Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Empat



Empat

3Aku baru saja memakai ransel dan akan pamit pada Opa di teras belakang saat mendengar ketukan di pintu depan. Langkahku beralih untuk menghampirinya dan menemukan Zen dengan sebuah paper bag di tangan.     

"Duduk dulu. Aku bilang Opa kalau kamu dateng." ujarku sambil menunjuk pada deretan kursi di ruang tamu dan segera beranjak ke teras belakang, tapi dia justru mengikutiku. Aku menoleh padanya yang sedang menatapiku. Sepertinya dia menolak untuk menunggu di ruang tamu.     

"Kamu mau ke mana?"     

"Mau ke rumah Astro bantu beresin barang buat pindahan."     

Zen tak menanggapi kalimatku, tapi pupil matanya melebar. Aku tak mengatakan apapun lagi setelahnya. Lagi pula, aku tak ingin dia bertanya lebih banyak.     

Saat kami tiba di teras belakang, Opa sedang memberi makan ikan koi dan Oma sedang merajut di kursi panjang. Oma menoleh saat melihat kami tiba. Zen memberi salam dan mencium tangan Oma, lalu menyodorkan paper bag dari tangannya.     

Oma tersenyum simpul, "Makasih ya, Zen. Padahal ga perlu repot-repot."     

"Bukan apa-apa kok, Oma."     

Opa menyadari keberadaan Zen dan berjalan perlahan ke arah kami, tapi Zen menghampiri Opa lebih dulu. Zen memberi salam dan mencium tangan Opa, lalu memegangi sebelah lengan pa untuk membantu Opa berjalan ke kursi panjang.     

"Mafaza batal ke rumah Astro?" Opa bertanya.     

"Jadi kok Opa. Tadi Faza udah mau pamit pas ada Zen dateng, tapi bukain pintu dulu. Faza berangkat sekarang ya."     

"Hati-hati. Sampaikan salam dari Opa untuk Astro."     

"Iya, Opa."     

"Jangan lupa browniesnya dibawa." ujar Oma.     

Aku mengangguk. Aku memang membuat brownies chocolate double fugde dengan topping almond dan sea salt (garam laut) untuk Astro. Aku baru saja menemukan rasa yang mirip dengan buatan Bunda setelah entah berapa kali mencoba.     

"Iya, Oma. Oma jangan lama-lama di sini. Nanti masuk angin." ujarku sambil menyalami dan mencium tangan Oma.     

"Iya." ujar Oma sambil mengelus kepalaku.     

"Kita ke ruang tamu." ujar Opa sambil menepuk lengan Zen yang membantunya berjalan.     

Aku beranjak ke dapur sambil memperhatikan Opa dan Zen yang beranjak ke ruang tamu dengan sebuah perasaan tak rela menyusup di hatiku. Aku mengambil empat kotak brownies untuk Astro dari dalam kulkas dan memasukkannya ke dalam sebuah paper bag. Aku memotong beberapa dari brownies yang kubuat untuk diriku sendiri, memindahkannya ke piring dan menaruhnya di nampan. Juga menaruh satu teko berisi teh dan dua gelas di sisinya di nampan yang sama.     

Aku membawa semuanya ke ruang tamu dan menaruh nampan di meja di sebelah papan catur Shogi yang sudah mulai dimainkan. Aku menyalami dan mencium tangan Opa untuk pamit, "Faza berangkat ya, Opa."     

"Ingat pesan Opa ya."     

Aku mengangguk, "Duluan ya, Zen. Cobain browniesnya. Aku yang bikin."     

"Salam buat Astro." ujar Zen.     

Aku tidak menanggapinya. Menyampaikan salamnya berarti memberi tahu Astro bahwa dia sedang berada di rumah. Aku tak akan menyampaikan pesannya kali ini.     

Aku memacu sepeda dengan cepat karena ingin melewatkan waktu lebih lama bersama Astro dan segera memarkirnya di garasi setelah sampai. Kemudian mengetuk pintu sambil melirik jam di lengan, pukul 07.12.     

Mbok Lela membukakan pintu untukku, "Den Astro bilang Mbak Faza bisa langsung ke atas. Mbak Faza mau minum apa?"     

"Apa aja boleh kok, Mbok. Makasih ya."     

Mbok Lela hanya mengangguk dan aku berlalu sesaat setelahnya. Aku naik ke lantai dua dan menemukan Astro sedang duduk di atas karpet. Dia sedang memilih buku untuk dimasukkan ke dalam kardus.     

"Anything I can help (Ada yang bisa aku bantu)?" aku bertanya sambil duduk di sofa sambil menyodorkan paper bag berisi brownies padanya, lalu melepas ransel dan menaruhnya di meja.     

"Kayaknya enak." ujarnya sambil membuka paper bag. "Boleh aku makan sekarang?"     

