Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Tembakau



Tembakau

0"Ana ga sengaja dapet informasi waktu bangun malem dan ada tamu di rumah yang bahas itu. Ana ga biasanya begadang, jadi kayaknya opa sama oma ga nyangka Ana akan denger percakapan mereka."     

Kurasa itu menjelaskan kenapa Bunda tak menyebut apapun tentang siapa yang memberitahunya tentang kematian calon adiknya di diary yang kubaca berbulan lalu, karena akan sangat riskan jika Opa mengetahuinya. Terlebih, mungkin jiwa kecil Bunda ingin melindungi rahasianya sendiri.     

"Ibu tau soal ini belakangan, ternyata tamu yang dateng waktu itu kakeknya Paolo."     

Kurasa itu juga menjelaskan kenapa Paolo juga mengetahui hal itu. Entah kenapa aku justru merasa lega. Setidaknya, Paolo bisa kupercaya.     

"Orang tua oma pebisnis tembakau. Mereka punya dua puluh tiga hektar lahan yang dikelola warga setempat. Mereka juga punya pabrik rokok yang tembakau keringnya hasil tanaman mereka sendiri walau pabriknya masih skala rumahan. Walau skala rumahan, tapi mereka punya hampir seratus karyawan.     

"Orang tua Djoko Pranoto itu kolega bisnis orang tua oma. Dia jadi pemasok alat lintingan rokok buat pabrik rokok yang dipakai pekerja, juga jadi pemasok alat pabrik lain yang dibuat dari kayu. Jadi mereka emang deket karena butuh satu sama lain.     

"Masalahnya dateng waktu pabrik rokok hampir bangkrut. Bangkrutnya ga jelas kenapa, pas banget bareng sama orang tuanya oma sakit-sakitan sampai meninggal satu-persatu. Djoko Pranoto yang waktu itu warisin usaha orang tuanya nyaranin Oma buat ambil tender sama perusahaan rokok yang lebih besar. Kebetulan Djoko Pranoto udah siap-siap ikut tender ke pabrik yang dimaksud. Sayangnya Oma nolak."     

"Kenapa Oma nolak?" aku bertanya.     

"Ibu ga tau, tapi kayaknya Djoko Pranoto dapet kesan kalau Opa yang minta Oma ambil keputusan itu. Kebetulan waktu itu juga Opa baru mulai bangun perusahaan senjata api dan modalnya ga sedikit. Mungkin Djoko Pranoto pikir Opa sengaja biarin pabrik rokok hancur biar bisa bangun perusahaan senjata api itu."     

Aku menatap Astro yang sejak tadi hanya diam. Sepertinya dia juga baru mengetahui hal ini sekarang karena ekspresi wajahnya berganti-ganti walau samar.     

"Kenapa bisa ada insiden kakeknya Donny nembak Oma?" aku bertanya.     

"Kejadiannya setelah semua lahan perkebunan tembakau dijual, Djoko Pranoto dateng ke rumah di Magelang. Waktu itu oma lagi hamil calon adiknya Ana. Ana masih kecil banget jadi kayaknya ga inget sama kejadian itu. Djoko Pranoto nanya kenapa lahannya ga dijual ke dia aja? Katanya dia rela ngeluarin berapa pun harga yang diminta asal lahan itu jadi punya dia. Masalahnya, lahan itu udah jadi milik orang lain waktu itu.     

"Oma coba jelasin ke Djoko Pranoto, tapi dia ga terima. Dia justru nyalahin oma yang milih opa jadi suami. Dia bilang opa ga ada apa-apanya dibanding dia yang emang punya darah priyayi dan udah biasa bisnis dari kakek buyutnya. Dia bilang harusnya oma lebih percayain soal bisnis ke dia dan bukan ke opa karena opa ga tau apa-apa soal ngelola uang besar." ujar Ibu yang tiba-tiba diam dan menarik napas panjang.     

"Opa marah sama omongan kakeknya Donny?" aku bertanya untuk memastikan dugaanku.     

Ibu mengangguk sambil menghela napas keras, "Opa marah dan ngajak Djoko Pranoto berantem. Ibu ga tau gimana detailnya, tapi oma bilang tiba-tiba aja ruang tamu mereka berantakan dan ada banyak darah di perut oma. Oma langsung pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Yang oma tau, tiba-tiba calon anak oma udah ga ada. Oma dapet informasi dari opa katanya Djoko Pranoto yang ga becus pakai senapan ga sengaja nembak oma. Harusnya ... tembakan itu buat opa."     

Seolah ada aliran dingin merayapi tengkuk dan menjalar ke seluruh tubuhku. Jari tangan dan kakiku bahkan terasa dingin saat ini. Andai ada Astro di sisiku, mungkin aku sudah menggenggam tangannya. Namun saat ini dia berada di seberang sana, dengan Ayah yang memberi jarak bagi kami.     

