DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

KERJA SAMA



KERJA SAMA

0"Tidak apa-apa biarkan saja selama dia tidak mengganggu kita semua." ucap Jonathan berusaha untuk tetap tenang.     

"Apakah menurutmu dia tidak akan membuat masalah? karena kamu tahu sendiri dia selalu membuat masalah pada hidup kamu." ucap Jen mengingatkan Jonathan tentang seorang Amanda yang sangat licik.     

"Tenanglah selama kita waspada tidak akan terjadi hal-hal seperti itu Amanda tidak akan berani Karena perusahaan ini juga bukan perusahaanku saja tapi milik ayah." ucap Jonathan dengan tenang.     

"Kamu istirahat makan di mana?" tanya Jonathan menatap Jean yang sedang mengamati ponselnya.     

"Aku tidak tahu mungkin makan di rumah tapi aku sedang menunggu kabar dari Renata tentang usahaku yang ada di kota M." ucap Jean melihat ke arah ponselnya lagi.     

"Apa kamu sudah sangat serius dengan Renata?" tanya Jonathan melihat Jean sudah mulai dekat dengan wanita yang bernama Renata.     

"Kamu tahu dari mana kalau aku deket sama Renata? kita hanya teman tidak ada sesuatu yang istimewa hanya saja saat ini kita masih menghadapi masalah karena sandiwara yang terulang lagi." ucap Jean dengan gelisah.     

"Sandiwara terulang lagi apa seperti yang kamu alami dengan Nadia dulu?" tanya Jonathan hanya menebak seperti yang dia tahu sebelumnya.     

Jean menganggukkan kepalanya tidak bisa membohongi Jonathan.     

"Aku rasa sebaiknya kamu jangan meneruskan hal yang tidak kamu inginkan Jangan sampai terulang lagi apa yang pernah kamu lakukan dengan Nadia banyak sekali akan ada orang-orang yang terluka terutama orang tua kamu Dan orang tua Renata." ucap Jonathan dengan wajah serius.     

"Aku sudah tahu itu Gladys juga bilang seperti itu padaku tapi masalahku tidak sama dengan masalah waktu bersama Nadia dulu." ucap Jane menatap penuh wajah Jonathan.     

"Berbeda di mana katakan dengan jelas." ucap Jonathan dengan suara berat.     

"Saat masalahku dengan Nadia karena Nadia mencintai kamu dan kamu mencintainya karena itulah sandiwaraku menjadi berantakan. Tapi saat ini sandiwaraku dengan Renata tidak ada orang lain sebagai pihak ketiga." ucap Jean berusaha menjelaskan tentang sandiwara mereka.     

"Maksud kamu hubungan antara kamu dan Renata tidak akan menjadi berantakan karena tidak ada pihak ketiga tapi bagaimana dengan kamu sendiri apa kamu bisa hidup dengan Renata tanpa mencintainya." ucap Jonathan menatap penuh kedua mata Jean.     

"Entahlah, aku tidak tahu yang aku tahu Renata sangat baik dia sangat menyayangi ayahnya mungkin ada sisi kekurangannya tapi menurutku karena dia ingin mendapat perhatian." ucap Jean menilai seorang Renata.     

"Aku mengerti apa maksudmu semoga saja apa yang kamu pikirkan itu bisa menyelesaikan masalahmu." ucap Jonathan Soraya melihat jam tangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul dua belas siang waktunya untuk istirahat.     

"Baiklah Jean sepertinya aku harus menjemput Nadia, tolong panggilkan Marcos Aku mau berangkat sekarang." ucap Jonathan kemudian mendorong kursi rodanya keluar dari ruangan.     

Jean menghela nafas panjang kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Marcos untuk mengantar Jonathan ke tempat kerja Nadia.     

Setelah menghubungi Marcos, Jean menyandarkan punggungnya di kursi sofa untuk melepaskan lelahnya sebelum pulang untuk makan siang.     

"Drrrt... Drrrt... Drrrt"     

Tiba-tiba terdengar suara ponselnya berbunyi berulang-ulang dengan cepat dan menerima panggilan itu karena dia tahu siapa yang menghubunginya.     

"Jean." terdengar suara Renata yang didengar sangat merindukan Jean.     

