Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Dada



Dada

2Ayah dan Ibu saling pandang setelah aku selesai bercerita. Ada tatapan khawatir yang jelas di mata keduanya.     

"Nanti Ibu yang kasih Astro pengertian ya." ujar ibu.     

Aku mengangguk dan menoleh ke arah Ayah yang tak mengatakan apapun. Aku sangat berharap Ayah bisa sedikit memaklumi.     

Perjalanan ke rumah Kakek terasa singkat karena kami berbincang tentang banyak hal. Ayah dan Ibu menyempatkan ikut masuk untuk menyapa Kakek sebelum pergi. Mereka berjanji menjemputku sebelum gelap.     

Aku membantu Teana memilihkan aksesoris yang cocok untuk gaunnya yang bertema halloween. Aksesoris yang sudah tersedia yang menjadi pilihan event organizernya sebetulnya tak terlalu buruk, tapi Teana memang tak terlihat cocok memakainya.     

Aku menggambar beberapa desain aksesoris baru yang sekiranya cocok untuk Teana dan meminta Putri untuk membuatnya. Aku akan kembali lagi jika aksesoris baru itu selesai dibuat.     

Ibu menepati janji menjemputku sebelum gelap. Aku memberi salam dan mencium tangannya seperti yang biasa kulakukan. Aku melirik jam di lengan, pukul 16.12.     

"Ibu sendiri?" aku bertanya saat menyadari Ibu menjemputku tanpa Ayah.     

"Ayah ada urusan jadi pulang duluan tadi. Faza udah selesai?"     

"Udah kan ya?" aku bertanya pada Teana yang baru saja selesai menyalami Ibu.     

"Udah kok, Za. Makasih banyak bantuannya." ujar Teana sambil memeluk lenganku. Ada senyum yang lebar sekali di bibirnya, yang menandakan dia puas karena berhasil menemukan tampilan yang sesuai seleranya.     

"Nanti kita ke rumah dulu ya sebelum Ibu anter Faza pulang. Ibu udah ijin Opa kok."     

Aku mengangguk, "Maaf ya, Bu. Faza jadi ngerepotin."     

"Ga ngerepotin. Pamit sama kakek dulu yuk."     

Kami beranjak ke teras belakang untuk menemui Kakek dan menyempatkan berbincang sebelum pulang. Ibu mengizinkanku tidur selama perjalanan pulang karena melihatku beberapa kali menguap. Aku baru bangun tepat saat mobil memasuki gerbang perumahan.     

"Yuk." ujar Ibu sambil memberiku isyarat untuk mengikutinya sesampainya di rumah. Sudah gelap sekarang.     

Kami berjalan naik ke lantai dua. Ibu membawaku ke sebuah koridor selebar satu meter di sudut ruangan yang tak pernah kudatangi, lalu mengambil kotak P3K di atas meja sudut dekat dengan tangga dan menyodorkannya padaku.     

"Buat apa, Bu?" aku bertanya saat menerimanya.     

Ibu tak menjawab pertanyaanku. Hanya memberiku seulas senyum dan mengajakku menaiki tangga dalam diam.     

Ada sebuah pintu setelah sampai di atas. Ibu membukanya, lalu kami masuk ke dalam ruangan dengan banyak alat olahraga dan sebuah ring tinju di tengah ruangan. Entah kenapa aku bisa merasakan firasat buruk saat melihatnya.     

Ibu mengajakku melewati ruangan itu menuju keluar. Aku mendapati Ayah sedang duduk bersila menghadap Astro yang sedang melakukan handstand (sikap tegak yang bertumpu pada dua tangan dan kaki lurus ke atas).     

Aku menatapi pemandangan di hadapanku dengan tatapan tak percaya. Namun ibu mengamit lenganku dan mengajakku berjalan mendekati mereka. Ibu mengelus bahu Ayah tanpa suara.     

Ayah menoleh dan menatapku, "Faza yakin mau nikah sama anak ini?"     

Aku menoleh ke arah Astro yang terlihat menyedihkan. Dengan tubuh bagian atas telanjang, memperlihatkan lebam bekas pukulan yang berwarna kebiruan di berbagai bagian. Entah apakah ada luka yang sama dengan tubuh bagian bawahnya karena dia memakai celana panjang.     

