Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Honey



Honey

3Aku terbangun dengan tubuh meringkuk di kursi di depan ruang rawat khusus, dengan selimut yang menutup tubuhku. Selimut yang biasa berada di mobil Astro. Mungkin Astro yang mengambilnya saat aku tertidur dan menyelimutiku dengannya.     

Aku mengeluarkan lengan dari dalam selimut untuk melihat jam, pukul 04.33. Aku mengedarkan pandangan, ada orang yang sedang menunggui keluarganya sepertiku. Beberapa orang tidur dan beberapa orang sedang berkutat dengan handphone mereka.     

Aku menggosok ujung hidung perlahan. Aku tak suka dengan aroma rumah sakit karena selalu mengingatkanku pada kematian keluargaku. Entah kenapa aku selalu berpikir hal-hal buruk akan terjadi di tempat ini.     

Aku merebahkan tubuh ke kursi. Kursi panjang ini cukup untuk menopang tinggi tubuhku. Aku menyelimuti diriku sendiri dan menatapi langit-langit, lalu berkutat dengan pikiranku sendiri. Sampai saat ini Opa masih belum sadar.     

Aku mengeluarkan handphone dari saku. Aku sudah mengabari Mayang dan Denada tentang Opa, mereka berencana akan ke rumah sakit siang nanti. Aku juga sudah mengabari Zen agar tak perlu datang ke rumah untuk bermain catur besok pagi, tapi dia berkata akan menjenguk Opa pagi ini.     

Aku tak perlu repot memikirkan toko kain karena karyawan Opa bertahun-tahun ini sudah cukup menunjukkan loyalitas mereka, seperti yang Astro katakan padaku di mini market kemarin. Aku hanya baru merasa lega sekarang, saat aku merelakan kenyataan bahwa sebetulnya aku tak perlu merepotkan diri dengan pekerjaan yang tak perlu.     

Aku pun tak perlu mengkhawatirkan toko Lavender's Craft karena ada Putri dan Sari. Aku sangat terbantu dengan adanya mereka berdua yang mengurusi toko dengan baik. Aku memberitahu mereka bahwa aku tak bisa ke toko sementara waktu karena Opa membutuhkanku. Mereka mengerti dan justru berniat menjenguk Opa walau mereka ingin menunggu Opa sadar lebih dulu.     

Dari puncak kepalaku aku melihat Astro keluar dari ruangan. Dia berjalan menghampiriku dan duduk di lantai menghadapku.     

Aku menggeser tubuhku sedikit lebih dalam. Aku berniat memberikan sedikit ruang untuknya menaruh kepala di sebelahku, tapi dia tidak melakukannya.     

"Tadi ayah sama ibu dateng sebentar pas kamu tidur."     

"Bukannya ini masih subuh banget? Kenapa ga bangunin aku?"     

"Aku ga mau ganggu. Kamu keliatan banyak pikiran dari kemarin. Kamu butuh istirahat."     

"Yang lebih butuh istirahat itu kamu. Kamu baru pulang, tapi aku repotin terus."     

Astro tak menanggapi kalimatku hingga kami bertatapan dalam diam. Aku bersyukur sekali ada dia dalam hidupku. Walau tentu saja tak bisa dibandingkan dengan keluargaku yang sudah meninggal.     

Aku memaksa tubuhku bangkit, "Aku masuk ya. Kamu bisa tidur sebentar sampai Oma dateng. Kamu juga harus istirahat, Astro."     

Saat aku berjalan menghampiri ruangan, dia bangkit dari lantai dan merebahkan tubuh di kursi panjang yang yang tadi kutinggalkan. Dia menyelimuti dirinya sendiri. Aku tahu dia lelah, dia hanya tak mengeluh padaku.     

"Astro." aku memanggilnya sebelum memasuki ruangan. "Thank you."     

Ada senyum menggoda yang mengembang di bibirnya. Sepertinya dia tahu aku baru saja akan berkata bahwa aku mencintainya, tapi aku terlalu malu untuk menyatakan kalimat itu.     

"Why don't you call me 'honey' (Kenapa kamu ga panggil aku 'honey')? Aku lebih suka kalau kamu panggil aku begitu." ujarnya yang entah sejak kapan tak pernah malu-malu lagi, berbeda denganku.     

"Aku akan panggil kamu 'honey' kalau udah waktunya." ujarku sambil meninggalkannya yang masih tersenyum.     