"Iya Ren. bagaimana? Apa kamu bisa menyelesaikan usaha kita!" tanya Jean berharap penuh Renata bisa menyelesaikan usahanya yang ada di kota M.     

"Kamu tenang saja aku bisa menyelesaikan semuanya dan aku juga mulai mempekerjakan beberapa temanku yang senang punya usaha seperti itu Kamu jangan khawatir usaha kita pasti akan berhasil." ucap Renata dengan penuh semangat.     

"Maafkan Aku karena aku tidak bisa seratus persen bekerja di sana karena di sini ada temanku yang lebih membutuhkan aku untuk membantunya kamu tidak merasa kecewakan?" tanya Jen merasa bersalah pada Renata yang seolah-olah telah memanfaatkan tenaga Renata.     

"Kenapa kamu berpikir seperti itu Aku sama sekali tidak kecewa Aku malah senang bisa menguasai usaha seperti ini aku banyak belajar dari kamu kapan kamu melihat usaha kita?" tanya Renata sangat merindukan kedatangan Jean di rumahnya.     

"Kalau di sini tidak ada masalah lagi aku pasti akan ke kota m untuk melihat usaha kita kamu sudah tinggal bersama ayah kamu kan?" tanya Jen yang meminta Renata untuk memenuhi keinginan ayahnya dan Renata menurutinya.     

"Seperti nasehat kamu aku sudah menjalankannya Aku sudah tinggal di rumah Ayah dari kamu Jangan cemas lagi dengan keadaan Ayah." ucap Renata dengan tersenyum.     

'"Syukurlah kalau kamu sudah tinggal bersama ayah kamu aku sedikit tenang paling tidak ada yang memperhatikan Ayah kamu." ucap Jane kemudian terdiam sejenak.     

"Ada apa Jean? Kenapa kamu terdiam apa ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanya Renata dengan kening berkerut.     

"Tidak ada apa-apa aku hanya berpikir Ayah kamu sudah tidak menanyakan lagi tentang hubungan kita kan?" tanya Jen merasa tidak enak dengan Renata.     

"Apa aku boleh menjawab dengan jujur." ucap Renata ingin mengatakan yang sejujurnya pada Jean.     

"Katakan saja ada apa kamu tidak perlu ragu untuk mengatakannya padaku." ucap jangan sambil menegakkan punggungnya merasa penasaran dengan apa yang akan dikatakan Renata.     

"Ayah menanyakan kapan kamu akan melamarku apakah itu bukan masalah yang sangat besar sebenarnya aku ingin mengatakan hal itu dari kemarin padamu tapi aku tidak ingin mengganggu kamu di saat kamu masih baru bekerja." ucap Renata dengan suara yang terdengar sedih.     

"Bagaimana aku harus menjawabmu semuanya menjadi sangat rumit dan semua itu salahku Renata apa kamu ingin tinggal di kota ini maksudku kamu bisa memberi alasan pada Ayah kamu kalau kamu akan tinggal di kota ini punya usaha di sini ucap." Jean ingin sedikit mengulur waktu sampai dia bisa mengambil keputusan tentang hubungannya dengan Renata.     

"Aku tidak mengerti maksudmu tentu saja kalau kamu tidak keberatan aku ingin tinggal di sana tapi apa yang harus aku lakukan kalau Ayah bertanya alasan apa aku tinggal di sana?" tanya Renata tidak mengerti dengan maksud Jen.     

"Kamu bisa tinggal di sini dan bekerja sama dengan temanku kamu bisa menjadi partner kerja di perusahaan Jonathan dan kamu akan kerja di sini bersamaku mungkin dengan itu Ayah kamu akan percaya." ucap Jen dengan sungguh-sungguh.     

"Aku tidak percaya ini aku akan tinggal di sana dan menjadi partner kerja di perusahaan Jonathan dan aku bekerja bersamamu di sana Apa maksudmu begitu tapi bagaimana dengan usaha kita yang ada di sini?" tanya Renata dengan pikiran tak menentu.     

