Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Apa?



Apa?

0Aku melirik jam di sudut laptop, pukul 23.14.     

Aku akan tidur sekarang. Aku mematikan laptop dan baru saja akan merebahkan tubuh di tempat tidur saat menyadari aku belum memberi Astro bantal dan selimut. Aku menghela napas sambil mengambil satu bantal dan selimut baru dari lemari, lalu berjalan ke ruang tamu dan menemukan Astro masih berkutat dengan sederetan statistik yang mungkin adalah tugas kampusnya.     

"Keluar juga." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa saat melihatku mendekat.     

"Tadinya mau aku biarin aja kamu tidur ga pakai bantal."     

"Kamu pasti ga tega kan liat calon suami kamu menderita tidur sendirian?"     

Aku memukul wajahnya pelan dengan bantal yang kubawa, "Kamu emang bakal tidur sendiri di sini."     

Astro tertawa dari balik bantal yang sekarang sedang dia peluk, "Takut banget sih? Aku kan udah bilang ga akan macem-macem."     

"Coba liat siapa yang ngomong? Kamu baru aja langgar janji kamu ke Ayah. Ga ada garansi kamu ga langgar omongan kamu lagi." ujarku sambil menaruh selimut di meja.     

Astro menaruh bantal di punggungnya dan tersenyum lebar sekali. Dia benar-benar menyebalkan.     

Aku melirik ke bungkusan pizza yang masih terlihat rapi, "Kamu belum makan?"     

"Mana bisa aku makan sendirian?" ujarnya sambil melirik jam di dinding ruang tamu. "Aku nunggu kamu empat jam, Nona. Ini udah waktunya tidur."     

Aku mengabaikan kalimatnya dan membuka bungkusan. Ada satu loyang pizza daging dan keju, seporsi sayap ayam dan seporsi lasagna. Aku menoleh ke Astro yang kembali berkutat dengan laptopnya, "Kamu beli banyak banget. Ini ga akan abis kita makan berdua."     

"Harus abis. Kamu harus makan banyak. Kan aku udah bilang aku ga keberatan kamu gemuk sedikit."     

Aku akan mengabaikannya dan memilih membawa semua makanan itu ke dapur untuk kuhangatkan menggunakan microwave, lalu kembali ke ruang tamu dengan sekotak susu dingin dan dua gelas kosong. Astro mematikan laptop saat aku sampai. Entah apakah dia sudah selesai dengan deadline-nya atau belum.     

Aku melirik jam di dinding. Sekarang tepat tengah malam, "Ga sehat banget kita makan pizza jam segini."     

"Kerjaan siapa coba? Kita bisa makan ini dari jam tujuh kalau kamu ga ngurung diri di kamar."     

Aku mengamit sepotong pizza dan menggigitnya setengah hati. Seharusnya aku sudah terlelap sekarang.     

"Ayah tau kan kamu nginep di sini?" aku bertanya tiba-tiba saat melihat Astro baru saja mengambil potongan pizza keduanya. Sepertinya dia lapar sekali.     

Astro menoleh padaku dan menaikkan bahu, "Ayah taunya aku pulang besok."     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"     

Astro mengangguk. Sepertinya aku baru saja menyadari keberadaannya di sini sekarang adalah kesepakatannya dengan Opa tanpa melibatkan Ayah.     

"Kamu segitu sebelnya sama Ayah?" aku memberanikan diri untuk bertanya.     

Astro tidak mengakui atau menolak, tapi dari raut wajahnya yang terlihat kesal sepertinya dugaanku benar.     

"Ayah bisa ngamuk kalau tau." ujarku untuk mencoba menyadarkannya andai saja dia lupa.     

"Ayah ga akan ngamuk walau pengen karena opa ngasih ijin."     

"Kesepakatan apa yang kamu bikin sama Opa buat nemenin aku sekarang?" aku bertanya karena tahu Opa tak akan memberinya kesempatan seperti ini dengan cuma-cuma.     

Astro menatap mataku lekat, "Kepercayaan."     

Aku merasa bodoh sekali saat ini. Aku tak mengerti dengan maksud kata-katanya.     

