Nafsu
Nafsu
"Jangan liatin aku pakai nafsu begitu." ujarnya sambil duduk bersila di hadapanku.
Aku tak akan membohongi diriku sendiri bahwa aku memang menganggapnya sexy. Dengan tubuh yang baru selesai mandi dan beberapa kotak otot yang terbentuk di perut, juga otot di bagian tubuh lainnya, aku akan naif sekali jika berkata aku tidak menyukainya.
"Jangan bahas itu. Angkat tangan kamu." ujarku sambil membuka salep untuk mengobati lebam di dada dekat rusuk kirinya.
"Aku sexy kan?" ujarnya dengan senyum menggoda yang ditahan. Sepertinya sulit sekali baginya untuk tak menggodaku seperti itu.
Aku menekan jari lebih keras di lukanya yang lebam untuk memberinya peringatan, "Jangan mulai."
"Ssshh, fine." desisnya sambil menahan sakit.
Aku membantu mengobati lukanya selama beberapa lama. Ada sembilan luka lebam di sekujur tubuhnya. Entah apakah ada luka di dekat area pribadinya karena aku tak berani bertanya. Aku menatapnya lekat, "Berhenti bercanda kelewatan lagi atau kamu bener-bener batal jadi calon suamiku."
Astro menatapku nanar, "Baik, Nona. Ternyata kamu tega ya."
"Aku harus begitu. Aku ga lagi main-main sama kamu, kamu tau?"
Astro terdiam sebelum bicara, "Kalau aku dateng nanti, kamu pasti terima aku kan?"
"Selesaiin dulu proyek kamu. Baru kita omongin."
"Aku masih pegang janji kamu." ujarnya sambil mengangkat lengan kirinya yang terpasang gelang kulit buatanku.
"Aku juga pegang janji kamu buat ga bercanda kelewatan."
Kami saling menatap dalam diam. Aku tahu kami berdua sudah berusaha keras menjaga batasan selama ini. Aku tak ingin membuat waktu yang tersisa menjadi sia-sia hanya karena kami tak bisa bersabar sedikit lebih lama.
"Pakai bajunya. Sengaja ya mau pamer?" ujarku untuk memecah keheningan.
Astro memakai kaos sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Karena aku udah janji ga bercanda kelewatan lagi, aku harus dapet hadiah kan. Nahan diri itu susah, kamu tau?"
"Bukannya kamu udah dapet hadiah yang kamu butuh dari Ayah?"
Sepertinya Astro mengerti maksud kalimatku. Wajahnya berubah tegang dan rahangnya mengeras.
Aku menaruh sebuah kecupan di jari dan menaruhnya di dahinya, "Itu hadiah kamu."
Astro menatapku sendu. Wajahnya merona merah sekali. Aku tahu dia menginginkan kecupan yang sesunguhnya, tapi dia harus bersabar kali ini.
"Aku mau pulang. Udah malem." ujarku sambil bangkit dan berjalan meninggalkannya.
"Tunggu!" ujarnya yang segera bangkit dan berjalan di sisiku. Dia mengamit tanganku dan menggenggamnya erat sambil terus menatapiku.
"Kita bisa sabar kan?"
Astro mengangguk. Kuharap dia benar-benar mendapat pelajarannya kali ini. Aku serius ingin hidup bersamanya hingga tua. Bersabar dua setengah tahun lagi akan terasa memuaskan jika kami lulus menghadapi diri kami sendiri sebelum waktunya tiba.
Kami menuruni tangga bersama, lalu menemui kedua orang tuanya yang sedang duduk di ruang tengah lantai dua. Ayah memberi kami isyarat untuk duduk di atas karpet di samping mereka.
"Kita bikin peraturan." ujar Ayah setelah kami duduk sambil menatapi tangan kami yang masih saling menggenggam.
Kami terdiam. Sepertinya akan lebih baik menunggu Ayah yang memimpin percakapan kali ini.
"Kalian ga boleh lebih dari pegangan tangan. Yang berarti ga ada ciuman atau pelukan sampai waktunya nikah. Ga boleh ada flirting online. Semua bahasan vulgar dilarang. Kalian baru bisa lakuin apapun yang kalian mau kalau kalian udah nikah. Ngerti?"
Kami mengangguk menyetujui.
"Faza juga. Ga boleh mancing-mancing Astro."
Aku menoleh untuk menatap Astro. Bagian mana dari diriku yang memancingnya?
"Kamu kan pernah cium bahu sama pipiku." ujarnya tanpa malu-malu. Ada senyum kemenangan di bibirnya saat mengatakannya.
Aku menatapnya tak percaya. Sepertinya wajahku memerah karena terasa panas. Aku menoleh untuk menatap Ayah, "Iya, Yah. Faza janji."