"Kamu bisa mempekerjakan teman kamu yang bisa kamu percaya dan kita bisa sesekali untuk pergi ke sana melihat usaha kita yang terpenting untuk sementara kita menghindari keinginan Ayah kamu sampai aku benar-benar merasa yakin dengan keputusan yang akan aku ambil." ucap Jen mengatakan keinginannya.     

****     

RENCANA JEAN     

"Apakah kamu mengatakan hal itu sungguh-sungguh Jan atau hanya karena kamu ingin menghindari dari keinginan ayah?" tanya Renata dengan perasaan sedih.     

"Bukan itu maksudku bukan berarti aku menghindari dari keinginan Ayah kamu tapi aku hanya ingin mengenal dirimu lebih dekat agar aku bisa memutuskan untuk melanjutkan hubungan kita atau tidak beri aku kesempatan itu Renata sungguh aku tidak berniat mempermainkan kamu." ucap Jean dengan sungguh-sungguh.     

"Kalau ternyata aku sudah di sana dan dekat dengan kamu apakah kamu bisa menjamin akan bisa mencintaiku Bagaimana kalau kamu tidak bisa mencintaiku apa kamu akan menyuruhku pulang kembali ke kota m dan melupakan semuanya?" tanya Renata dengan mata berkaca-kaca.     

"Tentu saja tidak aku tidak akan mempermainkan kamu aku hanya ingin bisa membuka hatiku untuk kamu Karena itulah aku masih membutuhkan waktu untuk mengenal lebih dekat kamu aku percaya kamu wanita yang sangat baik dan tidak mungkin aku tidak bisa mencintai kamu tapi untuk saat ini aku masih belum bisa melupakan Nadia tolong beri aku waktu." ucap Jean dengan jujur.     

"Baiklah Jean kau percaya padamu kapan aku harus ke sana untuk menjadi panda kerja Jonathan tanya Renata dengan penuh harapan bisa meraih cinta jean.     

"Kalau kamu sudah menyelesaikan usaha kita di sana dengan menyerahkan pada teman yang kamu bisa percaya kamu bisa ke sini dan kamu jangan kuatir setiap minggu sekali atau seminggu dua kali kita bisa ke sana untuk melihat usaha kita dan melihat keadaan Ayah kamu." ucap Jen dengan sungguh-sungguh.     

"Baiklah Jen aku mengerti kalau begitu biar aku membereskan semua masalah yang ada di sini setelah itu aku akan ke sana." ucap Renata kemudian menutup panggilannya.     

Jean menghela nafas panjang tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menyelesaikan masalah yang semakin dalam.     

Dengan perasaan tak menentu Jen keluar dari ruang kerja Jonathan dan pulang ke rumahnya untuk beristirahat.     

Di saat Jean pulang ke rumahnya Jonathan pergi ke rumah kaca untuk menjemput Nadia tanpa memberitahunya lebih dulu.     

"Apa kita pergi ke toko bunga Tuan Jean, Tuan Jonathan?" tanya Marcos sambil menjalankan mobilnya ke arah toko bunga Jen.     

"Kamu benar-benar kita ke sana untuk menjemput Nadia Aku ingin mengajaknya makan siang karena dia pasti akan sangat lapar setelah kehamilannya." ucap Jonathan dengan tersenyum     

"Kenapa tidak makan di rumah besar saja Tuan? Nyonya Anne pasti sangat senang kalau Nona Nadia makan di sana." ucap Marcos memberi saran pada Jonathan.     

"Kamu benar juga kalau begitu kita akan ke rumah besar aku akan memberitahu Momy kalau Nadia akan makan di sana." ucap Jonathan dengan tersenyum kemudian mengirim pesan pada ibunya kalau Nadia akan makan di sana.     

Tiba di toko bunga milik Jane Marcos segera menghentikan mobilnya.     

"Tunggu sebentar di sini Marcos aku akan menjemput Nadia ucap Jonathan setelah Marcos membantunya keluar dari mobil dan membantunya duduk di kursi rodanya.     

dengan penuh semangat Jonathan mendorong kursi rodanya ke toko bunga milik Jean.     