Pemahaman memasuki pikiranku tanpa bisa kulendalikan. Sekarang, semuanya terasa terang benderang bagiku.     

Opa selalu merasa bersalah dengan sikapnya dulu hingga selalu berusaha menjaga Bunda sebaik mungkin karena Bunda adalah anak satu-satunya. Namun Bunda salah memahaminya karena merasa diabaikan. Terlebih saat Opa melarang hubungan Bunda dan Ayah. Mungkin Opa memaksa Bunda agar mendapatkan suami dari kalangan berada karena tak ingin mengalami nasib seperti Oma.     

"Ibu dapet cerita ini dari Oma. Beberapa bulan sebelum Ana pulang dianter Abbas." ujar Ibu yang membuatku tersadar dari lamunan. "Ibu emang selalu nyempetin diri ke rumah sejak Ana kabur. Oma cerita macem-macem ke Ibu sampai Ibu sering diminta nginep. Andai Ibu belum punya suami mungkin Ibu akan nyanggupin. Pas oma cerita soal insiden tembakan itu kebetulan Ibu lagi nganter kue dan hamil tua, jadi ga bisa lama-lama."     

Betul juga. Saat itu Ibu pasti sedang mengandung Astro. Usia kami berbeda satu tahun, bukan?     

Aku menatap Astro dalam diam. Dia juga sedang menatapku sambil terus mengelus bahu. Aku tahu ini sudah larut sekali dan akan lebih baik jika kami pamit ke kamar kami sendiri, tapi terasa ada sesuatu yang masih mengganjal di pikiranku.     

"Ibu ... nikah umur sembilan belas kan? Waktu itu Bunda udah kabur dari rumah." kalimat itu meluncur begitu saja dari bibirku.     

Ibu mengangguk sambil menatapku sendu, "Ibu coba cari tau Ana pergi ke mana, tapi ga ada jejaknya. Padahal Ibu mau undang Ana buat dateng ke nikahan Ibu. Ibu ... sebenernya ngerasa bersalah. Mungkin Ibu yang bikin Ana pergi waktu itu."     

Ayah mengamit tangan Ibu dan menggenggamnya, tapi tak mengatakan apapun. Ayah justru mengelus jari Ibu perlahan, yang membuatku menyadari mungkin Astro mencontoh hal ini dari mereka.     

"Ibu ... seneng banget waktu akhirnya hubungan Ibu sama Ayah disetujui. Ana mungkin iri sama hubungan kita dan milih buat pergi karena hubungannya sama Abbas ga ada tanda-tanda disetujui sama opa." ujar Ibu dengan air mata meleleh di pipi.     

Ada rasa sesak menyusup di dalam hatiku. Tiba-tiba aku teringat Denada. Mungkin itu juga yang dia rasakan saat melihatku menikah dengan Astro, tepat saat hubungannya dengan Petra sedang berada di ujung tanduk. Dan aku justru menambahkan luka dengan memaksanya melihat tingkah laku Petra dan Tiffany tepat di depan matanya.     

Aku bodoh sekali.     

Astro bangkit dan turun dari tempat tidur. Dia mengamit tanganku dan mengajakku bangkit, "Kita istirahat sekarang."     

Aku menggeleng sambil menatap Ibu, "Itu sebabnya Ibu baru hamil Astro setelah beberapa tahun nikah? Karena Ibu ngerasa bersalah sama Bunda?"     

Ibu mengangguk, "Ibu mau minta maaf sama Ana dari dulu, tapi Ibu ga ngerti gimana harus bilang ke Ana. Ibu ga pernah bermaksud bikin Ana iri sampai pergi dari rumah dan ga lanjutin kuliah. Sampai sekarang ... permintaan maaf Ibu ga pernah sampai ke Ana karena Ibu bingung gimana minta maafnya. Bahkan waktu Ana nikah pun, Ibu ga sanggup bilang."     

Lalu hening di antara kami. Sekarang aku mengerti kenapa Ibu memintaku dan Astro untuk tak terlalu mesra di area publik, juga saat Ibu meminta kami berdua datang ke rumah Denada untuk menjelaskan padanya kenapa aku memintanya ke Australia bersama Kyle. Ibu tak ingin hubungan kami menjadi alasan seseorang sakit hati.     

"Ibu ... percaya sama Faza kalau Bunda masih hidup?"     

=======     

NOVEL INI EKSKLUSIF DAN HANYA TAMAT DI APLIKASI WEBNOVEL. BANTU NOU LAPORKAN APLIKASI PEMBAJAK NOVEL : IREADING, di google play kalian masing-masing karena dia udah MALING novel ini.     

TUTORIAL LAPORANNYA BISA KALIAN LIAT DI AKUN FESBUK: NOU. Thank you atas bantuannya ♡     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Kalau kalian mau baca novel nou yang lain, bisa follow akun Wattpad @iamnouveliezte     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.