Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Rayu



Rayu

1"Kamu tau kan Opa mantan agen rahasia?" aku bertanya pada Astro melalui video call malam ini. Aku sudah menyelesaikan semua pekerjaan dan sedang merebahkan tubuh di tempat tidur, dengan earphone terpasang di telinga.     

"Kamu udah nanya Opa?" Astro justru bertanya. Sepertinya dia masih mengerjakan pekerjaan yang entah apa. Aku hanya melihat jarinya mengetik dari layar handphoneku, tapi layar laptopnya tak terlihat.     

"Opa cuma bilang kalau Opa udah pensiun. Opa belum mau cerita lebih."     

"Kalau gitu kamu harus nunggu Opa yang cerita ke kamu."     

"Tapi kamu tau kan?"     

"Aku tau beberapa ceritanya. Jangan rayu aku buat cerita ke kamu, Honey. Kamu harus dapet ceritanya dari Opa."     

"Ih, siapa yang mau ngerayu?"     

Astro menoleh pada layar untuk menatapku dan menghentikan gerakan jarinya, "Kalau dipikir-pikir kamu emang ga pernah ngerayu aku ya?"     

Aku menggumam mengiyakan dan tersenyum manis. Sepertinya aku akan menggodanya sebentar.     

Astro terdiam sebelum bicara, "Kenapa ga pernah?"     

Bagaimana aku harus menjelaskannya? Aku bukan perempuan yang mengandalkan rayuan untuk mendapatkan perhatian dari siapapun. Biasanya aku akan membiarkan saja orang lain menyukaiku atau tidak.     

"No idea." ujarku pada akhirnya.     

"Aku ga keberatan kok kamu rayu aku sekali-sekali." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Sepertinya wajahku memerah sekarang karena terasa panas. Apa-apaan dengan pembahasan rayuan yang tiba-tiba seperti ini? Dia pasti tahu aku tak biasanya bersikap seperti itu.     

Laki-laki ini benar-benar ....     

"Kamu minta Ayah buat main catur sama Zen minggu lalu?" aku bertanya untuk mengalihkan topik pembicaraan.     

"Aku cuma bilang kalau ada yang ganggu kamu pakai modus main catur sama Opa tiap weekend. Kayaknya Ayah kepo buat ngetes." ujarnya sambil beranjak dari meja kerja.     

"Tadi ... Opa bilang Opa nganggep Zen kayak cucunya. Opa ga langsung bilang karena Opa ga punya anak atau cucu laki-laki sih, tapi kayaknya maksudnya gitu." ujarku ragu-ragu.     

"Aku tau." ujarnya sambil merebahkan tubuh ke tempat tidur.     

Aku menatap layar dengan tatapan tak percaya. Bagaimana dia bisa tahu?     

"Sikap Opa ke kamu sama aku beda dari dulu. Opa selalu nganggep laki-laki lebih bisa diandalkan. Kamu ga nyadar ya?"     

Aku menggeleng perlahan, "Aku pikir ... itu karena Opa ngerasa susah karena ada aku. Aku kan ngerepotin banget."     

"Kamu ga pernah nyusahin siapapun, Honey. Kamu jauh lebih mandiri dari kebanyakan perempuan. Kalau kamu nyusahin Opa mungkin kamu udah dikirim ke Jepang dari dulu biar nenek Agnes yang ngurus kamu."     

"Aku bahkan ga tau gimana kabarnya nenekku. Aku udah lupa juga gimana mukanya Nenek."     

Astro terlihat khawatir, "Kita bisa ke Jepang kalau kamu mau, tapi nanti kalau kita udah nikah. Aku belum bisa lepasin proyek dari Opa sebelum ngasih hasil."     

Aku mengangguk karena sepertinya itu ide yang bagus, "Mau honeymoon di sana?"     

Wajah Astro merona merah sekali. Sepertinya akulah yang melewati batasan pembahasan kali ini. Jantungku bahkan berdetak kencang sekarang.     

"Mm, kamu udah makan?" aku bertanya hanya untuk mengalihkan pembicaraan. Membahas apapun selain topik menikah sepertinya akan jauh lebih baik, tapi aku baru saja menyadari kesalahanku. Ini sudah hampir jam sebelas, maka dia pasti sudah makan sejak tadi.     

"Aku usahain proyek dari Opa selesai lebih cepet." ujarnya yang mengabaikan pertanyaanku yang terakhir.     