"Permisi Nona Nadia." ucap Jonathan sambil memakai topi hitam dan menurunkannya hingga tertutup wajahnya     

Nadia yang ada di dalam rumah kaca membalikkan badannya saat mendengar suara pria yang memanggil namanya.     

melihat seorang pria yang duduk di kursi roda dengan memakai topi hitam tanpa terlihat wajahnya Nadia hanya bisa tersenyum karena yang pasti dia adalah Jonathan.     

Dengan tersenyum Nadia membuka pintu rumah kaca kemudian menatap wajah Jonathan dan mengambil topinya.     

"Penyamaran anda kurang baik Tuan Jonathan. bagaimanapun juga aku bisa mengenali kamu apalagi dengan duduk di kursi roda siapa yang tidak tahu kalau itu suamiku." ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Aku sedang tidak menyamar Aku hanya ingin memakai topi." ucap Jonathan dengan singkat kemudian memakai topinya lagi.     

"Aku tidak tahu kenapa kamu ke sini Bukankah ini jam waktu istirahat Kenapa kamu tidak makan siang di kantor kamu?" tanya Nadia dengan kening berkerut.     

"Aku sedang bosan di kantor karena itu aku keluar untuk menjemput kamu dan mengajak kamu makan di luar bagaimana kamu mau kan?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Kamu mau mengajakku makan di mana?" tanya Nadia dengan wajah terlihat manja.     

"Aku akan memberi kejutan padamu Sekarang ikut aku, Marcos sudah menunggu di sana." ucap Jonathan kemudian memutar kursi rodanya kembali ke tempat mobilnya berada.     

Nadia hanya tersenyum kemudian mengikuti Jonathan dari belakang kemudian masuk ke dalam mobil setelah membantu Jonathan duduk di dalam mobil.     

setelah berada di dalam mobil Marcos menjalankan mobilnya ke arah rumah besar di mana aneh dan Daren sudah menunggu kedatangan Nadia.     

"Kenapa kita ke rumah besar Ada apa Jo?" tanya Nadia ingin tahu tujuan Jonathan membawanya ke rumah besar.     

Jonathan hanya tersenyum kemudian meminta tolong pada marcos untuk membantunya duduk di kursi rodanya.     

Setelah duduk di kursi rodanya Jonathan menarik tangan Nadia dan membawanya masuk ke dalam rumah.     

"Kita akan makan siang di sini. Momy sudah memasak untuk kita terutama untuk bayi yang kamu kandung kamu tidak marah kan?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Ya Tuhan Jo!! kamu bilang apa Kenapa aku harus marah mami kamu itu Mami aku juga?" ucap Nadia dengan gemas karena pertanyaan Jonathan     

"Syukurlah kalau kamu tidak marah kalau begitu ayo cepat kita ke ruang makan kata mami masakannya sudah selesai dan sangat enak kamu pasti menyukainya." ucap Jonathan dengan tersenyum segera mendorong kursi rodanya ke ruang meja makan di mana mami dan jadinya sudah menunggunya     

"Nadia sayangku akhirnya kamu ke sini juga untuk makan siang Mami sudah memasak makanan yang sangat enak untuk kamu terutama untuk cucu mami." ucap Anne dengan wajah terlihat sangat bahagia     

"Terima kasih Mami karena sudah memasakkan untukku Aku juga tidak tahu kalau diajak ke sini ini semua kejutan dari Jonathan." ucap Nadia dengan tersenyum bahagia.     

"Ayolah Sayang, duduklah dekat mami kita akan makan bersama di sini." ucap Anne sambil memberikan tempat duduk untuk Nadia.     

Daren dan Jonathan hanya tersenyum melihat aneh dan Nadia yang terlihat sangat bahagia.     

"Di mana Ayah, Daddy?" tanya Jonathan tidak melihat keberadaan ayahnya     

"Ayah kamu baru saja kembali ke rumah hutan biar lebih senang tinggal di sana tapi percayalah kalau setelah nanti cucunya lahir pasti ayah Kamu tidak akan bisa meninggalkan cucunya dia pasti akan tinggal di sini." ucap Anne dengan tersenyum.     

****     

PENGGANTI GLADYS     

Di kantor...     

Hari pertama kerja jeevan di kantor membuatnya sangat sibuk bahkan untuk mengurusi rencana bulan madunya masih belum juga terlaksana. Untungnya saja Ayahnya masih belum pulang dari rumah sakit jadi masih ada waktu bagi Jeevan untuk menyelesaikan pekerjaannya.     

