DI LUAR KENDALI
DI LUAR KENDALI
"Bawa aku ke taman samping saja Nad." ucap Jonathan dengan suara pelan. Nadia merasa ada sesuatu yang di pikirkan Jonathan.
"Ada apa denganmu Jo?" tanya Nadia setelah duduk di bangku panjang.
"Apa? aku tidak apa-apa. Kenapa kamu belum berangkat juga?" tanya Jonathan dengan wajah terlihat sedih.
"Sebentar lagi." ucap Nadia jadi serba salah melihat Jonathan yang terlihat sedih.
"Menunggu apa?" tanya Jonathan melihat Nadia sekilas.
"Menunggu hati kekasihku agar tenang setelah itu baru aku berangkat." ucap Nadia meraih tangan Jonathan dan menggenggamnya dengan pelan.
Jonathan hanya terdiam tapi membiarkan tangan Nadia menggenggam tangannya.
"Aku baik-baik saja Nad, pergilah." ucap Jonathan tidak menyalahkan Nadia yang harus menjaga perasaan orang tua Jean.
"Apa kamu yakin Jo?" tanya Nadia menatap dalam kedua mata Jonathan.
Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Baiklah Jo, aku berangkat dulu." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian berjalan cepat ke depan dan meminta Marcos untuk segera mengantarnya ke rumah Jean.
Tidak berapa lama kemudian Nadia sudah sampai di rumah Jean.
"Nadia, kamu darimana saja? apa benar kamu pergi ke rumah danau?" tanya Jean setelah selesai makan bersama.
"Benar Jean, aku ke rumah danau. Dan kamu tahu Jean? aku bertemu dengan siapa?" ucap Nadia dengan wajah serius mengajak Jean ke samping rumah.
"Bertemu siapa?" tanya Jean dengan kening berkerut mengikuti Nadia yang menggandeng tangannya ke samping rumah.
"Dengan Paman Ammer, atau mungkin dia Ayahku. Aku sangat yakin Paman Ammer adalah Ayahku." ucap Nadia dengan sinar mata penuh harapan.
"Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan Nadia?" tanya Jean dengan tatapan tak percaya.
"Aku sangat yakin Jean, selain namanya sama dengan nama Ayahku. Paman Ammer juga pernah tinggal di rumah besar dan sangat dekat dengan Jonathan. Paman Ammer sudah bertahun-tahun tinggal di sana." ucap Nadia dengan tatapan sedih.
"Lalu, apa yang kamu lakukan di sana? apa kamu sudah mencari tahu kebenarannya?" tanya Jean ikut penasaran dengan orang yang namanya Ammer.
"Aku sudah berusaha bertanya tentang masa lalu Paman Ammer, tapi sepertinya Paman Ammer tidak ingin orang lain mengetahui masa lalunya. Bahkan Jonathan sendiri yang pernah tinggal bersama Paman Ammer hanya mengetahui beberapa hal saja." ucap Nadia dengan wajah kecewa.
"Apa yang di ketahui Jonathan?" tanya Jean dengan tatapan serius.
"Kalau Paman Ammer pernah tinggal di rumah besar, dan juga pernah tinggal bersama Jonathan sejak Jonathan masih kecil. Hanya itu saja yang diketahui Jonathan." ucap Nadia sambil mengusap wajahnya.
"Bagaimana hubunganmu dengan Jonathan? Apa dia sudah tidak marah lagi padamu?" tanya Jean merasa Nadia sudah berubah pandangan tentang Jean.
Nadia menundukkan wajahnya tidak Ingin berterus terang pada Jean tentang perasaannya pada Jonathan.
"Kenapa kamu diam? dan sejak kapan kamu tidak berterus terang padaku? aku tahu apa alasannya karena kamu sudah jatuh cinta pada Jonathan kan?" ucap Jean dengan tatapan penuh.
Nadia menegakkan punggungnya merasa wajahnya merah padam mendengar ucapan Jean.
"Lihat wajahmu Nadia wajahmu terlihat merah Apa karena kamu merasa malu karena aku mengetahui hal itu. Benarkan?" ucap Jean lagi dengan tersenyum.
"Kamu jangan menggodaku terus Jean! apa kamu tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya? pada Vivian dulu?" tanya Nadia dengan bibir cemberut.
