Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Lokasi



Lokasi

3Aku : Aku dilamar Astro tadi pagi     

Aku mengirim pesan ke grup Lavender setelah mandi malam ini. Denada memberiku panggilan telepon sesaat setelahnya, lalu kami mengundang Mayang untuk ikut ke dalam percakapan kami.     

"Serius? Share foto lamarannya dong." ujar Mayang penuh antusias.     

"Ga ada, May. Lamarannya mendadak banget."     

"Kok bisa?"     

"Semalem Astro nginep di rumah pas Opa sama Oma lagi ga ada, trus paginya kamarku diketuk. Pas aku buka pintu udah ada Opa, Astro sama ayahnya. Ayah langsung nanya aku masih virgin atau ga."     

"Apa?" Denada bertanya, sepertinya terkejut sekali dengan pembahasan tentang perawan.     

"Aku ga ngerti gimana. Tiba-tiba aja Opa nanya aku mau nikah sama Astro atau ga."     

"Opa yang nanya?"     

"Iya, awalnya Opa yang nanya, tapi kan kalian tau Astro ga sabaran. Tiba-tiba aja dia ngelamar aku."     

"Bukannya kamu bilang Astro baru diterima sama Opa jadi menantu kalau proyeknya selesai?" Mayang bertanya.     

"Iya, May, harusnya gitu. Aku ga ngerti kenapa dipercepat. Astro juga keliatannya kaget banget pas Opa nanya aku mau nikah sama dia atau ga."     

"Jadi emang keputusannya dari Opa yang majuin waktunya?" Denada bertanya.     

"Mungkin. Oh ya, tadi Opa sempet nyebut tentang panen. Kayaknya itu ngomongin proyeknya, tapi Astro ga mau cerita apa-apa soal itu."     

"Panen? Mereka punya proyek pertanian gitu?" Mayang bertanya.     

"Aku ga tau. Aku ga yakin."     

"Iih, aneh. Trus kapan tanggal married-nya?" Denada bertanya.     

"Belum ada tanggal pasti, tapi abis ujian semester ini. Seharian tadi aku dikasih kuliah buat jadi calon istri, tapi ga ada pembahasan soal tanggal nikah atau lokasi atau semacem itu."     

"Za, Opa baik-baik aja kan? Maksudku ... sehat kan?" Mayang bertanya dengan hati-hati.     

"Sehat kok, May. Check up yang terakhir hasilnya bagus."     

"Aneh sih, tapi ga pa-pa deh. Bagus kan kalau kalian nikah? Mungkin Opa cuma khawatir kalau kalian macem-macem jadi mending dinikahin aja." ujar Denada.     

"Tapi kita ga pernah macem-macem."     

"Bukannya kamu bilang ayah Astro pernah ngajak sparing sampai Astro babak belur?" Mayang bertanya.     

"Iya, tapi Opa ga tau soal itu."     

"Mungkin aja kan kalau ayahnya Astro cerita?" Denada bertanya.     

"Tapi kayaknya Ayah ga gitu deh."     

"Kalau kalian nikah abis ujian semester ini, berarti abis nikah kalian LDR? Kalian kan masih kuliah." Mayang bertanya.     

Aku menggumam mengiyakan, "Kayaknya."     

"Astaga, Faza. Yakin bisa?"     

"Mau gimana lagi?"     

"Nikahnya nunggu kalian lulus aja gimana? Lebih enak kan? Maksudku ... kalau kalian lulus dulu kalian udah lebih dewasa dan bisa langsung punya anak. Eh, kalau kalian nikah nanti mau langsung punya anak?"     

"Tadi kita bahas soal itu. Kita setuju nunda punya anak dulu karena kerjaan kita banyak. Lagian Astro juga jauh."     

"Ditunda pakai sutik KB?"     

"Ibu tadi ngasih beberapa alternatif pas ngobrol sama aku, tapi aku belum yakin mau pakai yang mana. Ah, bahasan ini bikin aku malu, May. Bisa bahas yang lain?"     

Denada tertawa, "Kamu dapet kuliah apa aja seharian ini?"     

"Bahas soal tugas dan kewajiban suami istri. Kita dikasih beberapa contoh masalah yang mungkin bakal ada dan diceramahin kalau nanti punya masalah harus bisa ngobrol baik-baik. Mm, semacem itu."     

