pohon yang tersembunyi di depan gedung fakultas untuk menghindari Zen. Kelasku baru akan dimulai setengah jam lagi. Udara di sini terasa menyenangkan, dengan angin semilir yang berhembus beberapa saat sekali.     

Aku mengeluarkan buku sketsa dari ransel dan memasang earphone sebelum memulai list musik untuk menemaniku menunggu. Ada beberapa anak kucing sedang bermain di bawah pohon di depanku. Mereka lucu sekali.     

Aku pernah berpikir untuk memelihara seekor kucing, tapi membatalkannya. Aku tak terlalu percaya diri untuk memeliharanya dengan segala kesibukanku. Aku khawatir jika kucing itu akan terlantar nantinya.     

"Sketsa kamu emang selalu bagus ya?" samar-samar tendegar suara yang familier di telingaku.     

Aku melepas sebelah earphone dan menoleh. Kak Sendy sedang menyandarkan sebelah bahu di batang pohon yang sedang kujadikan tempat sembunyi. Aku tersenyum sebagai rasa terima kasih karena sudah memujiku.     

Dia duduk di sebelahku, "Ngapain kamu di sini sendirian? Ga takut kesambet setan?"     

"Aku ngindarin Zen. Males banget ketemu dia kalau ga terpaksa."     

Dia tertawa, "Segitunya?"     

"Risih tau, Kak. Kakak ga ada kelas?"     

"Baru selesai. Oh ya, gimana? Mau dateng ke pameran papaku?"     

"Kapan sih?"     

"Akhir bulan depan. Ajakin Astro sekalian kalau dia bisa."     

"Aku bilang Astro dulu ya, tapi aku ga janji. Nanti aku kabarin."     

"Okay. Kamu ga tertarik ikut UKM? Oh ya, kerjaan kamu banyak ya. Mana sempet ngurusin UKM."     

Aku hanya tersenyum sebagai tanda pengertian. Pekerjaanku memang menghabiskan sebagian waktu. Jika aku memikirkannya sekarang, entah bagaimana Astro bisa bertahan dengan segala pekerjaannya.     

"Mm, kenapa Kakak di sini?" aku memberanikan diri untuk bertanya karena dia biasanya selalu sibuk dengan organisasi. Seingatku, aku selalu bercakap dengannya saat aku membutuhkannya atau saat kami sedang berada di pertemuan dengan teman-teman kami yang lain.     

"Aku kasihan liat kamu sendirian."     

"Ga mungkin itu alasannya. Astro yang minta?" aku bertanya hanya untuk memastikan dugaanku.     

"Pinter juga kamu." ujarnya sambil tersenyum.     

Aku menggeleng perlahan, "Dia selalu begitu."     

"Aku cuma bantu Astro pas kebetulan liat kamu kok. Ga sengaja nyari waktu buat jagain kamu jadi ga masalah."     

"Aku bisa jaga diri. Lagian aku cuma ngindarin Zen aja."     

"Kalau aku jadi Astro, aku bakal khawatir juga sih. Bukan soal kamu cantik. Ya ... walau emang bener kamu cantik, tapi Astro juga banyak yang ngincer. Khawatirnya yang ngincer dia jadi ngincer kamu juga. Apalagi kalian udah terang-terangan ngasih liat hubungan ke publik."     

Aku tak pernah memikirkan tentang hal itu sebelumnya. Astro tak pernah menyebut apapun tentang orang-orang yang mengincarnya.     

"Mm, thank you kalau gitu." ujarku ragu-ragu.     

"It's okay. Kelas kamu mulai jam berapa?"     

Aku melirik jam di lengan, "Sepuluh menit lagi."     

"Heh! Dicariin dari tadi. Ngapain di sini?" ujar seseorang di belakangku.     

Aku menoleh ke arah sumber suara dan menemukan Donny. Tubuhku seketika membeku. Sudah sejak lama sekali aku berniat untuk menghindarinya. Kenapa dia tiba-tiba berada di sini?     

