Dy,
Dy,
Aku duduk di kursi kerja untuk melanjutkan membaca diary Bunda. Aku masih mencoba mencari tahu tentang anak Oma yang lain.
Buku kempat berisi segala curahan hati Bunda setelah berpisah dengan Ayah. Betapa Bunda merasa sangat rindu dan aku bisa memahaminya dengan baik. Walau hubunganku dan Astro baik-baik saja, tapi berjauhan dengannya memang terasa berat sekali.
Bunda berusaha untuk terus datang ke pertemuan karena bujukan Oma. Bunda berkali-kali berusaha membuka hati pada laki-laki lain, tapi sepertinya Bunda tak mampu. Hingga sampai di suatu halaman,
8-10
Dy (bunda memanggil diarynya dengan sebutan Dy), tadi Ana bertemu Abidzar. Dia baru pulang dari Osaka. Dia bilang akan datang melamar saat Ana lulus SMA. Ana harus cari cara untuk masuk UI, Ana ingin bertemu Kak Abbas (Ayah). Terserah walau Papa melarang, Ana akan tetap berangkat.
Ana memang belum mendapat kabar di mana Kak Abbas sekarang. Semoga Kak Abbas cepat dapat cara untuk bisa menghubungi Ana. Ana rindu sekali.
...
13-10
Dy, Abidzar mengganggu sekali. Dia selalu datang setiap hari untuk menjemput Ana. Ana tahu jika Ana lapor Papa, pasti Papa akan melarang Abidzar datang lagi. Namun Ana belum bicara dengan Papa sejak Kak Abbas pindah. Ana terlalu benci Papa. Ana masih menghindar dari Papa sampai sekarang.
Ana harus bagaimana?
Haruskah Ana memberitahu Abidzar, dia tidak akan direstui oleh Papa walau dia memaksa? Sepertinya dia tidak tahu ayahnya menembak adik Ana saat ada konflik dengan Papa dulu, atau sebetulnya dia tahu tapi tidak peduli?
Ana muak dengan segalanya. Ana kesal sekali terjebak di keluarga ini. Tidak bisakah Ana hidup seperti anak lainnya yang biasa-biasa saja? Mungkin Ana bisa hidup bersama Kak Abbas dengan tenang.
...
17-10
Mama mengusir Abidzar saat datang ke rumah. Beruntung Mama tidak ikut Papa hari ini. Sepertinya Abidzar memang tidak tahu-menahu tentang konflik ayahnya dengan Papa. Haruskah Ana beritahu agar dia menyerah saja?
...
21-10
Dy, Abidzar nekat datang ke rumah untuk menemui Papa. Ana terpaksa bertemu Papa hari ini. Ana benci sekali! Ana bertengkar lagi dengan Papa. Ana muak!
Kak Abbas bahkan masih belum memberi kabar hingga sekarang. Apakah Kak Abbas sudah menyerah? Padahal Ana masih menunggu.
Tolong jangan menyerah dulu.
...
22-10
Dy, Papa dan Mama mengajak Ana menemui keluarga Pranoto. Ana terpaksa ikut karena Ana pikir akan lebih baik jika Abidzar berhenti mengejar Ana.
Ternyata benar dugaan Ana, Abidzar tidak tahu tentang konflik ayahnya dengan Papa. Abidzar marah sekali saat tahu. Dia bahkan membalikkan meja di hadapan kami semua. Sangat tidak sopan dan kasar sekali. Ana tidak mungkin menerima laki-laki seperti itu.
Ana tidak mengerti kenapa konflik lama bisa kembali muncul. Ayah Abidzar meminta maaf pada Papa atas kelancangan sikap Abidzar, tapi kelihatannya dia tidak tulus. Dia dan keluarganya arogan sekali. Keluarga Kak Abbas yang tidak sempurna pun sepertinya jauh lebih baik dari mereka.
...
23-10
Dy, Mama banyak bercerita hari ini. Ternyata Ana tidak pernah memikirkan perasaan Mama selama ini. Mama selalu terjebak di antara pertengkaran Ana dengan Papa.
