DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

HUJAN DERAS



HUJAN DERAS

2Setelah makan siang selesai, Jonathan duduk termenung sambil menatap ke arah sungai seolah-olah hatinya tergerak untuk bisa berjalan ke sungai dan bersenang-senang di sana.     

"Kamu melihat apa Jo? kenapa kamu menatap ke arah sungai? Apa kamu ingin ke sana?" tanya Nadia setelah membersihkan peralatan makannya.     

"Apa pekerjaanmu sudah selesai? kalau kamu tidak ada pekerjaan lagi, apa bisa kamu mengantar aku ke sana? aku ingin duduk di dekat sungai itu." ucap Jonathan dengan suara pelan.     

Untuk sesaat Nadia terdiam kemudian masuk ke dalam tenda dan mengambil ayunan kain yang bisa di ikatkan ke pohon.     

"Apa yang kamu bawa itu Nad?" karena Jonathan sambil melihat tangan Nadia yang membawa lipatan kain yang cukup tebal.     

"Ini ayunan kain yang bisa dibentangkan dan ikat pada dua pohon. Kamu bisa tiduran di ayunan kain ini." ucap Nadia sengaja mengambilnya dari taman belakang rumah danau.     

Jonathan tidak berkomentar tapi dari raut wajahnya sudah sangat senang dengan perhatian Nadia padanya.     

"Apa kita kesana sekarang? atau tetap di sini sampai nanti sore?" ucap Nadia menggoda Jonathan yang terlihat serius.     

Jonathan hanya tersenyum tipis dan membiarkan Nadia mendorong kursi rodanya ke arah sungai yang tidak jauh dari tenda.     

Dengan pikiran masing-masing, Nadia sampai di sungai dan mendekatkan kursi roda Jonathan dekat dengan sungai.     

"Sebentar Jo, aku akan pasang yang ayunannya dulu." ucap Nadia kemudian mengambil kain ayunan dan diikatkan ke salah satu pohon besar dan ke pohon satunya.     

Jonathan hanya melihat Nadia dengan tatapan tak berkedip dan perasaan yang berbunga-bunga.     

"Jo, kemarilah! ayunannya sudah siap. Kamu bisa berbaring di sini sambil melihat sungai." ucap Nadia dengan tersenyum di tempatnya.     

Dengan hati-hati Jonathan menggerakkan kursi rodanya ke arah Nadia.     

"Apa kamu yakin kalau aku berbaring di sini aku tidak akan jatuh? Bagaimana kalau aku terjatuh? apa kamu siap menolongku?" tanya Jonathan sambil menyentuh ayunan yang terbuat dari kain terpal.     

"Kamu tidak akan jatuh jauh ayunan ini cukup lebar dan panjang kamu bisa berbaring santai ucap Nadia kemudian dibantu Jonathan untuk tiduran di atasnya.     

"Bagaimana Jo? apa kamu merasa nyaman?" tanya Nadia berdiri di samping Jonathan yang sudah berbaring santai.     

"Lumayan juga, punggungku ku tidak terlalu capek setelah berbaring seperti ini." ucap Jonathan sambil menghirup udara sangat dalam.     

"Tunggu sebentar Jo, aku ada bacaan untukmu. Jadi selain punggungmu tidak merasa capek, pikiranmu juga akan santai." ucap Nadia kemudian meninggalkan Jonathan dan berlari ke arah tenda untuk mengambil buku untuk Jonathan.     

Sambil menunggu Nadia kembali, Jonathan menikmati suasana hutan yang begitu nyaman. Dengan memejamkan matanya Jonathan merasakan hembusan angin hutan yang menerpa kulit tubuhnya.     

"Jonathan." panggil Nadia yang sudah kembali dari tenda.     

Jonathan membuka matanya dan melihat Nadia dengan tatapan kesal karena sudah mengejutkannya.     

"Apa kamu tidak tahu kalau aku sedang tidur? Kenapa masih tetap memanggil namaku?" tanya Jonathan berusaha untuk tidur kembali dengan memejamkan matanya.     