"Satu aja ya."     

Astro segera turun dan naik lagi membawa nampan berisi potongan brownies, satu toples berisi keripik, seteko air dingin dan dua gelas di sisinya. Sepertinya dia sedang mengunyah sepotong brownies di mulutnya.     

"Enak banget." ujarnya sambil menaruh nampan di meja.     

"Aku ga yakin itu resep yang dipakai Bunda atau bukan, tapi rasanya mirip sih."     

"Thank you." ujarnya sambil beranjak menghampiri kamar dan membuka pintu. "Katanya mau bantu?"     

Aku terdiam sambil menatapnya ragu-ragu. Aku tahu dia sedang memintaku masuk ke kamarnya dan permintaannya membuatku merasa canggung, "Kamu ... bawa aja barang-barangnya ke sini. Aku bantu packing."     

"Sini masuk. Ada Ibu kok." suara Ibu terdengar dari dalam kamar. Aku tak tahu jika ada Ibu di sana karena tak mendengar apapun sebelum ini.     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa saat melihatku bangkit dan menghampirinya. Ini pertama kalinya dalam hidupku aku memasuki kamar laki-laki. Terlebih, ini adalah kamarnya.     

Aroma khas tubuhnya segera menyebar saat aku sampai di depan pintu. Kamar itu memiliki satu tempat besar dengan bedcover bermotif galaksi, kaca jendela sepanjang lebar kamar yang mengarah keluar, satu gitar semi-akustik, satu gitar elektrik dan satu bass yang tergantung di dinding, juga keyboard dan berbagai alat yang mirip studio mini di satu sudut. Sedangkan di sudut lain ada sebuah meja kerja lebar dengan berbagai map, alat tulis, buku, dan laptop di atasnya, dengan sebuah lemari buku di sisinya.     

Ada fotoku dan dirinya saat di taman buah tahun lalu, dicetak dengan ukuran besar dan terpajang di dinding di atas tempat tidurnya. Aku segera menyadari sesuatu saat melihat dinding kamarnya yang berwarna maroon, "Kamar kamu kedap suara?"     

Astro menggumam mengiyakan, "Soalnya berisik kalau lagi main alat musik tengah malem."     

Sepertinya aku bisa menebak satu rahasianya padaku, tapi aku akan membahasnya nanti saja. Aku menghampiri Ibu yang sedang berkutat di depan lemari buku, lalu memberi salam dan mencium tangannya, "Ada yang bisa Faza bantu?"     

"Bantu Astro milih berkas sama buku yang perlu dibawa ya." ujar Ibu sambil menunjuk ke sudut tempat Astro sedang berkutat dengan buku-bukunya.     

Aku menghampiri Astro dan membantunya memilih buku. Aku juga mengingatkannya untuk membawa berkas-berkas penting untuk kuliahnya nanti. Aku baru ingat, saat pindah ke rumah Opa dulu, aku hanya membawa diri sendiri karena tak diizinkan untuk kembali ke rumah peninggalan ayahku, hingga tak mengalami hal seperti ini sebelumnya. Dipikir bagaimanapun, mengepak barang untuk pindah ke tempat baru terasa melelahkan.     

"Banyak banget yang mau dibawa?" suara Ayah terdengar di belakangku. Aku segera menoleh, lalu memberi salam dan mencium tangannya.     

"Biar ga bosen di sana. Kan ga ada yang bisa diajak jalan-jalan." ujar Astro dengan tatapan menderita saat menatapku.     

"Kamu ga akan punya waktu buat main-main di sana. Kuliah beda sama SMA. Siap-siap aja menderita."     

"Jangan ditakutin gitu ih, Yah. Kita siap-siap yuk. Kalau ga buru-buru nanti kita telat meeting." ujar Ibu sambil bangkit. Ayah tak berkomentar lebih lanjut dan keluar kamar mengikuti Ibu, tapi membiarkan pintu kamar terbuka.     

Aku menatap Astro yang sedang menatapku kembali. Rasanya canggung sekali berdua di kamarnya seperti ini. Aku berniat bangkit, tapi dia menahan lenganku.     

"Mau denger aku cover lagu? Ayah sama ibu masih di rumah, mereka ga akan keberatan. Lagian pintunya ga ditutup."     

"Sekali aja, trus kita keluar. Aku ga mau lama-lama berdua sama kamu di sini."     

Astro mengangguk, menggenggam tanganku untuk membantuku bangkit dan memintaku duduk di tempat tidur. Dia mengamit gitar semi-akustik dari dinding dan menarik kursi kerjanya lebih dekat padaku, lalu mendudukinya dan mulai menyanyi.     

=======     

Di draft pertama ada lirik lagu di chapter ini judulnya "Wanted" dari OneRepublic, tapi udah nou edit. Silakan cari lagu itu di platform musik yang kalian punya.     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.