DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASAKAN CINTA



MERASAKAN CINTA

1Nadia terbangun dengan tergesa-gesa sambil melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.     

"Ya Tuhan, kenapa aku bisa bangun kesiangan." ucap Nadia seraya turun dari tempat tidur sambil melihat Jonathan yang masih tidur lelap.     

"Jo... bangun, kita sudah kesiangan." panggil Nadia seraya mengusap wajah Jonathan yang terlihat tampan tapi ada gurat kesedihan di wajahnya.     

Nadia menahan nafas untuk tidak bersedih atau menangis. Kesempatannya untuk balas dendam hanya satu kali setelah dia hamil dan meninggalkan semuanya.     

"Jonathan, bangunlah." panggil Nadia lagi sambil mencubit pelan ujung hidung Jonathan.     

Perlahan Jonathan terbangun sambil mengusap hidungnya yang sedikit sakit di cubit Nadia.     

"Kenapa membangunkan aku dengan mencubit hidungku Nadia? apa tidak bisa yang lain?" ucap Jonathan berusaha bangun dari tidurnya. Melihat hal itu Nadia segera membantu Jonathan agar bisa duduk bersandar.     

"Kenapa? tidak boleh kalau mencubit hidung? apa kamu mau aku mencubit milik kamu?" ucap Nadia menggoda Jonathan. Dari semalam keinginan Nadia tidak terwujud dan harus menahannya.     

"Hem... katakan lagi, apa yang ingin kamu cubit?" Tanya Jonathan merasakan rindu sentuhan Nadia. Sejak semalam Jonathan menahan keinginannya tidak ingin menekan Nadia dengan keinginannya.     

"Tidak ada siaran ulang. Aku harus mandi sekarang. Kita sudah kesiangan ke rumah Jean." ucap Nadia berniat mengambil handuk tapi tangan Jonathan menarik pinggangnya hingga tubuhnya terjatuh dalam pelukan Jonathan.     

"Kamu tidak akan kemana-mana." ucap Jonathan dengan suara parau. Hasrat di hatinya tidak bisa dia tahan lagi.     

"Apa yang kamu lakukan Jo, kita bisa kesiangan ke rumah Jean." ucap Nadia tidak bisa menolak atau membantah jika sudah menjadi keinginan seorang suami.     

"Apa kamu tidak bisa melihat keinginanku yang aku tahan dari semalam Nadia?" tanya Jonathan dengan tatapan sayu.     

Nadia menelan salivanya tenggelam dalam tatapan hasrat seorang Jonathan.     

"Aku juga menahan keinginanku dari semalam Jo." ucap Nadia dengan jujur.     

"Kalau tahu itu, kenapa tidak bilang padaku? aku sudah memberi tanda dengan menggenggam tanganmu." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menelan salivanya menatap Jonathan dengan tatapan bersalah.     

"Bagaimana aku bisa meminta padamu kalau aku sudah membuatmu kecewa." ucap Nadia dengan menundukkan wajahnya.     

"Sudah kukatakan padamu, walau sebesar apa rasa kecewaku padamu. Perasaan dan cintaku juga hasratku tidak akan pernah berubah padamu Nadia." ucap Jonathan dengan tatapan dalam.     

"Hatimu seperti inilah Jo, yang membuat aku tidak berdaya padamu. Kamu sangat keras kepala tapi hatimu sangat lembut dan mengerti dengan perasaan orang lain." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan.     

"Benarkah aku keras kepala? tapi tidak sekeras hati kamu." ucap Jonathan dengan suara berbisik di telinga Nadia.     

"Tapi hati kerasku selalu luluh olehmu." ucap Nadia membiarkan tangan Jonathan meraba tengkuk lehernya.     

"Karena aku punya niat tulus padamu Nadia. Sebuah hati akan tahu dan mengenal siapa yang mencintainya dengan tulus." ucap Jonathan sambil melepas seluruh pakaian Nadia.     

Nadia terdiam menatap penuh wajah Jonathan yang menatapnya sayu. Dengan perasaan rindu dan hati berdebar-debar Nadia melepas seluruh pakaian Jonathan.     

"Aku mencintaimu Nadia." ucap Jonathan saat Nadia berbaring di atasnya dan sudah aktif bergerak di banding dirinya.     

"Aku juga mencintaimu Jo, ingin segera memiliki anak darimu agar kita bahagia." ucap Nadia tidak ingin melihat Jonathan lebih menderita.     