Donny menatapku tak percaya. Mungkin dia juga tak mengharapkan akan bertemu denganku. Walau harus kuakui aku melihat tatapan yang berbeda. Entah apa artinya.     

"Bukannya aku bilang tunggu di markas BEM?" ujar Kak Sendy.     

"Lama nunggunya. Kelas kamu kan udah selesai dari tadi." ujar Donny dengan tatapan yang masih terpaku padaku.     

Entah bagaimana, lenganku yang pernah terluka olehnya terasa berdenyut mengganggu. Aku mengalihkan tatapan darinya dan membereskan barang-barangku dengan cepat.     

"Sorry, Kak. Aku duluan ya. Kelasku sebentar lagi mulai." ujarku pada Kak Sendy sambil memakai ransel, lalu bangkit dan berlalu bahkan tanpa menoleh sedikit pun. Aku tahu Kak Sendy memanggilku, tapi akan lebih baik jika aku pergi saja. Perasaan buruk di hatiku saat melihat Donny membuatku mengingat masa lalu.     

Aku berjalan cepat melewati deretan pohon sebelum masuk ke gedung fakultas dan menyusuri koridor menuju kelas yang seharusnya kudatangi. Aku menemukan plang tanda ke toilet di salah satu koridor, yang entah bagaimana meninggalkan sensasi aneh di perutku karena ingat aku pernah pingsan dan terluka di depan toilet saat lomba robotik dua tahun lalu.     

Kepalaku terasa berputar sebelum menabrak seseorang saat berbelok, "Sorry."     

"Kenapa kamu?"     

Aku menoleh dan menemukan Zen sedang menatapku khawatir. Astaga, aku sedang tak ingin bertemu dengannya juga.     

"Ga pa-pa kok. Sorry aku ga liat ada kamu. Aku duluan ya." ujarku sambil melanjutkan langkah, tapi dia menahan lenganku.     

"Kamu kenapa panik begitu?"     

Aku menarik lengan hingga terlepas darinya, "Ga pa-pa kok. Cuma ketemu Donny di depan."     

"Siapa?" sepertinya dia bertanya untuk memastikan dia sedang tak salah mendengar.     

"Ga penting, Zen. Aku duluan ya." ujarku sambil berjalan cepat untuk meninggalkannya, tapi dia berhasil menyamai irama kakiku.     

"Kamu ketemu Donny?"     

Aku menggumam mengiyakan dan menoleh sesaat padanya sebelum mengalihkan tatapan ke koridor yang kususuri. Dia terlihat marah dan khawatir.     

"Di mana?"     

"Ga sengaja ketemu di bawah pohon."     

"Ngapain kamu di bawah pohon?"     

Aku menatapnya sesaat, tapi tidak menjawabnya. Sudah jelas aku sedang menghindarinya, tapi kenapa dia justru membuntutiku seperti ini?     

Zen menahan lenganku, "Kalau kamu punya masalah kamu bisa bilang ke aku. Aku pasti bantu."     

Aku menghela napas, "Masalahnya adalah kamu ganggu dan aku mau jaga jarak dari kamu. Kamu bisa bantu?"     

Zen menatapku tak percaya walau segera berganti ekspresi lebih tenang, "Kalau aku ga ganggu, tapi aku tetep ada di sekitar kamu, kamu mau biarin aku?"     

Itu adalah pilihan yang sulit. Entah bagaimana caranya agar dia bisa tetap berada di sekitarku tanpa mengganggu?     

"Mungkin?"     

Zen melepas genggaman di lenganku, "Fine. Aku ga akan ganggu kamu lagi, tapi kamu selalu bisa minta bantuanku."     

Aku tak tahu bagaimana harus menanggapinya hingga tersenyum tipis hanya untuk sopan santun dan melanjutkan langkah menuju kelas yang harus kudatangi. Zen mengikutiku, tapi memberi jarak beberapa langkah di belakang dan tak mengatakan apapun lagi.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.