DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASA SAKIT



MERASA SAKIT

1"Aku sangat mengenal baik Paman Ammer, karena aku lebih sering kesini. Sejak kecil aku lebih banyak tinggal bersama Paman Ammer. Kenapa Nadia? kenapa kamu ingin tahu tentang Paman Ammer? apa kamu mengenalnya?" tanya Jonathan menatap penuh wajah Nadia.     

Wajah Nadia terlihat tegang dengan pertanyaan Jonathan.     

"Aku tidak mengenalnya. Aku hanya penasaran saja, kenapa di rumah Danau sebesar ini... di dalam hutan, seorang pria tua tinggal sendirian dengan wajah luka bakar. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana dia menjalani hidupnya. Pasti dia sangat kesepian." ucap Nadia dengan perasaan sakit yang sangat dalam.     

"Pasti Tuan Darren dan Nyonya Anne yang menyebabkan Ayahku menderita seperti itu. Apa Tuan Darren dan Nyonya Anne yang telah membakar wajah Ayahku agar aku tidak bisa mengenali wajah Ayahku lagi?" tanya Nadia merasa yakin kalau pria itu adalah Ayahnya karena namanya sama dengan nama Ayahnya yaitu Ammer.     

"Nadia...Nadia! apa kamu melamun? ada apa denganmu? kamu belum makan dari tadi?" tanya Jonathan dengan tatapan heran melihat wajah Nadia yang terlihat pucat.     

"Aku tidak sedang melamun Jo, sebaiknya kita cepat habiskan makanan ini. Kita harus segera mencari sayuran dan buah-buahan di rumah Paman Ammer." ucap Nadia tidak sabar ingin bertemu dengan Ammer.     

"Aku tahu kamu tidak sabar ingin mengambil buah-buahan dan sayuran itu Nadia, tapi tidak bisa seperti itu juga. Kamu habiskan dulu makananmu, baru kita akan kesana. Di sana kita bisa memancing dan juga berburu telor." ucap Jonathan dengan tersenyum melihat Nadia yang begitu antusias.     

"Benarkah Jo? di sana ada tempat untuk kita memancing dan berburu telur? aku sudah tidak sabar untuk segera ke sana." ucap Nadia kemudian menghabiskan makanannya dengan cepat.     

Jonathan tersenyum melihat sikap Nadia seperti anak kecil yang sedang mendapat mainan.     

"Aku sudah selesai makan Jo, ayo... kita ke sana sekarang dan kita akan bersenang-senang hari ini." ucap Nadia segera bangun dari duduknya dan mendorong kursi roda Jonathan keluar rumah.     

"Jo...rumah Danau ini sangat besar sekali, tapi sayang sekali tidak ada keluarga yang menempati." ucap Nadia sambil menikmati pemandangan hutan di sekitar danau.     

"Kalau kamu mau, kita bisa tinggal di sini karena aku suka sekali dengan ketenangan alam." ucap Jonathan dengan suara pelan merasa sedih setelah ingat kenyataan yang terjadi kalau Nadia sebentar lagi akan menikah dengan Jean.     

"Seandainya bisa Jo, aku akan tinggal di sini bersamamu menikmati alam yang indah dan tenang ini." ucap Nadia berjalan pelan sambil mendorong kursi roda Jonathan.     

"Sudahlah tidak perlu kita pikirkan lagi. Ayo, kita nikmati saja hari-hari kita sebelum kamu menikah." ucap Jonathan berusaha tersenyum walau hatinya begitu sedih dan terluka.     

Sambil menikmati pemandangan di kelilingnya, Jonathan menceritakan beberapa tempat yang sering dia datangi sebelum kecelakaan terjadi.     

Nadia mendengarkan dengan penuh perhatian sambil mendorong kursi roda Jonathan ke arah rumah Ammer.     

Tiba di rumah Ammer, Nadia melihat Ammer sedang memberi makan pada ayam-ayam yang berlarian kesana kemari.     

"Paman Ammer." panggil Jonathan dengan tersenyum.     

"Tuan Jonathan? kenapa Tuan ke sini? Kenapa tidak menghubungiku saja, biar aku yang ke sana." ucap Ammer segera menghampiri Jonathan.     

"Tuan Ammer, apa anda sudah mengenal gadis ini? dia adalah Nadia sahabat dekatku." ucap Jonathan dengan perasaan sedih saat menyebut Nadia sebagai sahabat dekatnya bukan kekasih atau tunangannya lagi.     