Mama memberitahu Ana, Papa akan pensiun dini bulan depan karena memilih untuk memperbaiki hubungan dengan Ana. Mama meminta Ana memaafkan semua sikap Papa yang terlalu kasar.
Ana tidak tahu apakah Ana bisa, tapi mungkin dengan pensiunnya Papa nanti Ana bisa hidup sedikit lebih tenang. Setidaknya tidak akan ada yang menguntit kegiatan Ana setiap hari. Bahkan mungkin Kak Abbas akan lebih cepat menemukan cara untuk menghubungi Ana karena orang-orang suruhan Papa tidak lagi mengganggu.
...
Aku menghela napas beberapa kali setelah membacanya. Ini belum sampai setengah buku, tapi rasanya lelah sekali. Aku beranjak dan merebahkan tubuh di tempat tidur. Kepalaku berdenyut karena nama Abidzar Pranoto berputar di benakku. Aku tak menyangka pernah berurusan dengan anaknya beberapa kali.
Sampai di titik ini, aku menyimpulkan adik Bunda yang tiada adalah anak yang dikandung Oma saat Bunda berumur satu tahun. Entah bagaimana Bunda menemukan cerita ini dengan terlambat bertahun-tahun berikutnya. Haruskah aku bertanya pada Oma tentang hal ini?
Aku masih belum menemukan bukti otentik tentang apakah Opa adalah agen rahasia. Seharusnya ada sebuah dokumen atau plakat atau apapun mengenai itu, bukan? Apakah semuanya berada di loteng?
Aku memaksa tubuhku bangkit dan berjalan cepat ke ruang baca, lalu menggeser lampu meja dan segera naik saat tangga kecil turun menghampiriku. Aku naik dengan hati-hati dan mencari sakelar lampu karena di sini mulai remang-remang. Aku berniat mencari bukti apapun yang bisa menjawab pertanyaanku.
Aku baru menyadari, mungkinkah Opa sedang menghindariku?
Aku mungkin akan lebih memilih bertanya pada Opa jika Opa berada di rumah, tapi mungkin lebih baik seperti ini. Aku tak ingin Opa merasa stress hingga mempengaruhi kesehatannya demi menjawab segala pertanyaanku.
Aku mengeledah tempat-tempat yang belum kujamah kemarin. Aku masih belum menemukan bukti apakah Opa adalah agen rahasia atau bukan. Namun aku menemukan banyak foto lama saat Opa dan Kakek masih muda di salah satu buku kumpulan foto. Jelas bahwa keduanya masuk militer. Hanya saja jika benar Opa adalah agen rahasia, mungkin Opa memilih untuk bekerja di balik layar.
Hal ini membuatku berpikir, apakah selama ini kegiatanku juga dimata-matai? Apakah Opa tahu semua yang kukerjakan sementara aku tidak menyadari ada orang yang membuntutiku selama ini?
Namun sepertinya aku berpikir berlebihan. Jika Opa meminta seseorang membuntutiku, seharusnya akan ada yang datang membantu saat Donny mengejarku dari stasiun radio dua tahun lalu.
Aku melirik jam di lengan, pukul 17.48. Aku akan menyudahi pencarianku sekarang. Aku baru saja keluar dari ruang baca dan terkejut mendapati Astro datang menghampiriku dengan tatapan sangat khawatir dari arah kamarku.
"Waktu kamu jemput aku di kantor polisi, kamu bilang ke Donny kalau aku cucu Opa?" alih-alih bertanya kenapa dia di sini, entah kenapa justru pertanyaan ini yang keluar dari bibirku.
"Aku kasih tau dia kalau kakeknya yang bunuh anak opa yang kedua. Dia tau siapa opa. Dia ga akan berani macem-macem kalau tau kamu cucunya opa."
Aku menghela napas berat dan menutup wajah. Entah bagaimana, aku tiba-tiba sudah berada di pelukannya sesaat setelahnya.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!
Regards,
-nou-