Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Nol



Nol

1Aku baru saja selesai menyiapkan segala keperluan prosesi penerimaan mahasiswa baru di kampusku, lalu mengamit sebuah novel yang kubeli secara online dari meja dan beranjak keluar kamar menuju dapur. Kemudian mengambil segelas air dingin dari kulkas dan dua potong carrot cake untuk kubawa ke teras belakang.     

Aku mengecek berbagai pemberitahuan di handphone dan mendapati sebuah foto dari Astro. Di dinding dekat meja kerja apartemennya yang berwarna maroon, terpasang sebuah pigura dengan kanvas bercat hitam dengan tulisan berwarna putih. Aku melebarkan foto di layar untuk membacanya lebih jelas.     

___     

Nol adalah suatu angka dan digit angka yang digunakan untuk mewakili angka dalam angka     

Jika nol tak berarti apapun, mana mungkin mampu mewakili apapun     

Bahkan sekadar perasaan     

Jika perasaanmu segalanya untukmu, bukankah nol juga segalanya untukmu?     

.     

Nol bukan tanpa makna, di sanalah semua bermula     

Nol juga bukan berarti aku tidak memilikimu, karena nol sejatinya adalah genap     

Aku dan kamu, genap, bukan?     

.     

~Astro Abhiyoga, untukmu Mafaza Marzia~     

___     

Aku menutup mulut setelah membacanya. Itu puisi yang bahkan tak berima, tapi aku mengerti dia sedang menyatakan cinta dengan tulus dan mataku basah karenanya.     

Aku : I love you so much, Astro Abhiyoga     

Astro : You know that I love you more than you do (Kamu kan tau aku cinta kamu lebih dari kamu cinta aku). Kamu suka puisinya?     

Aku : Aku suka, tapi kamu curang. Aku kan jadi baper     

Astro : Aku suka bikin kamu baper     

Aku bisa membayangkan dia mengetiknya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku : Jangan pas kita LDR begini. Bikin aku kangen     

Astro : Aku kangen kamu terus setiap hari. Bikin kamu kangen aku sekali-kali ga masalah kan     

Sepertinya dia benar-benar berpikir bahwa rasa cintanya lebih besar dariku. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.     

Aku : Baiklah, Tuan Astro. Ada yang kamu mau dariku?     

Astro : Jangan dandan selama aku ga ada     

Aku : Aku cuma dandan sedikit buat nutupin mata panda     

Astro : Kamu ga punya mata panda, Honey. Don't lie to me (Jangan bohong). Kamu bahkan udah cantik tanpa dandan. Belakangan ini kamu sering pakai liptint sama maskara kan?     

Astaga, bagaimana dia bisa tahu tentang barang-barang perempuan?     

Aku : Fine. Aku cuma pakai CC cream & lipbalm sedikit kalau pergi     

Astro : Ga usah pakai apapun     

Aku : Seriously? CC cream sama lipbalm itu buat lindungin kulitku dari sinar UV. Emang kamu mau aku jadi cepet tua?     

Astro : Okay, pakai itu aja. Jangan pakai yang lain     

Aku : Kalau ayahku masih ada mungkin bakal protektif kayak kamu begini. Mungkin malah kamu bakal dibikin susah ketemu aku     

Astro mengirimiku panggilan video call. Aku tahu dia khawatir, maka aku menerimanya.     

"Nanti aku temenin ke makam kalau aku pulang." ujarnya yang sepertinya sedang duduk di meja kerjanya. Sebagian ruangan apartemennya terlihat olehku.     

"Aku mau ke makam nanti sore. Nunggu kamu kelamaan."     

"I'm sorry, Honey. Nanti kita ke makam lagi kalau kamu mau. Aku temenin ya."     

"Kamu ga perlu minta maaf kok. Kamu kan ga salah."     

"Aku masih ga biasa ga bisa nemenin kamu ke mana-mana."     

"Nanti kamu biasa."     

Astro menghela napas, "Akhir bulan aku pulang. Tunggu aku."     

"Aku tunggu."     

"Aku kangen." ujarnya dengan tatapan khawatir yang jelas sekali.     

