DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENARIK PERHATIAN



MENARIK PERHATIAN

3"Baiklah kalau begitu Nona Nadia, aku permisi." ucap Duck kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan Nadia berdiri sendirian di halaman depan rumah Danau.     

Setelah mobil Duck tidak terlihat lagi, Nadia berjalan ke arah pintu rumah Danau yang terlihat sangat sepi seperti tidak berpenghuni.     

Dengan perasaan cemas Nadia berusaha menghubungi Jonathan lagi, namun tetap sama saja ponsel Jonathan sama sekali tidak aktif.     

"Ada apa denganmu Jonathan? kenapa kamu mematikan ponselmu? apa kamu sangat marah padaku? dan kenapa kamu harus pergi ke rumah danau sendirian?" tanya Nadia seraya mendekati pintu dan mengetuk beberapa kali.     

Sampai beberapa kali mengetuk pintu, tidak ada yang membuka pintu. Terpaksa Nadia berteriak memanggil nama Jonathan.     

"Tuan Jonathan!!! Tuan Jonathan!!! buka pintunya!! ini aku Nadia! aku datang ke sini Tuan Jonathan!!" ucap Nadia sambil berteriak keras.     

"Ya Tuhan!! apa Tuan Jonathan tidak bisa mendengar suaraku yang sudah sekeras ini. Apa aku harus memanggil nama Tuan Jonathan lebih keras lagi." ucap Nadia dalam hati sambil mengintip ke dalam rumah jendela yang terbuka sedikit.     

Apa aku harus melempar batu ke jendela atas?" tanya Nadia sambil berjalan ke halaman dan mengambil beberapa batu kecil dan menatap salah satu jendela yang tirainya terbuka.     

"Tuan Jonathannnn!!" panggil Nadia sambil melempar batu ke jendela.     

"Tagg!!"     

Beberapa kali Nadia melempar batu tidak juga suara dari dalam rumah.     

"Bodoh sekali aku! bukankah Tuan Jonathan tidak mungkin ada di lantai atas, karena Tuan Jonathan tidak bisa kemana-mana selain di lantai bawah." ucap Nadia sambil berpikir keras bagaimana cara bisa masuk ke dalam rumah.     

"Aku memang bodoh! Kenapa aku tidak pergi ke rumah penjaga di sana? Aku bisa minta kunci rumah danau ini padanya." ucap Nadia dalam hati sambil menepuk keningnya.     

Dengan tergesa-gesa Nadia berjalan ke rumah penjaga yang ada di belakang danau.     

Nafas Nadia terengah-engah saat sampai di rumah penjaga.     

"Permisi Tuan." sapa Nadia saat melihat seorang pria yang berusia sekitar enam puluhan tahun sedang menanam pohon.     

Pria itu menoleh ke arah Nadia. Nadia sangat terkejut saat melihat sebagian wajah pria itu terdapat luka bakar.     

"Kamu siapa? kenapa kamu ada di sini?" tanya Pria itu sambil menutupi wajahnya yang terluka.     

"Maaf Tuan, namaku Nadia. Aku calon istri Tuan Jonathan. Dan aku tidak bisa masuk ke dalam rumah danau. Apa boleh aku pinjam kunci rumah sebentar saja?" tanya Nadia dengan perasaan sedikit takut karena pria itu menatapnya tak berkedip saat dia menyebutkan namanya.     

"Tentu, kamu bisa pinjam kunci rumah itu." ucap Pria itu sambil memberikan kunci rumah danau pada Nadia.     

"Terima kasih Tuan, saat aku kembali pulang aku akan mengembalikan kunci rumah danau pada anda." ucap Nadia sambil menerima kunci dari pria yang terlihat sedih dan menderita.     

Sambil membawa kunci pintu rumah danau Nadia melihat kembali sekilas kearah pria yang kembali fokus pada tanamannya.     

"Kasihan sekali Paman itu? siapa dia? apa dia tidak kesepian tinggal di rumah danau di dalam hutan seluas ini dan kenapa wajahnya seperti bekas luka bakar?" tanya Nadia dalam hati sambil berjalan cepat kembali ke rumah Danau.     

Sampai di depan rumah Danau, Nadia membuka pintu depan kunci yang di beri penjaga rumah Danau.     

"Ceklek"     

Perlahan Nadia membuka pintu depan dengan pelan. Kedua mata Nadia tak berkedip melihat keindahan ruangan yang ada di dalam rumah di mana.     

Di setiap dinding ruangan ada beberapa lukisan dengan gambar bunga-bunga dan juga hutan dan danau.     

