KEMARAHAN JEEVAN
KEMARAHAN JEEVAN
Gladys menatap Jeevan dengan kedua alis terangkat.
"Ternyata pengaruh mabuknya masih belum hilang. Lalu siapa yang menghabiskan me goreng ini? katanya lapar, sudah di buatkan sekarang ketiduran...hem..." ucap Gladys dalam hati seraya menghela nafas panjang.
"Apa aku makan sendiri saja? tapi bagaimana dengan dietku? aahh... sudahlah, siapa juga yang lihat aku. Sayang sekali kalau tidak ada yang menghabiskan." ucap Gladys kemudian menghabiskan me goreng buatannya yang tidak di habiskan Jeevan.
Setelah menghabiskan nasi gorengnya Gladys duduk di sofa sambil memegang perutnya.
"Ya Tuhan, aku kenyang sekali. Dan ini gara-gara Tuan Jeevan, aku harus menghabiskan me goreng sebanyak itu." ucap Gladys sambil menatap Jeevan yang tidur dengan pulas.
Hampir satu jam lamanya, Gladys tidak bisa tidur. Tiba-tiba Gladys mendengar suara ponsel Jeevan berbunyi.
"Siapa malam-malam begini menghubungi Jeevan? pasti Ivan cantik itu!!" ucap Gladys dengan perasaan kesal mengambil ponsel Jeevan.
"Nah ... benarkan Ivan cantik yang menghubungi Tuan Jeevan? dasar pria tidak normal!! seperti tidak ada wanita saja di dunia ini!" ucap Gladys dengan perasaan kesal mematikan panggilan Ivan.
Baru saja panggilan Ivan dimatikan suara ponsel Jeevan berbunyi lagi. Gladys pun mematikannya lagi. Hal itu terjadi hingga beberapa kali, sampai akhirnya ponsel Jeevan tidak berbunyi lagi tapi ada suara pesan masuk.
Segera Gladys membuka pesan itu. wajarlah di seketika merah padam setelah membaca pesan dari Ivan.
"Jadi benar apa yang aku pikirkan, kalau Ivan yang merencanakan pelemparan telur busuk itu padaku! kurang ajar! pria setengah matang! lihat saja kalau ketemu, aku siram pakai air comberan!" ucap Gladys dengan geram kemudian melanjutkan membaca pesan Ivan yang masih panjang.
Saat membaca pesan terakhir wajah Gladys menjadi pucat pasi.
"Huekkk.. Huekkk.. Huekkk"
"Benar-benar mereka berdua sangat menjijikkan!! bagaimana bisa Tuan Jeevan melakukan hal itu? apa yang mereka pikirkan? memang enak kalau jeruk makan jeruk?" tanya Gladys tak habis pikir apa yang ada di dalam pikiran Jeevan.
Dengan rasa penasaran Gladys masih bertahan membaca pesan Ivan.
"Hem...syukurlah kalau Tuan Jeevan marah padamu pria setengah matang! jangan harap Tuan Jeevan akan menemui kamu lagi. Aku yang akan menghalangi hubungan kalian berdua!" ucap Gladys dengan spontan tanpa pikir panjang.
"Aaisshh!! kenapa aku yang jadi marah?!! memang apa hubungannya aku dengan Tuan Jeevan?!!" tanya Gladys dalam hati sambil mengusap tengkuk lehernya.
Sambil melihat ke arah Jeevan yang masih tidur Gladys menghapus semua pesan dan panggilan Ivan pada Jeevan.
"Nah... sekarang lebih baik seperti ini. Aku melakukan hal ini bukan berarti aku cemburu pada Ivan. Tapi aku melakukan hal ini demi Tuan Mark. Aku tidak ingin Tuan Mark kecewa pada Tuan Jeevan." Ucap Gladys seraya meletakkan ponsel Jeevan di tempatnya semula.
Entah kenapa setelah menghapus semua pesan dan panggilan Ivan, hati Gladys merasa tenang. Tiba-tiba saja Gladys mulai merasa mengantuk dan ingin tidur secepatnya.
***
Pagi hari...
Jeevan membuka matanya saat merasakan rasa perih di keningnya juga cahaya matahari yang menyinari kedua matanya.
"Di mana Nona Gladys? bukankah semalam dia ada di sini?" Tanya Jeevan dalam hati dengan kedua matanya mencari keberadaan Gladys.
"Ceklek"
Pintu kamar terbuka tampak wajah Gladys terlihat berkeringat dan pakaian yang basah.