Astro menatapku kembali dengan tatapan nanar. Aku tahu dia sedang berusaha meredam emosi. Dia sama sekali tak bersuara.     

"Faza yakin." ujarku pada akhirnya walau hatiku terasa tersayat.     

Ayah terdiam sebelum bangkit dari duduknya, "Sepuluh menit lagi baru boleh turun."     

Ayah beranjak pergi diikuti Ibu di sisinya. Ibu memberi isyarat padaku untuk menemani Astro.     

Aku mengangguk sebelum kembali menoleh ke arah Astro, lalu menghela napas sebelum duduk bersila di hadapannya dan meletakkan kotak P3K di sisiku. Aku baru melihat ada bekas darah di ujung bibirnya, pelipisnya juga terluka. Andai saja dia tak sedang terlihat menyedihkan seperti ini, kurasa wajahku sedang merona melihatnya bertelanjang dada.     

"I'm sorry." ujarku sambil menatap matanya yang sedang menatapku dengan tatapan tajam.     

Astro mengalihkan tatapannya dariku dan menatap jauh ke ujung pandangannya tanpa mengatakan apapun. Mungkin Ayah memintanya pulang dan memberinya pelajaran karena aku bercerita tentangnya yang mulai membahas hal-hal yang tak seharusnya di berbagai percakapan kami.     

"Aku cuma ga mau usaha kamu beberapa tahun ini sia-sia karena ga nepatin janji ke Opa. Kamu udah berkorban banyak buat itu."     

Aku melihat rahangnya mengeras sebelum memejamkan mata. Sepertinya dia benar-benar akan mengabaikanku kali ini hingga aku tak memiliki pilihan lain selain harus menunggunya melepas beban pikirannya lebih dulu.     

Entah bagaimana, tapi dia tetap bertahan dengan posisinya selama sepuluh menit seperti yang diinginkan ayahnya. Dia menarik napas panjang sebelum turun dan merebahkan tubuh di lantai. Kedua tangannya telentang dengan tatapan lurus memandangi langit di atasnya. Napasnya terengah selama beberapa lama sebelum kembali ke iramanya yang biasa.     

Aku menggeser tubuhku mendekati kepalanya. Dia menoleh padaku dan menatapiku dalam diam. Aku tahu dia baru saja selesai menelan semua emosinya untuk menghadapiku. Aku memberanikan diri mengelus rambutnya dan dia membiarkanku melakukannya.     

Aah, aku rindu sekali.     

"Maaf ya." ujarku penuh rasa bersalah.     

Astro mengamit tanganku yang mengelus kepalanya. Tangannya yang menggenggamku terasa seperti yang selalu kuingat, hangat dan nyaman. Dia mengecup jariku dengan lembut, "Aku yang minta maaf udah kelewatan bercanda sama kamu."     

Terasa ada air menggenang di pelupuk mataku. Aku mencoba menahannya, tapi tak mampu. Air mata itu mengalir begitu saja hingga aku mengelapnya dengan punggung tangan, "Aku ga tau kalau Ayah bisa begini."     

"Aku beruntung ayah ga laporin aku ke opa." ujarnya sambil meletakkan tanganku di dadanya yang telanjang.     

Aku bisa merasakan irama detakannya di tanganku dan hangat dadanya yang basah karena keringat, "Kita harus jaga diri."     

Astro tak mengatakan apapun. Namun dari tatapannya padaku, sepertinya dia setuju.     

"Kamu pulang jam berapa?"     

"Jam tiga."     

"Kamu sparing sama Ayah empat jam?"     

Astro hanya mengangguk.     

Aku menghela napas lambat, "Ayo bangun. Obatin luka kamu dulu."     

Astro bergeming. Dia masih menatapiku seolah aku akan pergi dalam satu kedipan mata jika dia melepasnya.     

"Kamu ga boleh begini. Nanti badan kamu tambah sakit."     

"Aku kangen banget." ujarnya yang mengabaikan kalimatku yang terakhir.     

Ada sesuatu yang hangat mengalir di dadaku setelah dia mengatakannya, "Aku juga, tapi kita harus sabar sampai ..."     

"Proyekku selesai." Astro melanjutkan ucapanku.     

Aku tersenyum, "Kita bisa kok."     

Astro mengelus jariku dan menggumam mengiyakan, "Aku yang akan dateng ke kamu."     

"Aku tunggu."     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.