"Anything I can help (Ada yang bisa kubantu)?" aku bertanya dengan jujur. Andai saja aku bisa membantunya menyelesaikan proyeknya lebih cepat, mungkin akan lebih baik untuk kami berdua.     

"Kamu ga bisa bantu buat proyek itu karena itu rahasia. Biar aku yang selesaiin."     

"Aku ga keberatan kok bantu sedikit."     

"Aku tau, tapi proyek itu tanggung jawabku jadi kamu duduk manis aja ngerjain kerjaan kamu yang lain."     

Aku mencoba peruntunganku sekali lagi, "Beneran aku ga bisa bantu? Kalau lebih cepet kan bagus."     

Astro menatapku tak percaya, "Kamu beneran mikir kalau kita harus nikah lebih cepet ya? Katanya bisa sabar nunggu?"     

Aku menghela napas dan menaruh handphone di sisiku. Aku tak ingin menatapnya saat aku mengatakan hal yang mengganjal dipikiranku tentang Zen kali ini.     

"Honey?" aku bisa mendengar suaranya yang mengkhawatirkanku.     

Aku mendekatkan microphone ke bibirku, "Kamu tau ... Zen pernah bilang kalau dia mau terus usaha selama kita belum nikah. Dia bahkan terang-terangan bilang dia ga keberatan jadi selingkuhanku."     

Tak ada suara dari sambungan video call setelah aku mengatakannya. Aku tak tahu bagaimana ekspresi Astro saat ini dan aku tak ingin mengetahuinya. Aku tak ingin melihat ekspresi marah atau ekspresi apapun di wajahnya.     

"Honey." aku memanggilnya setelah lebih dari delapan menit berlalu tanpa suara.     

Astro tidak menjawabku. Aku mengamit handphone dan kembali menatap layar. Aku akan menghadapi Astro apapun ekspresinya sekarang.     

Sepertinya Astro kembali duduk di meja kerjanya. Dia sedang mengetik entah apa, dengan tatapan serius dan memendam amarah yang sulit kumengerti.     

"Astro." aku menegurnya untuk meminta perhatiannya.     

Astro menatapku kembali dan berusaha memberiku sebuah senyum yang terlihat terpaksa.     

"I can help you (Aku bisa bantu kamu)."     

"Ga, Honey. Aku ga bisa biarin kamu bantu kali ini."     

"Tapi aku mau bantu."     

"Sorry, tapi aku harus nolak bantuan kamu."     

"Can't you just let me help you this once (Kamu beneran ga bisa biarin aku bantu kali ini)?" ujarku yang benar-benar merasa sedang memaksanya.     

"No, Honey. Kamu harus belajar caranya ngerayu aku biar aku setuju, kamu tau?" ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa. Entah bagaimana ekspresi kesal dan marahnya sesaat lalu lenyap begitu saja.     

"Uugh, aku ga lagi ngerayu kamu, Astro. Aku lagi nawarin bantuan."     

"Kan aku udah bilang aku ga keberatan kamu ngerayu aku." ujarnya. Senyum menggodanya terlihat menyebalkan sekali.     

"Aku ga tau gimana caranya ngerayu kamu."     

"Kamu bisa latihan, Honey."     

Aku benar-benar tak percaya dia terus membahas hal ini, "Seriously?"     

"Aku serius." ujarnya dengan senyum yang lebar sekali. "Mungkin kamu bisa kasih aku ciuman buat bikin aku setuju."     

"Astro, kamu tau kita ga boleh begitu."     

"Ooh, come on. Kamu kan pernah cium bahu sama pipiku. Kalau kamu cium bibirku mungkin aku setuju kamu bantu."     

Aku menutup bibir dengan tangan. Aku benar-benar tak menyangka dia akan membahas hal itu lagi. Ini memalukan sekali.     

"Gimana?" dia bertanya dengan senyum yang sama sekali tak lepas dari bibirnya.     

"No way!"     

"Fine. Kalau gitu kamu harus nunggu. Yang sabar ya."     

"Uugh, kamu nyebelin banget!" ujarku sambil menggenggam handphone lebih erat. Andai saja dia ada di dekatku, aku sudah mencubitnya saat ini juga.     

Astro tertawa, "Seru juga ya LDR begini. Aku puas banget godain kamu."     

"Awas kamu kalau pulang nanti."     

"Aku ga akan nolak kalau kamu kasih aku satu ciuman kalau aku pulang. Kamu pasti kangen banget kan?"     

"Astro, berhenti bahas itu!"     

Dia tak menanggapi kalimatku, tapi tertawa puas sekali.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.