Ayah menghela napas keras, "Kalian berdua ini bener-bener ..., jaga diri kalian baik-baik. Dua setengah tahun itu cepet kalau kalian punya banyak kerjaan. Bukannya kerjaan kalian udah banyak? Atau perlu Ayah tambah lagi?"
"Udah cukup, Yah. Astro janji ga gitu lagi." ujar Astro.
"Faza juga janji." ujarku yang tak sanggup menatap siapapun karena terlalu malu, maka aku menunduk.
"Ayah pegang janji kalian ya."
Aku mengangguk dalam diam. Baru kali ini Ayah marah padaku juga. Walau Ayah tak memberiku pelajaran yang sama dengan Astro, tapi pembicaraan ini telah menjadi pelajaran untukku.
"Sekarang kalian makan, trus Astro anter Faza pulang. Ibu udah pesenin tiket pesawat buat Astro berangkat ke Surabaya besok pagi." ujar Ibu.
Astro mengangguk dan menarikku bangkit bersamanya. Aku hanya mengikuti langkahnya turun ke dapur dalam diam.
"Kamu beruntung ga diajak sparing sama ayah." ujarnya sambil melepas tanganku setelah aku duduk salah satu kursi meja makan.
"I'm sorry."
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Kalau kamu ga ngadu sama ayah aku juga ga akan ngadu. Jadi ini emang salah kamu."
"Iya aku tau aku yang salah. Aku minta maaf." ujarku sungguh-sungguh. Sebetulnya bukan tentang siapa yang mengadu yang membuatku merasa bersalah, tapi karena aku tahu aku juga berkali-kali menggodanya yang mungkin membuat kesabarannya diuji.
Astro mengelus puncak kepalaku, "Kita saling jaga ya."
Aku tak memiliki pilihan lain selain mengangguk. Aku benar-benar merasa malu.
Aku mengambilkan makanan untuk Astro sebelum mengambil makanan untuk diriku sendiri. Aku terkejut karena dia makan banyak sekali. Dia menambah porsinya sendiri sebanyak dua kali hingga membuatku berpikir mungkin karena dia baru saja mengeluarkan banyak tenaga untuk sparing bersama ayahnya.
Kami naik ke lantai dua untuk pamit sebelum Astro mengantarku pulang. Astro menolak untuk melepas tanganku selama perjalanan, bahkan memintaku untuk meletakkan tangan di persneling agar tak perlu repot-repot melepasnya.
"Aku bikin lukisan buat kamu. Tadinya mau aku kirim bareng sama berkas kamu kemarin, tapi takut rusak. Nanti kamu bawa ya."
"Lukisan apa?"
"Nanti kamu liat sendiri."
"Thank you." ujarnya sambil mengelus jariku.
"Mm, kalau kamu pulang sekarang, akhir bulan nanti kamu pulang lagi?"
Astro menoleh padaku sesaat sebelum kembali fokus pada rute perjalanan, "Kamu mau aku pulang atau ga?"
"Kamu kan janji mau masak buatku."
"Aku bisa masak bulan depan kalau cuma mau pulang buat masakin kamu."
Aku terdiam sebelum bicara, "Pulang ya."
Astro tersenyum lebar sekali, tapi tak mengatakan apapun.
"Pulang kan?" aku bertanya untuk memastikan jawabannya.
"Liat nanti."
"Serius."
"Aku serius. Aku belum selesai ngecek proyek dari opa karena tiba-tiba disuruh pulang gara-gara kamu ngadu."
Kalimatnya meninggalkan sensasi tak nyaman di perutku. Aku tahu dia pasti kesulitan karena diminta pulang tiba-tiba dari proyeknya yang entah berada di mana. Namun aku akan sangat rindu jika dia baru pulang lagi bulan depan.
Astro menoleh dan tersenyum yang membuatnya terlihat tampan dalam cahaya yang remang-remang, "Aku pulang kok. Kasihan nanti ada yang kangen kalau ga liat aku kelamaan."
Aku tak mampu menyembunyikan senyum di bibirku, "Thank you."
"Anytime." ujarnya sambil mengelus jariku.
Sepertinya aku baru menyadari sesuatu, "Kamu ga manggil aku 'honey' lagi?"
"Nanti aja kalau kita udah nikah. Manggil kamu 'honey' bikin aku dapet masalah."
Aku tersenyum lebar. Sepertinya sekarang ada sekumpulan kupu-kupu sedang terbang di perutku. Andai saja waktu seperti ini bisa berlangsung lebih lama. Lagi-lagi aku memang harus bersabar hingga waktunya tiba.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-