"Kalian bener-bener udah disiapin ya berarti." ujar Denada dengan tawa yang masih tersisa.     

"Mungkin?" ujarku yang tak yakin dengan jawabanku sendiri.     

"Nanti aku coba bantu cari informasi. Aku tetep ngerasa aneh sih sama rencana nikah kalian yang dipercepat gini."     

"Nanti kabarin aku kalau kamu dapet informasi."     

"Pasti aku kabarin, tapi aku harus dapet undangan ya."     

"Undang aku juga. Nanti aku pasti pulang dari Bandung buat dateng ke nikahan kamu." ujar Mayang.     

"Tanggalnya aja aku belum tau, tapi kalian pasti dapet. Nanti aku kabarin."     

"Gimana rasanya dilamar, Za? Aku lagi bayangin kalau Petra nanti ngelamar aku, kayak gimana ya?" ujar Denada.     

"Kalau Petra ngelamar kamu mungkin kamu dibawa ke resto mewah dan dikasih cincin." ujar Mayang sambil tertawa. "Eh iya, Astro ngasih kamu cincin kan, Za? Liat dong."     

"Ga. Lamarannya kan mendadak. Dia juga kayaknya ga ada persiapan apa-apa." ujarku sambil mengelus cincin buatan Astro dua tahun lalu yang berada di balik pakaianku.     

Sebetulnya aku tak terlalu peduli dengan cincin. Kami akan menikah tiga bulan lagi dan itu lebih dari cukup untukku. Saat kami menikah nanti, kami bisa melakukan apapun yang kami inginkan. Dua tahun menahan diri terasa berat sekali.     

"Sorry, tapi lamaran Astro buat kamu adalah lamaran paling aneh yang pernah aku denger."     

"Aku tau."     

"Za, kamu inget aku pernah bilang kalau keluarga Astro beda sama keluarga kebanyakan?" Denada bertanya tiba-tiba.     

Aku menggumam mengiyakan, "Kenapa? Ada informasi lain yang kamu punya?"     

"Kalau kamu nikah nanti, kemungkinan akan jadi private wedding (pernikahan yang bersifat privasi). Mungkin yang diundang cuma kerabat deket."     

"I don't mind (Aku ga masalah)."     

Denada menghela napas, "Coba liat, May. Sahabat kita mau nikah duluan. Aku bener-bener ga nyangka."     

"Iya, padahal Faza yang paling polos." ujar Mayang, lalu mereka berdua tertawa.     

"Stop it!" ujarku untuk menghentikan tawa mereka. Astaga, wajahku sepertinya sedang merona karena terasa panas.     

"Kita ketemuan yuk. Nanti aku kasih tips menjalin cinta ala orang dewasa. Kamu pasti ga tau kan, Za?" Denada bertanya.     

"Ayo meet up, tapi tolong jangan bahas itu. Aku udah cukup dapet banyak informasi dari Ibu seharian ini. Aku ga mau bahas itu lagi sama siapapun."     

"Ah, kalian curang. Aku kan ga bisa pulang kalau tanggal segini." ujar Mayang.     

"Gimana kalau kita yang ke Bandung, Za? Kita berangkat sabtu pagi, pulang minggu sore jadi kita bisa nginep di sana. Nanti aku ijin sama opa. Aku yang bawa mobil." ujar Denada.     

"Yuk. Kapan?" aku bertanya.     

"Kalian beneran nih mau ke sini?" Mayang bertanya.     

"Aku harus ijin opa dulu. Mungkin bakal butuh ijin Astro juga." ujar Denada dengan tawadi ujung kalimatnya. Aku tahu dia sedang menggodaku.     

Percakapan kami mengalir begitu saja dari satu pembahasan ke pembahasan yang lain. Kami bertiga memang lebih jarang bertemu sejak tahun lalu karena Mayang berkuliah di ITB. Aku sudah bisa membayangkan, saat bertemu mereka nanti akan sangat menyenangkan.     

=======     

Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE     

Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte     

Novel ini TIDAK DICETAK.     

Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLU.SIF & TAMAT di aplikasi WEBNO.VEL. Pertama kali dipublish online tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.     

Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEB.NOVEL, maka kalian sedang membaca di aplikasi/web.site/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.     

Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Banyak cinta buat kalian, readers!     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.