Aku terdiam sebelum bicara, "Mau sampai kapan kita galau begini? Kita udah harus fokus, kamu tau? Kuliah kita sebentar lagi mulai."     

"Aku tau."     

"Jangan cemberut begitu. Nanti gantengnya ilang."     

"Aku kan udah ganteng dari dulu, jadi ga mungkin gantengku tiba-tiba ilang. Aku ga mandi dua hari aja kamu ga sadar kok."     

Aku terkejut, "Emang pernah?"     

"Pernah waktu aku jemput kamu di kantor polisi. Kamu malah cium bahuku. Kalau aku ga tegur mungkin kamu udah meluk aku waktu itu." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

"Ga mungkin, Astro." ujarku yang masih mengingat saat itu dan merasa malu sekali. Terlebih, karena sekarang terasa seolah aku sedang menikmati aromanya lagi.     

"Itu kenyataan, Honey."     

"Uugh, kamu nyebelin!"     

"Aku kan emang nyebelin."     

"Aku aneh ya suka sama orang nyebelin kayak kamu."     

"Aku lebih aneh dong. Suka sama perempuan cengeng kayak kamu."     

"Aku udah ga cengeng."     

"Dulu kan cengeng. Dikit-dikit nangis. Kalau nangis ada ingusnya." ujarnya sambil tertawa.     

"Stop it."     

"No way! Dulu kamu kalau ketemu orang baru muka kamu kayak gini nih." ujarnya sambil mengerutkan dahi dan bibir mengerucut.     

"Hei!"     

"Trus kalau aku tawarin bantuan kamu pasti nolak. Cerewet kayak bebek minta diusir." ujarnya sambil tertawa.     

"Awas ya kamu kalau pulang. Nanti ..."     

"Apa? Mau minta aku cium?"     

"Kamu kali yang minta dicium?"     

"Aku ga nolak kalau kamu kasih."     

Sepertinya wajahku memerah karena terasa panas. Jantungku berdetak kencang. Aku bahkan merasa malu padahal satu-satunya orang di kursi panjang teras belakang ini hanya aku.     

Aah, laki-laki ini benar-benar ....     

"Kamu udah janji mau nunggu." ujarku sebal.     

"Iya. Aku bodoh banget kan? Janji yang ga perlu."     

Aku tahu dengan jelas apa maksudnya. Dia merasa dipermainkan sejak mengetahui fakta kami sudah dijodohkan. Sebetulnya aku pun menyadari, tanpa dia menerima proyek dari Opa pun, kami pasti disetujui jika kami ingin menikah.     

Aku menghela napas, "Aku tau kamu akan tetep pegang janji walau kamu ga suka. You are a man with your word, Astro (Kamu selalu pegang kata-kata kamu, Astro)."     

"Kamu ngerti aku banget ya?"     

Aku menggeleng perlahan, "Ga sebaik kamu ngerti aku. Kamu selalu ada kalau aku butuh, tapi aku ga begitu."     

"Aku kan laki-laki. Wajar kalau aku yang bantu kamu. Kamu bantu akunya nanti aja kalau kita udah nikah. Kamu bisa bantu aku setiap hari." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Sepertinya aku tahu apa maksudnya, "Berhenti bahas itu atau aku matiin video callnya."     

Astro terlihat berpikir sebekum bicara, "Jaga diri kamu ya. Kalau kamu bikin masalah mungkin aku ga bisa langsung dateng. Walau bakal aku usahain dateng secepatnya."     

"Kamu kan tau aku ga pernah punya niat cari masalah."     

"Iya, tapi masalah deket-deket kamu terus. Bikin aku khawatir."     

"I'm sorry. Aku pasti bikin kamu repot banget."     

Astro menggeleng, "Kamu kan tau aku ga pernah keberatan kamu repotin."     

"Thank you. Kamu udah makan?"     

"Erm, aku lupa. Kamu udah?"     

"Udah. Kamu makan dulu ya. Kan kamu udah janji mau makan tepat waktu. Nanti malem aku video call."     

Astro tak mengatakan apapun, tapi meletakkan jari di bibir dan menempelkannya di kamera sebelum menutup sambungan video call. Dia baru saja menciumku dari jauh?     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.