"Kemarin aku sudah sempat mengenal namanya Tuan Jonathan, nama yang sangat cantik dan orangnya juga cantik." ucap Ammer menatap wajah Nadia dengan tatapan penuh.     

Nadia tersenyum kemudian menundukkan wajahnya merasakan kesedihan dalam hatinya saat mendapat pujian dari Ammer.     

"Paman Ammer sedang apa? apa kita bisa membantu Paman Ammer untuk memberi makan ayam-ayam itu?" ucap Jonathan sambil mendorong kursi rodanya mendekati ayam-ayam yang sedang mencari makan.     

"Tidak perlu report Tuan Jonathan, biar aku saja yang memberi makan ayam-ayam itu." ucap Ammer melanjutkan memberikan makanan pada ayam-ayam yang terus berlarian.     

"Biar aku saja yang memberi makan pada ayam-ayam itu, Paman." ucap Nadia mendekati Ammer dan mengambil alih tempat makanan yang dibawa Ammer.     

"Tuan Jonathan ingin minum apa? apa Tuan ingin kelapa muda? biar aku ambilkan dari pohonnya." ucap Ammer seraya mengambil parang untuk mengambil kelapa.     

Jonathan menganggukkan kepalanya seraya mendekati Nadia.     

"Sini, Nadia biar aku bantu." ucap Jonathan sambil meminta makanan ayam pada Nadia.     

Nadia tersenyum berniat menggoda Jonathan.     

Dengan cepat Nadia mengoleskan makanan ayam yang berupa dedak ke pipi Jonathan berulang-ulang.     

"Nadia! apa yang kamu lakukan? apa ini? kenapa kamu lakukan itu? ini makanan ayam Nadia!" ucap Jonathan dengan tatapan kesal mengusap dedak makanan ayam di wajahnya.     

Karena tidak bisa membersihkan secara langsung dedak makanan ayam di wajah Jonathan sedikit melebar.     

Nadia tertawa keras melihat wajah Jonathan sedikit tertutup dengan dedak makanan ayam.     

"Nadia Jangan tertawa senang, sebentar lagi kamu akan menangis lihat saja." ucap Jonathan dengan kesal karena Nadia lupa kalau kulitnya alergi dengan kotoran.     

Nadia tetap tertawa senang dan tidak mendengarkan ucapan Jonathan, masih saja mengoleskan dedak makanan ke kulit tangan dan lengan Jonathan. Jonathan berusaha melindungi kulitnya dari serangan Nadia.     

"Nona Nadia sebaiknya jangan diteruskan, bukankah Tuan Jonathan mempunyai alergi pada kulitnya?" ucap Ammer yang baru datang sambil membawa tiga kelapa muda yang baru saja diambil dari pohon.     

Mendengar ucapan Ammer, Nadia menghentikan gerakan tangannya yang akan mengolesi Jonathan lagi. Nadia menatap Jonathan dengan tatapan tak percaya dengan apa yang barusan dia lakukan pada Jonathan.     

"Ya Tuhan!! Jo!! kenapa kamu tidak mengingatkan aku? kenapa kamu diam saja? dan sekarang apa yang aku harus lakukan? aku harus cepat-cepat membersihkan wajahmu." ucap Nadia menatap Ammer dengan tatapan panik.     

"Tuan Ammer, di mana letaknya air? aku harus membersihkan wajah dan kulit Jonathan?" ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Sebentar Nona Nadia." ucap Ammer mengambil slang air dan diberikan pada Nadia.     

"Tunggu sebentar Nona Nadia, biar aku buka dulu air krannya di belakang." ucap Ammer segera ke belakang untuk membuka air kran.     

Dengan panik Nadia memegang slangnya menunggu air yang belum keluar juga. Sedangkan Jonathan sudah merasakan gatal di kulitnya.     

"Jonathan, kenapa airnya lama sekali keluar? apa ada masalah di belakang?" tanya Nadia dengan tatapan cemas menatap kearah Jonathan.     

"Aku tidak tahu coba berikan padaku selangnya." ucap Jonathan sambil meringis menahan rasa gatal mengambil slang yang ada di tangan Nadia.     

Dengan menahan rasa gatal, Jonathan menekan-nekan slang yang dipegangnya juga menarik ulur agar selang itu tidak terbelit. Karena air masih belum keluar juga Jonathan melihat ujung lubang slang yang dipegangnya, dan tiba-tiba air keluar dengan cepat dan mengenai wajah Jonathan juga badannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.