"Sepertinya lukisan bunga, hutan dan danau itu banyak kesamaan dengan apa yang ada di sekeliling rumah Danau ini. Siapa yang melukisnya?" tanya Nadia dalam hati.     

Sambil berjalan pelan dan melihat ke sekeliling ruangan, Nadia tetap fokus mencari keberadaan Jonathan.     

"Tuan Jonathan? anda di mana?" panggil Nadia semakin ke dalam ruangan yang berbeda.     

"Rumah Danau ini sangat besar sekali. Di mana aku harus mencari Tuan Jonathan? dia sama sekali tidak menjawab panggilanku. Sepertinya Tuan Jonathan sangat marah besar." ucap Nadia dalam hati masih berjalan ke sekeliling ruangan yang ada di dalam rumah danau.     

Setelah berkeliling ke ruangan yang berbeda-beda, Nadia merasa lelah karena tidak bisa menemukan dimana Jonathan berada.     

"Di mana kamu Tuan Jonathan? di dalam ruangan sini anda tidak ada? apa Anda ada di lantai atas? tapi bagaimana caranya anda kesana?" tanya Nadia sambil mengusap tengkuk lehernya yang merasa capek.     

Dengan badan dan pikiran yang lelah, Nadia membuka pelan pintu samping yang menghadap ke arah danau.     

"Ceklek"     

"Tuan Jonathan!" panggil Nadia dalam hati saat melihat Jonathan duduk di kursi rodanya menghadap ke arah danau sedang melukis bunga mawar uang ada di pinggir danau.     

"Ya Tuhan! ternyata Tuan Jonathan ada di samping rumah. Kalau tahu dari awal aku bisa langsung ke sini tanpa membuka pintu rumah dengan kunci!" ucap Nadia sambil mengusap keningnya merasa telah di permainkan Jonathan.     

Sambil menahan kesabaran karena semua juga karena kesalahannya, Nadia mendekati Jonathan yang fokus melukis.     

"Tuan Jonathan." panggil Nadia berdiri di samping Jonathan. Nadia menelan salivanya,. Jonathan tidak menjawab panggilannya bahkan menolehpun tidak.     

Nadia merasa Jonathan menganggap tidak ada orang di sekelilingnya.     

"Tuan Jonathan!" panggil Nadia lagi, kali ini Nadia berdiri di depan Jonathan menutupi bunga mawar yang sedang di lukis Jonathan.     

Kedua alis Nadia terangkat dengan perasaan gemas, karena Jonathan tidak terpengaruh dengan kehadirannya yang berdiri tepat di hadapannya.     

"Aku harus berbuat apa sekarang? Tuan Jonathan benar-benar marah padaku." ucap Nadia dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya. Otak Nadia berpikir keras bagaimana caranya agar Jonathan mau menatapnya.     

"Cccckkk!! kenapa aku tidak berpikir mencari kelemahan Tuan Jonathan dari tadi?" ucap Nadia kemudian melihat ke atas dinding rumah di mana biasanya ada cicak.     

"Pagi begini apa ada cicak di dinding ya?" tanya Nadia tidak putus ada berjalan keliling rumah untuk mencari cicak. Langkah kaki Nadia berhenti saat melihat tokek berwarna coklat.     

"Sudahlah tidak apa-apa, tidak ada cicak tokek juga bisa untuk menakuti Tuan Jonathan." ucap Nadia memberanikan diri menangkap tokek yang ukurannya tidak terlalu besar.     

Setelah cukup lama bersusah-payah, akhirnya Nadia bisa menangkap tokek itu dan membawanya ke tempat Jonathan yang masih fokus dengan lukisannya.     

"Tuan Jonathan!!! awas!!! ada cicak hutan!!!" teriak Nadia seraya melempar tokek ke arah Jonathan.     

"Aaakkhhhh!!! Cicakkkk!! Nadia!! Nadia!!! cepat ambillll!" teriak Jonathan dengan wajah ketakutan saat melihat tokek itu ada di pangkuannya.     

"Tenang! Tenanglah Tuan Jonathan! aku akan mengambilnya! tutup mata Tuan!!" ucap Nadia sambil mendekati wajah Jonathan yang terlihat pucat.     

Segera Jonathan menutup matanya sambil mencengkram pinggiran kursi rodanya.     

Dengan hati-hati Nadia mengambil tokek yang ada di paha Jonathan dan melemparnya jauh-jauh.     

Nadia tersenyum melihat wajah tampan Jonathan yang pucat dengan matanya yang terpejam. Tanpa bersuara Nadia mendekatkan bibirnya pada bibir Jonathan.     

"Cicak itu sudah pergi calon suamiku." ucap Nadia dengan suara lirih kemudian mencium lembut bibir bawah Jonathan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.