"Anda dari mana? kenapa wajah anda kelihatan berkeringat? pakaian anda juga basah. Apa anda habis bermain air?" tanya Jeevan dengan kening berkerut.
"Aku baru saja selesai membersihkan mobil anda yang ada di halaman." Ucap Gladys seraya duduk bersandar di kursi sofa.
"Benarkah? anda baru saja membersihkan mobilku? hari ini sangat aneh sekali kan? Tapi tetap saja aku mengucapkan terima kasih pada anda. Ternyata anda sangat baik dan perhatian juga ya?" Ucap Jeevan dengan tersenyum.
"Maafkan aku tuan Jeevan, aku sama sekali tidak baik atau perhatian Tuan. Aku membersihkan mobil anda karena telah bersalah menghancurkan mobil anda yang bagus itu." ucap Gladys lagi dengan tatapan merasa bersalah.
"Apa!!! apa yang anda katakan? anda telah menghancurkan mobilku? apa yang anda hancurkan Nona Gladys?!" Ucap Jeevan tidak tahu tentang jendela kaca mobilnya yang hancur karena dihancurkan Gladys dengan batu.
"Aku terpaksa melakukannya untuk menyelamatkan anda Tuan Jeevan! tapi karena aku punya hati yang baik aku menggantikannya dengan membersihkan mobil anda." ucap Gladys sedikit gugup dan was-was menunggu kemarahan Jeevan.
Mendengar ucapan Gladys, seketika itu juga Jeevan turun dari tempat tidurnya dan keluar kamar untuk melihat kehancuran mobilnya yang dihancurkan oleh Gladys.
"Oh my God!! kenapa mobilku menjadi hancur seperti ini Nona Gladys? kenapa kamu harus menghancurkan jendelanya seperti itu?" ucap Jeevan seraya meremas rambutnya dengan kedua tangannya.
"Kenapa Tuan Jeevan menyalakan aku? kenapa tidak menyalahkan anda sendiri saja?bukankah Tuan yang menabrak pohon sakura itu. Dan seharusnya Tuan Jeevan berterima kasih padaku karena aku sudah capek mengangkat Tuan dari sini ke dalam kamar. Memang ada wanita yang sekuat aku sendirian mengangkat tubuh sebesar Tuan! Kalau tahu Tuan Jeevan marah seperti ini seharusnya aku membiarkan Tuan di dalam mobil saja." Ucap Gladys dengan bibir cemberut.
Tanpa bicara, Jeevan masuk ke dalam rumah dan mengambil ponselnya. Gladys mengikuti Jeevan dengan kening berkerut merasa penasaran apa yang akan di lakukan Jeevan.
Dengan wajah serius Jeevan menghubungi servis mobil agar segera datang untuk membetulkan mobilnya yang hancur.
Setelah menghubungi service mobil, tanpa melihat ke arah Gladys, Jeevan masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu dengan keras.
"BLAAAMMM"
"Ya Tuhan!! benar-benar Pria yang sangat menyebalkan! hanya karena jendela mobil rusak sampai begitu marahnya?!" ucap Gladys sambil mengusap dadanya benar-benar tersiksa dengan sikap Jeevan yang angin-anginan.
"Drrrt...Drrrt...Drrrt"
Ponsel Gladys berbunyi dengan keras, segera Gladys mengambil ponselnya.
"Hallo... Farel!! bagaimana? kamu jadi pulang tidak? kenapa kamu tidak memberi kabar aku lagi?" tanya Gladys dengan suara keras.
"Aku baru datang kemarin Glad, di mana kamu sekarang?" tanya Farel dengan tenang.
"Aku...aku ada di mana ini ya?? begini saja, aku akan menemui kamu di cafe seperti biasanya." ucap Gladys sambil melihat ke jam tangannya.
"Oke Glad, aku menunggumu di sana." ucap Farel sahabat bermain Gladys dan Nadia sejak dari kecil.
"Oke Farel. Aku berangkat sekarang." ucap Gladys kemudian menutup panggilannya Farel.
"Anda tidak boleh pergi!" tiba-tiba suara Jeevan mengejutkan Gladys hingga terlonjak kaget.
"Tuan?? Tuan dari mana?? bukankah tadi masuk kamar?" tanya Gladys dengan tatapan tak percaya.
"Tidak perlu memikirkan aku datang dari mana! yang terpenting anda tidak bisa pergi dengan siapa pun. Anda harus ikut denganku ke kantor. Sekarang!" ucap Jeevan kemudian masuk lagi ke dalam kamar.