Hampir beberapa jam Jeevan duduk di kursinya sambil fokus pada berkas-berkas yang akan di tandatanganinya.     

"Tok...Tok...Tok"     

Tiba-tiba pintu terketuk dengan suara pelan.     

"Masuk, tidak di kunci." sahut Jeevan masih fokus dengan berkasnya.     

"Permisi Tuan Jeevan." sapa seorang wanita yang sangat cantik dan terlihat anggun sedang begitu di hadapan Jeevan.     

Jeevan mengangkat wajahnya dan menatap wanita itu dengan tatapan penuh tanda tanya.     

"Ya... bisa saya bantu?" tanya Jeevan dengan serius.     

"Maaf Tuan Jeevan, saya di minta Nyonya Astrid untuk kemari membantu Tuan Jeevan sebagai sekertaris baru Tuan Jeevan." jelas wanita itu dengan sangat sopan.     

"Ohh...kamu sekertaris itu, siapa namamu?" tanya Jeevan dengan serius.     

"Iren Tuan." sahut Iren dengan tersenyum ramah.     

"Oh ya...Iren, kamu bisa langsung bekerja. Kalau ada yang tidak kamu mengerti kamu bisa tanya Astrid." ucap Jeevan kembali fokus pada pekerjaannya.     

"Permisi Tuan, maaf...saya harus duduk di mana ya?" tanya Iren dengan sebuah senyuman yang tak lepas dari bibirnya.     

"Kamu bisa duduk meja itu." jawab Jeevan sekilas kemudian fokus lagi pada pekerjaannya.     

Sambil menatap wajah Jeevan yang sedang bekerja, Iren duduk kursi meja kerjanya.     

"Drrrrt... Drrrt... Drrrrt"     

Ponsel Jeevan berbunyi, sekilas di lihatnya nama Gladys yang ada di layar ponselnya.     

Dengan cepat Jeevan menerima panggilannya Gladys.     

"Hallo... Glad." ucap Jeevan dengan tersenyum sangat senang Gladys menghubunginya.     

"Bagaimana Jeev? di hari pertama kamu kerja? kamu tidak lupa dengan pekerjaan kamu kan?" tanya Gladys setelah beristirahat di rumah karena Jeevan sudah mulai bekerja lagi.     

"Sangat melelahkan sayang pekerjaan sangat menumpuk Aku tidak tahu harus mula-mula dari mana Aku tidak bisa membayangkan Bagaimana kamu bekerja saat menggantikan aku pasti sangat melelahkan." ucap Japan merasa bersalah karena gladis harus menyelesaikan semuanya.     

"Begitulah Jeev kamu saja yang sudah ahli dalam pekerjaan kamu kamu sudah kelelahan di hari pertama kamu apalagi aku yang hanya dulu sebagai sekretaris tapi aku sudah berusaha yang terbaik membantu kamu." ucap gadis tetap bersemangat walaupun merasa lelah.     

"Kamu benar Glad, aku harusnya berterima kasih padamu karena kamu sudah berusaha yang terbaik untuk perusahaan kita kamu memang wanitaku yang paling cantik." ucap jefan tanpa merasa malu mengatakannya di hadapan Iren sekretaris barunya.     

"Ada apa kamu menghubungiku Glad? apa ada sesuatu yang ingin kamu katakan? atau kamu sudah merindukan aku?" tanya Jonathan dengan tersenyum ingin menggoda Gladys.     

"Tentu saja aku sangat merindukanmu Jeev. karena kamu biasanya ada di rumah? sebenarnya aku ingin sekali bekerja seperti dulu menjadi sekretaris kamu?" ucap Gladys dengan suara manja.     

"Aku tahu keinginan kamu itu tapi bagaimana lagi kamu sekarang menjadi nyonya jevan jadi harus di rumah." ucap Jeevan dengan tersenyum.     

"Iya aku mengerti, tapi kalau melihat kamu bekerja aku jadi ingin bekerja juga di sini aku kesepian tidak terbiasa berada di rumah." ucap Gladys merasa tertekan sendirian di rumah.     

