Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Mochi



Mochi

1"Faza ikut ke kafe yuk." ujar Nina setelah jam kuliah kami selesai.     

Aku menoleh padanya dan berpikir sejenak. Sebetulnya aku tak memiliki pekerjaan apapun hari ini.     

"Ga punya kerjaan kan hari ini?" Zen bertanya.     

"Kok tau?"     

Zen hanya menaikkan bahu tanpa menjelaskan.     

"Tapi aku mau pulang."     

"Ayo dong, Za. Sekali-kali mumpung kamu ga sibuk." ujar Nina.     

"Emang ga bosen ya pulang terus? Sekali-kali hang out sama kita, Za." ujar Daniel.     

"Kamu bisa ijin Astro dulu kalau mau." ujar Zen.     

"Pasti diijinin deh. Astro baik kok. Yuk, Za." ujar Nina sambil mengamit lenganku dan menarikku berjalan bersamanya.     

"Tapi ..."     

"Udah deh. Astro juga jauh. Ga bakal tau dia kalau kamu bohong sekali-kali." ujar Daniel dengan senyum iseng.     

"Asik! Faza ikut. Aku nebeng sama kamu ya." ujar Nina sebelum aku sanggup mengatakan apapun untuk menolaknya.     

"Curi kesempatan banget ini anak biar bisa naik mobil bagus." ujar Bian yang terlihat kesal.     

"Biarin. Sekali-kali mumpung Faza bisa."     

Sepertinya aku harus ikut walau terpaksa, "Mm, tapi cuma sebentar ya."     

Sepertinya mereka bahkan tak bersedia mendengarkan penjelasanku. Mereka mulai membahas tugas individu yang diberikan dosen beberapa saat lalu.     

Nina ikut menumpang dengan mobilku. Dia masih saja menatapi mobilku dengan tatapan takjub walau ini bukan pertama kali baginya. Kami sampai di kafe setengah jam kemudian. Aku sudah tak membutuhkan GPS untuk menuntun jalan karena sudah tahu rute menuju ke sana.     

"Yuk, Za." ujar Nina sambil membuka pintu untuk turun.     

"Duluan ya. Nanti aku nyusul."     

"Okay."     

Aku mengamit handphone dari saku dan memberi Astro panggilan video call. Aku tahu ini adalah jadwalnya mengikuti kegiatan UKM robotik, tapi tak ada salahnya jika aku mencoba menghubunginya.     

Astro tidak menerima panggilan video call dariku. Mungkin lebih baik jika aku memberinya sebuah pesan untuk memberitahunya aku sedang berada di kafe milik Zen.     

Aku melangkah memasuk ke kafe dengan membawa ransel dan menenteng handphone. Kafe ini cukup besar dan menggunakan desain industri sebagai konsep interiornya. Ada lukisan terpajang di berbagai tempat, yang aku cukup yakin Zen lah yang membuatnya sendiri.     

"Faza." seseorang dengan suara familier menyapaku.     

Aku menoleh dan mendapati Kak Liana tersenyum simpul, sedang menghampiriku dari salah satu sudut sofa.     

"Kirain Kakak salah liat." ujarnya sambil memelukku. "Kok ga bilang, Dek, kalau ngajak Faza? Kakak kan bisa bikinin mochi dulu tadi."     

"Dia ikut juga karena dipaksa anak-anak. Kalau ga dipaksa mana mau." ujar Zen dari sudut sofa yang lain.     

"Ih, jahat kamu ngomongnya. Pantes Faza ga mau sama kamu."     

Zen terlihat terganggu dengan kalimat Kak Liana, tapi tak mengucapkan apapun untuk menanggapi. Daniel, Bian dan Nina yang duduk di sekelilingnya terlihat canggung dengan situasi yang terjadi.     

Kak Liana membawaku ke sofa tempat mereka berkumpul. Dia memintaku duduk di sebelah Zen dan dia duduk di sisiku yang lain, lalu memanggil seorang pramusaji untuk mencatat pesanan.     

"Hari ini Kakak yang traktir." ujar Kak Liana yang disambut dengan komentar syukur dari yang lain.     

"Faza jadi ngerasa ga enak." ujarku sungguh-sungguh. Aku tahu bagaimana sulitnya menjalankan sebuah bisnis yang baru dibangun.     

"Ga pa-pa. Kakak seneng soalnya Faza mau dateng. Lain kali kalau mau ke sini chat dulu ya. Nanti Kakak bikinin mochi."     

