Diary
Diary
"Thank you." ujarku setelah merasa sanggup bicara.
"Feeling better (Ngerasa lebih baik)?"
"Rasanya ... aneh." ujarku sambil mengusap wajah yang masih basah.
"Kamu bisa cerita."
Aku menatapi Astro yang masih memeluk gitarnya. Andai saja akulah yang dipeluk saat ini.
Aah, bisa-bisanya aku berpikir seperti ini.
Aku menghela napas berar, "Aku nemu diary Bunda. Aku ... ga tau apa kamu boleh tau soal ini atau ga. Biar aku simpen sendiri dulu."
Astro mengangguk, "Okay."
Aku hanya menatapinya dalam diam. Aku tak tahu harus menanggapinya bagaimana.
"Dua hari lagi aku pulang. Jangan nangis ngurung diri di kamar. Jangan bikin orang lain khawatir."
Aku menggumam mengiyakan. Aku tahu kenapa dia berkata begitu. Pertama kali kami bertemu adalah saat aku masih mengurung diri di kamar dan menangis beberapa bulan untuk meratapi kematian keluargaku.
"Kamu selalu punya aku kalau kamu butuh cerita. Aku tau aku sibuk, tapi kalau kamu butuh aku selalu usahain aku ada buat kamu."
"Jangan khawatir berlebihan begitu. Aku cuma lagi bingung. Aku ... cuma butuh waktu."
"Janji ga ngurung diri lagi ya."
Aku mengangguk, "Kamu berangkat ke sini sabtu pagi?"
"Iya. Tunggu aku. Nanti aku jemput."
"Okay."
"Kamu udah baca semua diary bunda?"
"Belum. Baru sepertiga di satu buku. Diary bunda ada banyak. Kayaknya malem ini aku mau pending semua kerjaan."
Tunggu sebentar ..., dia tadi bertanya apakah aku sudah membaca semuanya.
"Kamu pernah baca?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.
Astro terdiam sebelum bicara, "Aku tau kalau diary-nya ada lima, tapi aku ga pernah baca. Aku pernah ikut opa ke loteng sekali."
"Ngapain kamu ikut Opa ke loteng?"
"Ada buku strategi politik rahasia terbitan terbatas dari Belanda yang disimpen di sana. Opa ngasih buku itu ke aku."
Aku semakin tak mengerti, "Kenapa dikasih ke kamu?"
"Opa ngajarin aku beberapa strategi politik. Aku emang ga tertarik terjun ke politik. Aku lebih suka bisnis, tapi Opa bilang bisnis sama politik cuma beda tipis. Opa juga pernah bilang kalau bisnisku lebih luas nanti aku bisa ambil andil buat nentuin ke mana arah politik negara kita. Aku belajar banyak dari sana."
"Kenapa Opa ga pernah ngajarin aku soal itu? Kan aku pegang dua perusahaan, dan akan jadi tiga kalau Opa udah cukup percaya aku handle perusahaan senjata api."
"Karena kamu perempuan."
Aah, betapa bodohnya aku. Kami pernah membahas hal ini sebelumnya. Opa memang menganggap laki-laki lebih bisa diandalkan. Kepalaku terasa berdenyut sekarang.
"Jangan terlalu mikir buruk ke Opa. Opa terpaksa ngasih kamu tanggung jawab sebanyak itu. Hal-hal kayak gini harusnya jadi urusan laki-laki. Kamu juga harus tau, ngewarisin kamu perusahaan Opa juga bikin Opa tertekan." ujarnya dengan ekspresi yang terlihat serius sekali.
Aku baru saja menemukan sebuah pemahaman. Sebetulnya ada seberapa banyak yang dia ketahui?
"Apa itu sebabnya kita dijodohin? Opa tau aku akan butuh kamu." ujarku untuk mencoba memastikan dugaanku.
"Aku ga tau pasti soal itu, tapi mungkin emang begitu."
Aku menghela napas, "Bisa kamu kasih tau aku apa aja yang kamu tau soal keluargaku?"
Astro terdiam sebelum bicara, "Aku ga yakin ini waktu yang tepat buat kamu. Kamu bisa cari sendiri informasi yang kamu butuh di loteng. Opa pasti ngasih kamu kebebasan buat ke sana sekarang kan?"
Aku menggumam mengiyakan, lalu menghela napas sedalam mungkin. Kenapa aku lahir di keluarga yang penuh teka-teki seperti ini? Kupikir selama ini aku hanyalah perempuan biasa.
"Jangan mikir terlalu banyak. Kamu bisa bagi sebagian ke aku."
"Kamu juga punya banyak pikiran yang ga mau kamu bagi ke aku. Kenapa aku harus bagi pikiranku ke kamu kalau kamu ga mau lakuin hal yang sama?"
"Karena aku laki-laki."
"Kamu mau mulai bedain gender kayak Opa?"
Astro terdiam sebelum bicara "Aku ga bermaksud begitu, tapi laki-laki emang lebih stabil ngurusin hal-hal begini dibanding perempuan."
Aku tahu dia benar, tapi mendengarnya mengatakan hal itu dengan begitu tenang membuatku merasa sebal.
"Ada berapa kerjaan yang kamu pegang sekarang?" aku bertanya tiba-tiba.
Astro terkejut, "Ada tiga. Resort sama restoran, proyek dari Opa, satu lagi rahasia. Akan jadi empat kalau perusahaan gameku resmi rilis sebentar lagi, tapi ada Paolo sama Revi yang bantu aku handle sementara aku selesaiin proyek dari Opa."
"Ditambah akun youtube, UKM robotik, deadline kampus, ditambah apa lagi yang aku ga tau. Kamu manusia bukan sih?" aku bertanya karena baru saja membayangkan dia adalah salah satu makhluk mitologi.
"Aku werewolf (manusia serigala). Kamu masih mau nikah sama aku?" dia bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku menatapnya tak percaya, "Kamu bercanda kan?"
"Kalau kita nikah nanti kamu jadi bagian dari kawananku." ujarnya sambil menggigit sedikit ujung bibirnya.
"Ga mungkin, Astro."
Dia tertawa, "Emang ga mungkin. Aku punya orang-orang yang aku percaya buat bantu ngurusin banyak kerjaan. Aku belajar itu dari Opa."
Aku tahu Astro benar. Resort dan restorannya memiliki Ray. Calon perusahaan gamenya memiliki Paolo dan Revi. Pekerjaan yang sedang benar-benar dia kerjakan dengan fokus mungkin adalah proyeknya dengan Opa. Namun tetap saja kendali semua perusahaan berada di tangannya dan itu pasti menguras waktu. Belum ditambah satu rahasianya yang aku belum tahu apa itu.
Aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamar, "Faza, makan dulu."
"Iya, Oma." ujarku dengan suara lebih kencang.
"Kamu makan dulu ya. Jangan banyak pikiran." ujar Astro.
"Aku ga laper."
"Kamu harus tetep makan. Aku kan udah bilang aku ga mau liat kamu kurus kalau aku pulang."
"Uugh!"
"Nanti aku video call lagi."
Aku tak memiliki kalimat apapun untuk menanggapinya. Aku benar-benar tak memiliki nafsu makan saat ini.
"Janji. Kamu harus makan sekarang."
"Okay." ujarku dengan terpaksa.
"I'll call you later (Nanti aku hubungin lagi). Aku tutup ya."
Aku mengangguk dan video call kami terputus di sana. Aku masih duduk menatapi layar saat handohone kembali bergetar. Ada pesan baru dari Astro.
Astro : Ayo makan. Jangan bengong begitu
Bagaimana dia bisa tahu?
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-