Kepercayaan? Bukankah selama ini Opa sudah memberinya begitu banyak kepercayaan?     

"Cepet abisin makanannya. Kamu harus tidur." ujarnya.     

Aku akan menurutinya saja karena akan lebih baik jika aku tak terlalu lama berdua dengannya. Terlebih, aku memang mengantuk sekali karena kemarin malam tak tidur dengan semestinya. Aku bahkan lupa untuk mengecek bagaimana keadaan mataku sekarang. Mungkin lebih parah dibandingkan tadi siang saat Zen memaksa mengantarku pulang.     

Perutku kenyang sekali setelah semua makanan yang dipesan Astro habis. Walau Astro lah yang makan lebih banyak dariku. Entah karena dia lapar sekali atau memang ingin membantuku menghabiskan makanan dengan cepat.     

"Besok jadi ke makam?" Astro bertanya saat aku membereskan berbagai perkakas bekas makan.     

Aku menggumam mengiyakan, "Pagi ya."     

"Okay. Sini aku aja." ujarnya sambil menenteng plastik berisi sampah kemasan dan membiarkanku membawa dua gelas.     

Kami berjalan menuju dapur dalam diam. Aku menaruh gelas kotor di wastafel saat Astro membuang sampah. Aku hanya mampu menatapinya dalam diam saat dia menemaniku kembali ke kamar. Dia terlihat baik-baik saja, berbeda dengannya saat memelukku sangat intens.     

"Good night, Nona." ujarnya saat aku membuka pintu kamar.     

"Good night, Astro." ujarku sambil mencoba mencari satu tanda mencurigakan dari dirinya, tapi tak menemukan satupun.     

Astro berlalu menuju ruang tamu saat aku melangkahkan kaki masuk ke kamar. Dia benar-benar pergi.     

"Astro." aku memanggilnya sebelum menutup pintu.     

Astro berhenti dan menoleh padaku.     

"I love you."     

Astro tersenyum lebar sekali, "I love you too. Ga perlu aku temenin kan?"     

Aku tersenyum karena tahu dia hanya bercanda, "Good night."     

Astro tak membalas kalimatku, tapi segera berlalu dengan senyum masih tersisa di bibirnya. Sepertinya aku baru saja berpikir buruk tentangnya.     

***     

Seseorang mengetuk pintu kamar dengan keras pagi-pagi sekali saat aku baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Aku bergegas membukanya dan menemukan Opa dan Ayah berdiri tepat di depan kamarku, juga Astro yang sedang bersandar di kusen pintu. Sepertinya dia baru saja bangun. Aku bahkan tak tahu semalam dia tidur jam berapa.     

Ayah memegang kedua bahuku dan menelitiku dari atas ke bawah, lalu kembali, "Faza masih perawan kan?"     

Aku terkejut sekali. Namun tiba-tiba menyadari Ayah mungkin baru mendapat informasi Astro menginap di rumah ini, "Masih kok. Astro kan tidur di ruang tamu."     

Ayah terlihat lega setelah mendengar jawabanku. Kemudian mengalihkan tatapannya ke Astro dengan tatapan yang sulit kumengerti dan kembali menatapku, "Kalian bener ga ngapa-ngapain semalem?"     

"Ga kok, Yah." ujarku yang tak mungkin bercerita tentang Astro memeluk dan mencium pipiku kemarin.     

"Astro lulus kan, Opa?" Astro bertanya sambil menatap Opa penuh pengharapan.     

Opa mengangguk perlahan, "Mafaza bersedia menikah dengan Astro?"     

"Apa?" aku bertanya karena kupikir aku salah mendengar.     

"Will you marry me?" Astro bertanya sambil menatapku lekat. Tatapannya terlihat sendu, tapi aku tahu dia tulus.     

Aku tak mungkin salah mendengar kali ini. Aku yakin sekali dan entah bagaimana tiba-tiba jantungku berdetak kencang sekali.     

Aah, mungkinkah aku hanya bermimpi?     

"Kamu bercanda kan?" aku bertanya hanya untuk memastikan.     

Astro mengamit tanganku dan menggenggamnya, "Mau nikah sama aku kan, Nona?"     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.