DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

TERPAKSA PULANG



TERPAKSA PULANG

0Nadia kembali ke rumah besar dengan perasaan bahagia. Karena waktunya telah di habiskan bersama Ammer.     

Sambil membawa kotak makanan Nadia berjalan ke arah kamar Jonathan.     

Nadia sedikit terkejut saat membuka pintu kamar, di lihatnya Jonathan sedang duduk bersandar dengan wajah terlihat suram.     

"Jo? kamu sudah bangun?" tanya Nadia dengan wajah takut.     

Jonathan tidak menjawab pertanyaan Nadia selain menatap wajah Nadia dengan perasaan kesal.     

"Ayolah Jo, kenapa kamu terlihat kesal? aku berangkat tadi kamu sudah tidur lelap. Dan lagi aku pergi ke Paman Ammer karena memasak untukmu juga." ucap Nadia seraya mendekati Jonathan setelah meletakkan makanannya di atas meja.     

Setelah berdiri dekat di samping Jonathan, Nadia baru merasa ada yang aneh dalam penciumannya. Terasa ada bau yang tidak sedap di hidungnya. Nadia ingin muntah tapi di tahannya.     

Sambil menatap wajah Jonathan, Nadia mengendus ketiak dan badan Jonathan hingga pada bagian pinggang ke bawa Nadia baru berhenti.     

Wajah Nadia berubah pucat seraya menelan salivanya.     

"Jo? apa kamu...apa kamu?" tanya Nadia kembali menelan salivanya.     

Jonathan hanya menatap Nadia dengan kesal dan wajah merah padam karena malu.     

"Jo, kenapa kamu tidak menghubungiku kalau perutmu sakit?" tanya Nadia dengan wajah yang semakin pucat.     

"Bagaimana aku bisa menghubungimu kalau ponselku kamu cas di meja sana." ucap Jonathan dengan nada kesal.     

"Ya Tuhan Jo, sekarang bagaimana ini? apa harus aku yang membersihkannya?" tanya Nadia dengan tatapan tak percaya.     

"Siapa lagi kalau bukan kamu?" ucap Jonathan benar-benar kesal bercampur malu karena baru kali terpaksa pup di tempat tidur tanpa melepas celana.     

"Ya Tuhan Jo? jadi aku yang membersihkannya?" ucap Nadia sambil menekan pelipisnya.     

"Kalau tidak mau, biarkan saja tidak perlu di bersihkan biar kulitku alergi lagi." ucap Jonathan dengan perasaan marah.     

"Baiklah Jo, karena aku mencintaimu aku pasti bisa melakukan tugas besar ini." ucap Nadia seraya menaikkan kaos lengan panjangnya sampai ke siku kemudian ke mengambil air di tempat baskom besar juga tisu basah dan sabun juga plastik sampah.     

Dengan menahan nafas dan setengah mata terpejam Nadia menurunkan celana pendek sekaligus celana dalam Jonathan.     

Wajah Jonathan merah padam saat Nadia membuang celananya yang penuh dengan kotoran.     

Dan jantung Jonathan berdetak sangat kencang saat Nadia membersihkan pantat juga batang miliknya yang masih layu.     

Setelah selesai membersihkan seluruh badan Jonathan dengan sabun Nadia mengeringkan dengan handuk bersih.     

Jantung Nadia terasa tidak berdetak saat melakukan hal itu semua. Sungguh kejadian kedua yang membuatnya melihat sesuatu yang menggantung di bawah perut Jonathan.     

"Nadia? apa sudah selesai?" tanya Jonathan seraya menelan salivanya.     

Dengan gugup Nadia menganggukkan kepalanya.     

"Kalau sudah selesai, apa batang milikku kamu biarkan terbuka begitu saja?" tanya Jonathan dengan wajah memerah.     

Nadia menelan salivanya, sungguh dia tidak sadar belum mengambil celana baru untuk Jonathan.     

Tanpa menjawab ucapan Jonathan, segera Nadia mengambil pakaian bersih sambil mengusap tengkuk lehernya.     

Setelah mengambil pakaian dan celana Jonathan segera Nadia membantu Jonathan memakai pakaian dan celananya.     

"Jo." Panggil Nadia dengan wajah merah.     

"Hem." Sahut Jonathan masih dengan nada kesal.     

"Aku minta maaf, hal ini tidak akan terulang lagi." Ucap Nadia dengan wajah memelas.     

"Tentu hal ini tidak akan terjadi lagi, karena kamu sudah akan menikah dengan Jean." Ucap Jonathan dengan wajah suram.     