"Kalau kita yang dateng ga dibikinin, Kak?" Daniel bertanya.     

"Ga dong, kalian kan anak manja. Faza beda. Umur segini udah punya toko craft sendiri. Main di pasar luar negri lagi."     

Ucapan kak Liana mendapat komentar terkejut dari teman-temanku. Mereka bertanya di mana tokoku berada, barang-barang apa saja yang dijual, bahkan bertanya tentang bagaimana aku mulai membuat kerajinan tangan.     

"Kalian bisa cek sendiri di website. Lengkap kok informasi di sana." ujarku sambil memperlihatkan website Lavender's Craft dari handphoneku.     

"Websitenya keren. Bayar berapa kamu bikin website ini?" Nina bertanya.     

"Itu Astro yang bikin." ujarku yang membuat mereka semua saling pandang. "Tapi tolong rahasiain kalau toko punyaku ya."     

"Kenapa dirahasiain? Keren loh bisa main pasar luar negri." ujar Bian.     

"Mm, aku lebih suka orang lain ga tau."     

"Low profile banget ya kamu? Mobil kamu itu hasil laba dari toko berapa tahun?" Daniel bertanya.     

"Mobil itu dari Astro." ujarku jujur.     

Kalimatku membuat semua orang saling pandang. Kak Liana bahkan terlihat berpikir dengan serius. Hanya Zen yang terlihat biasa saja karena dia sudah mengetahuinya.     

"Astro baik banget ya." ujar Kak Liana pada akhirnya, sambil menatap Zen.     

"Mereka udah kenal dari SD." ujar Zen yang entah bagaimana terkesan sedang membela diri.     

Kak Liana mengangguk sebelum bangkit, "Kalian lanjutin ngobrolnya ya. Kakak mau lanjut kerja dulu."     

Aku menatapinya menjauh sebelum menggeser duduk agar gak terlalu dekat dengan Zen, lalu menyesap green tea float pesananku. Aroma green tea-nya mengingatkanku pada aroma Astro. Sepertinya aku akan memesan satu untuk kubawa pulang.     

"Za, sorry kalau aku lancang, tapi ... kamu kalau lagi sama Astro pakai pengaman apa?" Bian bertanya.     

"Pengaman apa maksudnya?" aku bertanya sambil meletakkan gelas di meja.     

"Kamu tau ..., kalau kalian lagi ... berhubungan?"     

Aku menatapnya tak percaya, tapi entah kenapa mereka semua menatapiku penuh rasa ingin tahu. Bahkan Zen tak berusaha menyembunyikan kegusaran dalam tatapannya.     

"Mm, sorry, aku ... ga pernah. Maksudku, kita ga pernah ..." aku tak mampu melanjutkan kalimatku.     

"Kamu masih perawan?" Daniel bertanya dengan tatapan tak percaya.     

Aku tak memiliki kalimat apapun untuk menanggapinya, maka aku hanya menaikkan bahu.     

"Ga mungkin! Apa Astro sebaik itu mau ngasih kamu mobil tanpa ada maunya?" Bian bertanya.     

"Hei! Astro bilang dia calon suami Faza. Mereka punya rencana mau nikah." ujar Nina sambil menyodorkan handphoneku kembali padaku.     

"Beneran? Kapan?" Daniel bertanya dengan tatapan terkejut yang jelas sekali.     

"Belum tau." ujarku jujur.     

"Tapi kalau ciuman pernah kan?" Bian bertanya karena sepertinya masih penasaran dengan topik itu.     

Aku hanya menggeleng. Mereka semua terkejut dan mulai saling memberikan pendapat masing-masing. Aku hanya diam saja menunggu pembahasan itu reda dengan sendirinya.     

Dibandingkan dengan saat Donna bertanya padaku tentang hal ini, aku tak terlalu terkejut sekarang. Aku hanya masih merasa tak nyaman dengan keingintahuan orang lain tentang hal-hal yang seharusnya adalah privasi.     

Handphoneku bergetar. Ada panggilan video call dari Astro. Aku menerimanya.     

"Kamu belum pulang?" Astro bertanya. Aku tahu ada tatapan khawatir yang berusaha disembunyikan olehnya.     

"Sebentar lagi. Mau kenalan sama temen-temenku?"     

"Boleh."     

Aku menjauhkan handphone agar semua teman-temanku bisa terlihat olehnya. Aku bahkan sengaja memperlihatkan Zen yang duduk di sebelahku. Aku tahu Astro merasa gusar, dia hanya tak mengatakan apapun saat ini.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.