"Lama-lama akan terbiasa juga glet apalagi nanti kalau kamu sedang hamil kamu pasti akan lebih betah di rumah daripada bekerja ucap Jeevan dengan nada bercanda agar Gladys tidak merasa kesepian.     

"Ya sudah tidak apa-apa memang mungkin sudah nasibku jadi nyonya Jeevan. Oh ya Jeev, aku hanya mau tanya untuk makan siang kamu, kamu mau pesan makan di luar atau aku bawakan makanan ke sana?" tanya Gladys ingin sekali mengirim makan siang untuk Jeevan.     

"Tentu aku lebih memilih makan siang darimu Glad." jawab Jeevan dengan hati bahagia.     

"Oke Jeev, tunggu aku siang nanti ya." ucap Gladys yang ingin memasak kesukaan Jeevan yaitu sayur bening dan ikan gurami.     

"Memang kamu mau masak apa Glad?" tanya Jeevan dengan wajah yang terlihat bahagia.     

Iren menatap wajah Jeevan dengan rasa kagum.     

"Aku mau mencoba memasak menu kesukaanmu sayur bening dan ikan gurami." jawab Gladys dengan perasaan malu.     

"Aku sudah tidak sabar menunggu kedatanganmu dengan hasil masakanmu sayang." ucap Jeevan dengan hati yang di liputi kebahagiaan.     

"Tunggu nanti siang ya Jeev." ucap Gladys dengan suara lembut.     

"Aku menunggumu Glad, aku harus kembali kerja sekarang...bye Glad." ucap Jeevan menutup panggilan Gladys.     

"Maaf Tuan Jeevan, saya kurang mengerti rekapan ini? bisakah Tuan Jeevan menjelaskannya pada saya?" tanya Iren berdiri di samping Jeevan.     

"Untuk hal-hal yang tidak kamu mengerti, kamu bisa bertanya pada Astrid karena itu bukan tugas saya." ucap Jeevan menjelaskan panjang lebar pada Iren.     

"Ya Tuhan, saya lupa Tuan..kalau saya harus bertanya pada Nyonya Astrid." ucap Iren kembali ke tempatnya kemudian menghubungi Astrid.     

Jeevan mengambil nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.     

Dengan serius Jeevan kembali bekerja tanpa memperdulikan Iren yang menatapnya beberapa kali.     

Tak terasa waktu bergulir dengan cepat dan Jeevan tak melihat waktu yang sudah berjalan dengan cepat.     

Karena belum ke kamar kecil sama sekali Jeevan berniat pergi ke kamar kecil sebelum Gladys datang.     

"Iren, kalau Istriku Gladys datang... tolong bilang aku masih ke kamar kecil." ucap Jeevan dengan tenang kemudian berjalan keluar ruangan.     

Waktu sudah menunjukkan jam istirahat, Gladys datang lebih awal agar bisa mengobrol sebentar dengan Jeevan.     

Tanpa menimbulkan suara Gladys membuka pintu dengan niat ingin memberi kejutan pada Jeevan.     

Ternyata bukan Gladys yang akan memberi kejutan pada Jeevan, tapi hatinya yang menjadi terkejut dengan adanya seorang wanita yang tengah duduk di meja kerjanya dulu.     

"Maaf ya, saya Gladys... Tuan Jeevan ada di mana ya? kok tidak ada?" tanya Gladys sambil pandangannya mencari keberadaannya Jeevan.     

"Maaf Nyonya, Tuan Jeevan sudah keluar dari tadi." jawab Iren tanpa memberitahu kalau Jeevan hanya pergi ke kamar mandi.     

"Ouh...apa Tuan Jeevan keluar sendiri?" tanya Gladys sedikit kecewa pada Jeevan yang sudah tahu kalau dirinya akan datang untuk mengirim makan siang.     

"Ya Nyonya, keluar sendiri." Jawab Iren dengan sopan.     

"Apa Tuan Jeevan tidak bilang apa-apa sebelum pergi?" tanya Gladys memastikan lagi tentang perginya Jeevan.     

"Saya rasa Tuan Jeevan tidak pesan apa-apa Nyonya." ucap Iren dengan tersenyum ramah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.