"Semoga kita benar-benar bahagia Nadia, hanya karena kamu aku punya semangat untuk hidup dan bertahan." ucap Jonathan memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang diberikan Nadia padanya.     

Sungguh hati Jonathan tak mampu berkata apa-apa hanya Nadia yang bisa menerima apa adanya dia. Seorang laki-laki cacat yang tak mampu melakukan hal apa pun selain hanya menerima dan mengeluarkan hasrat hanya dengan berdiam diri.     

Nadia tidak pernah merasa jijik atau mengeluh saat melayaninya atau merawatnya di saat dia tak berdaya di tempat tidur.     

Perhatian dan setiap sentuhan lembut tangan Nadia benar-benar tulus Jonathan rasakan.     

Jonathan mencengkeram pinggang Nadia merasakan kenikmatan berkali-kali saat Nadia menekan beberapa kali lubang intimnya pada batang miliknya.     

"Aasshhh!! Nadia!! tekan lebih keras Nadia." desah Jonathan benar-benar tenggelam dalam nikmat yang di berikan Nadia padanya.     

"Aahhhh...!! Jo...aku mencintaimu...aku sungguh-sungguh mencintaimu." ucap Nadia mengeluarkan seluruh hasratnya hingga Jonathan benar-benar berada dalam titik klimaksnya.     

"Aasshhh!! Nadiaaa....! aku mencintaimu Nadia." desah Jonathan benar-benar melewati puncak klimaksnya dengan penuhi kenikmatan.     

Nadia tersenyum merasa bahagia telah memberikan kebahagiaan sepenuhnya pada Jonathan.     

"Apakah kamu bahagia Jo?" tanya Nadia dengan sebuah senyuman.     

"Aku sangat bahagia Nadia, terima kasih kamu selalu memberiku kenikmatan dan kepuasan yang tidak bisa aku berikan padamu." ucap Jonathan dengan tatapan penuh cinta.     

"Tidak Jo, melihatmu bahagia aku juga bahagia." ucap Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Aku ingin kita berdua bahagia Nadia." ucap Jonathan dengan tatapan penuh harap.     

"Aku juga menginginkannya Jo. Sekarang aku sudah memberikan apa yang kita inginkan. Apa kamu mau ikut denganku ke Toko Jean sekarang?" tanya Nadia dengan tatapan memohon.     

"Aku sudah mengatakan padamu, kemanapun kamu pergi aku akan ikut denganmu." ucap Jonathan dengan tersenyum hatinya benar-benar bahagia. Hanya pada saat bercinta Jonathan bisa merasakan cinta Nadia yang benar-benar tulus tanpa ada rasa kebencian.     

Nadia tersenyum kemudian mencubit gemas ujung hidung Jonathan.     

"Aku akan mandi dulu setelah itu aku akan merawatmu dan kita akan pergi ke toko bunga Jonathan." ucap Nadia seraya mengusap lembut wajah Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya kemudian mengambil tisu untuk membungkus batang miliknya yang masih mengeluarkan sisa-sisa spermanya.     

Sambil menunggu Nadia selesai mandi Jonathan menatap langit-langit kamarnya, memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk menenangkan hati orang tuanya agar tidak merasa kecewa dalam beberapa waktu ke depan.     

"Mungkin aku harus bicara kepada Paman Ammer agar memberitahu Momy dan Daddy untuk lebih bersabar sementara." ucap Jonathan dalam hati berusaha tidak sedih dengan keputusan yang sudah di sepakatinya dengan Nadia.     

"Tidak! lebih baik aku yang mengirim pesan saja pada Momy dan Daddy agar hati mereka lebih tenang kalau aku yang ngirim pesan pada mereka." ucap Jonathan dengan cepat mengirim pesan pada orang tuanya dengan memberi harapan mereka akan segera mempunyai seorang cucu.     

Dan benar saja, orang tuanya sangat bahagia dengan mendapat pesannya. Mereka berharap Jonathan dan Nadia punya harapan akan segera punya anak.     

"Jonathan." panggil Nadia dengan tiba-tiba sambil membawa baskom yang berisi air hangat.     

Segera Jonathan menghapus semua pesannya agar tidak membuat hati Nadia kecewa.     

"Apa kamu diam saja dari tadi?" tanya Nadia dengan sebuah senyuman meletakkan baskom di atas meja.     

"Aku membayangkan kita segera punya anak Nadia. Kita akan menjadi keluarga yang benar-benar bahagia." ucap Jonathan dengan tatapan penuh harapan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.