"Tidak pernah, baru padamu aku bisa merasakan jatuh cinta." ucap Jean dengan tenang.
"Uhukkk... Uhukkk... Uhukkk"
ketika Nadia terbatuk-batuk mendengar ucapan Jean kalau Jane jatuh cinta padanya.
"Yang benar saja kamu Jean! jangan bercanda! sejak kapan kamu jatuh cinta padaku?" tanya Nadia sambil memicingkan matanya.
Jean tertawa jangan keras kemudian memeluk bahu Nadia dengan gemas.
"Kamu sudah tahu kalau aku bercanda Nadia." ucap Jean masih dengan tertawa.
"Sialan kamu Jean, selalu saja menggodaku." ucap Nadia meninju bahu Jean sedikit keras.
"Aduh Nadia!! sakit Nadia!" ucap Jean sambil mencubit kedua pipi Nadia dengan gemas.
"Aduh!! Jean!! sakit tahu!" teriak Nadia dengan manja.
"Nadia, bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Mall?" tanya Jean dengan tatapan penuh.
"Ada apa kita ke mall? apa kamu mau membelikan aku sesuatu?" tanya Nadia dengan serius.
"Apapun yang kamu minta akan aku belikan Nadia." ucap Jean dengan tersenyum.
"Benarkah? apapun yang aku minta kamu akan membelikannya?" ucap Nadia menatap wajah Jean.
"Apa aku pernah mengerjaimu Nadia?" tanya Jean menghadap tepat wajah Nadia.
"Tidak juga sih. Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo... kita berangkat." Ucap Nadia seraya bangun dari duduknya.
"Bantu aku bangun Nad." ucap Jean sambil mengulurkan kedua tangannya agar Nadia menariknya.
"Kamu sangat manja sekali Jean!" ucap Nadia seraya menarik kedua tangan Jean dengan sangat kuat.
Namun tetap saja kekuatan Nadia tidak sebanding dengan berat badan Jean sehingga tubuh Nadia terjatuh menindih tubuh Jean. Spontan Jean memeluk pinggang Nadia yang berada di atas tubuhnya.
Kedua mata Jean dan Nadia saling pandang cukup lama. Entah siapa yang memulai bibir Nadia dan Jean sudah saling bertaut tanpa terkendali.
Ciuman Jean semakin intens saat Nadia membalas ciumannya. Hasrat Jean dan Nadia sudah tak terkendali saling membalas ciuman dengan sangat brutal dan lebih panas dari sebelumnya.
Untuk sesaat Nadia masih tenggelam dalam kelihaian Jean dalam memberikan ciuman yang agresif dan menggebu-gebu.
"Jean..cukup, hentikan." ucap Nadia dengan nafas terengah-engah kehilangan napasnya yang terkuras habis.
"Ada apa Nadia? apa kamu tidak sanggup lagi membalasku?" tanya Jean dengan wajah merah karena tidak bisa menahan rasa rindunya pada Nadia.
"Kamu sudah sangat ahli Jean, aku baru belajar dari Jonathan." ucap Nadia dengan jujur.
"Kamu sudah berciuman dengan Jonathan? apa kamu sering melakukannya?" tanya Jean sedikit kecewa saat tahu Nadia sudah lebih dulu berciuman dengan Jonathan.
"Sering, aku sering melakukannya dengan Jonathan. Entah karena apa, setiap kali aku dekat dengan Jonathan ada sesuatu yang aku rasakan ingin menyatu di dengan Jonathan. Tapi terkadang rasa itu hilang berganti benci ingin sekali menyakitinya." ucap Nadia dengan tatapan rumit.
"Apa kamu mencintai Jonathan?" tanya Jean dengan serius.
"Aku tidak tahu, terkadang aku berpikir aku mencintainya tapi juga ingin marah padanya. Tapi terkadang aku kasihan padanya, tidak ingin melihatnya bersedih." ucap Nadia merasa bingung dengan perasaannya.
"Apa yang kamu rasakan saat berciuman dengan Jonathan? dan apa yang kamu rasakan saat berciuman denganku?" tanya Jean dengan tatapan penuh.
"Aku tidak tahu, ciuman kalian begitu sangat berbeda." ucap Nadia dengan jujur.