Nadia tidak bisa berkata apa-apa saat melihat Jonathan begitu sangat kesal padanya.     

"Drrrt...Drrrt...Drrrt"     

Ponsel Nadia berbunyi berulang-ulang dan itu semakin membuat hati Jonathan semakin kesal.     

"Kenapa tidak kamu terima saja?" Ucap Jonathan dengan perasaan tak menentu.     

Sambil menatap Jonathan, Nadia menerima panggilan dari Jean.     

"Hallo... Jean, ada apa?" Tanya Nadia berniat menjauh dari Jonathan namun tangan Jonathan menarik pakaiannya.     

Nadia menelan salivanya saat Jonathan menatapnya penuh kecemburuan.     

"Nadia, Ayah minta padamu agar bisa pulang hari ini. Ayah sudah minta izin pada Nyonya Anne dan Nyonya Anne sudah memberi izin." Ucap Jean dengan tenang.     

"Tapi Jean, kita menikah masih besok lusa kan? kenapa aku harus pulang sekarang? apa terjadi sesuatu pada Ayah?" tanya Nadia merasa tidak enak pada Jonathan yang sedang menatapnya.     

"Tidak terjadi sesuatu pada Ayah. Ayah hanya ingin kita makan bersama saja. Apa kamu bisa ke sini?" tanya Jean dengan suara yang tidak terlalu keras.     

"Tunggu sebentar ya Jean, nanti aku akan menghubungimu kembali." ucap Nadia merasa bingung harus bagaimana.     

"Jo...apa kamu mendengar apa yang Jean bilang?" tanya Nadia dengan tatapan rumit.     

Jonathan menelan salivanya.     

"Semua terserah padamu Nadia kalau menurutmu kamu harus datang ke sana, kamu bisa pulang sekarang." ucap Jonathan dengan perasaan yang sangat sakit.     

"Tapi bagaimana denganmu? kamu akan pulang bersamaku kan?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

Jonathan menatap Nadia dengan perasaan terluka.     

"Aku di sini saja Nadia, aku tidak akan kembali ke kota." ucap Jonathan setelah terdiam sesaat.     

"Tapi kamu sudah berjanji padaku, kalau aku kembali ke kota kamu akan ikut denganku. Benarkan?" ucap Nadia seraya menangkup pacar Jonathan.     

"Maafkan aku Nadia, aku tidak bisa melihatmu pergi ke sana. Aku pasti sakit Nadia." ucap Jonathan dengan jujur.     

"Sama Jo, aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Tapi kita harus menjalani semua ini. Kamu mau kan pulang bersamaku Jo? please?" ucap Nadia dengan tatapan memohon.     

Perasaan Jonathan sangat lemah untuk bisa menolak Nadia.     

"Baiklah Nadia aku ikut pulang denganmu, tapi besok aku kembali lagi ke sini." ucap Jonathan dengan suara parau.     

"Aku ikut bersamamu besok." ucap Nadia dengan tersenyum saat Jonathan memenuhi keinginannya.     

"Benarkah? kamu akan menepati janjimu kali ini kan?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh harap.     

"Aku akan menepati janjiku." ucap Nadia dengan tatapan penuh.     

"Baiklah kita pulang sekarang." ucap Jonathan dengan perasaan renang karena Nadia akan kembali bersamanya besok sebelum Nadia menikah.     

"Oke, aku akan bersiap-siap sekarang kamu tunggu saja di sini. Dan tolong hubungi Tuan Marcos untuk menjemput kita." ucap Nadia sambil mengedipkan matanya pada Jonathan.     

Jonathan hanya mengusap tengkuk lehernya melihat sikap Nadia yang sedikit nakal padanya.     

Setelah menyiapkan barangnya, Nadia dan Jonathan menunggu kedatangan Tuan Marcos yang menjemputnya.     

"Kenapa Tuan Marcos belum datang juga?" tanya Nadia pada Jonathan yang lebih banyak diam.     

"Aku tidak tahu, kita tunggu saja." ucap Jonathan sambil memutar-mutar ponselnya untuk mengusir rasa gelisahnya.     

Nadia melihat ke jam tangannya, kemudian menegakkan punggungnya saat melihat mobil Marcos memasuki halaman rumah.     

"Ayo...Jo, Tuan Marcos sudah datang." ucap Nadia pada Jonathan sambil mendorong kursi roda Jonathan ke mobil Marcos yang sudah datang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.