Aku membuka pintu perlahan agar tak mengganggu Opa. Aku memang ingin Opa segera sadar, tapi bukan dengan cara mengganggunya. Aku duduk dengan tenang di satu-satunya kursi yang ada di ruangan itu. Opa masih terbaring dengan banyak alat bantu di tubuhnya, dengan sebagian rambut di kepala Opa dihilangkan untuk menjalankan operasi kemarin.     

Opa adalah laki-laki yang kuat. Sudah banyak hal yang dilakukannya dalam hidup. Menjagaku mungkin adalah satu-satunya hal terakhir yang ingin Opa lakukan dengan baik. Aku sangat menghargainya.     

Entah apakah karena kemarin aku sempat menangis di depan Astro, tapi beberapa kali aku memasuki ruangan ini, sebanyak itu pula air mataku jatuh lagi. Aku merasa belum cukup berguna untuk Opa. Aku ingin Opa sembuh dan bisa melihatku tumbuh dewasa dengan baik.     

Masih ada banyak hal yang belum kucapai. Aku masih sangat membutuhkan bantuan Opa untuk mengajariku mengelola toko kain dan perusahaan peninggalan ayahku. Toko Lavender's Craft milikkku pun masih menjadi sebuah toko kecil yang baru dikelola dengan sederhana. Terlebih, pendidikanku baru akan selesai sekitar enam tahun atau lebih. Aku bahkan belum menikah. Aku ingin Opa yang menjadi waliku nanti.     

Cahaya pagi mulai terlihat terang dari jendela ruangan ini. Aku melirik jam di lengan, pukul 06.11. Mataku masih basah karena berbagai pikiran yang berputar di kepalaku saat seseorang mengetuk pintu dan membukanya. Ada Astro di sana, memergokiku sedang mengelap air mata dengan ujung kemeja.     

Aku menarik napas perlahan dan menghembuskannya. Aku harus berhenti menangis. Aku bangkit dan menghampirinya di depan pintu, tapi menemukan tiga orang lain selain dirinya dan kedua orang tuanya. Aku mengelap mata yang masih terasa basah sebelum keluar dan menutup pintu.     

"Faza, ini Kakek Arya." ujar Astro yang memperkenalkanku pada seorang pria tua dengan sebuah tongkat di tangan kirinya.     

Aku menyalami dan mencium tangannya yang membuatku menyadari sepertinya hal ini sudah menjadi kebiasaan di keluarga kami. Sebetulnya aku ingin bertanya bagaimana kabarnya dan bertanya banyak pertanyaan lain yang selama ini kusimpan, tapi entah kenapa aku tak sanggup mengatakan apapun.     

"Anak baik. Kakek mau ketemu Dewanto sebentar ya." ujar Kakek Arya sambil menepuk bahuku dalam dua kali tepukan.     

Aku hanya mengangguk dan membiarkannya berjalan perlahan melewati sisiku untuk masuk ke ruang rawat. Aku menoleh pada Astro yang menatapku khawatir. Aku ingin bertanya kenapa mereka semua berada di sini, tapi lagi-lagi tak ada kalimat apapun yang mampu kukatakan.     

"Ini Om Ganesh." ujar Astro sambil menunjuk pada seorang pria bertubuh kekar.     

Inikah ayah Ray? Wajah mereka terlihat mirip. Aku menyalaminya dan mencium tangannya dalam diam.     

"Yang ini Tante Lusi." ujar Astro sambil menunjuk pada seorang wanita cantik yang memakai kacamata. Aku menyalaminya dan mencium tangannya, juga melakukan yang sama pada kedua orang tua Astro.     

Ibu memeluk bahuku dan mengajakku duduk di kursi, "Opa pasti baik-baik aja kok. Faza jangan khawatir ya."     

Aku hanya mampu mengangguk. Walau ada setetes air mata mengalir di pipiku dan aku segera mengusapnya.     

"Astro anter Faza pulang aja. Kalian harus istirahat. Biar kita yang jagain opa sambil nunggu oma dateng." ujar Ayah.     

Astro mengangguk sambil membereskan barang-barang kami dan memakai ranselku di bahunya. Dia memberi isyarat padaku untuk bangkit dan aku menurutinya. Kami menyalami semua orang di sana sebelum pergi. Entah kenapa, tubuhku terasa lelah sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.