"Kenapa kamu tidur Jo? cepat bangun! kamu harus menikmati suasana saat ini. Dan ini, aku punya buku bagus. Kamu bisa membacanya." ucap Nadia sambil memberikan bukunya pada Jonathan.     

Kening Jonathan berkerut saat menerima buku dari Nadia.     

"Apa ini? ini bukan buku Nadia? ini novel! kenapa aku harus membaca novel? apalagi ini novel romantis? aku bukan seorang wanita Nadia." ucap Jonathan seraya mengembalikannya pada Nadia.     

"Kamu belum membacanya Jonathan? baca dulu, pasti kamu suka. Ayolah, kamu pasti akan menyukainya." ucap Nadia membujuk Jonathan agar mau membaca novel yang sudah di bacanya.     

"Kamu sudah membacanya belum?" tanya Jonathan sambil memicingkan matanya menatap Nadia yang sedang merajuk.     

Dengan cepat Nadia menganggukkan kepalanya.     

"Apa benar-benar bagus ceritanya?" tanya Jonathan lagi.     

Sekali lagi Nadia menganggukkan kepalanya berharap Jonathan mau membacanya.     

"Baiklah, karena kamu sudah membacanya dan ceritanya sangat bagus. Sekarang, ceritakan padaku aku akan mendengarkannya sambil tiduran." ucap Jonathan sambil memejamkan matanya kembali.     

"Kok begitu? kenapa kamu tidak membacanya sendiri? aku tidak mau! buat apa aku menceritakannya, kalau kamu bisa membacanya." ucap Nadia merasa di kerjai Jonathan.     

"Aku sudah mengatakan padamu Nadia, saat ini aku ingin tidur istirahat. Aku ingin menikmati tidur di sini. Bisakah kamu kembali ke tenda." ucap Jonathan menatap Nadia dengan tatapan memohon.     

"Baiklah, kalau kamu tidak mau membacanya. Sebaiknya aku pergi saja. Selamat tidur Tuan pemalas." ucap Nadia dengan kesal kembali ke tendanya tanpa menghiraukan Jonathan yang sendirian di ayunan.     

Di dalam tenda yang terbuka, Nadia hanya bisa duduk tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Sambil melihat Jonathan dari jauh, terpaksa Nadia berbaring juga di dalam tenda.     

Karena hembusan angin sangat kencang juga juga suasana langit yang sedikit mendung, membuat Nadia merasa mengantuk juga.     

Tanpa terasa Nadia tertidur di dalam tenda dengan pintu yang terbuka.     

Cukup lama Nadia tertidur hingga tiba-tiba terbangun saat merasakan ada air yang sedikit membasahi wajah dan tubuhnya.     

"Ya Tuhan! Kenapa tiba-tiba hujan?" ucap Nadia seketika bangun dari tidurnya.     

Tiba-tiba Nadia teringat pada Jonathan yang yang masih tiduran di ayunan.     

"Ya Tuhan!! Tuan Jonathan!! dia masih ada di sana?!" ucap Nadia dalam hati kemudian keluar dari tenda dan berlari cepat ke arah Jonathan.     

"Tuan Jonathan!! Tuan Jonathan!!" panggil Nadia dengan suara keras menghampiri Jonathan yang masih berada di ayunan.     

Nadia menatap Jonathan yang terlihat masih terbaring di ayunan dengan keadaan yang sudah basah kuyup.     

"Tuan Jonathan! Kenapa anda tidak berteriak memanggilku, kalau tahu hujan turun?!" Ucap Nadia dengan tubuh yang sudah basah berusaha membantu Jonathan kembali duduk di kursi rodanya.     

"Bagaimana kamu bisa mendengarkan aku kalau hujan begitu deras! aku sudah memanggilmu beberapa kali, tapi kamu tidak mendengarkan panggilanku. Apa saja yang kamu lakukan di dalam tenda?" tanya Jonathan tidak mau kalah.     

Tanpa bisa membalas ucapan Jonathan lagi Nadia mendorong kursi roda Jonathan di tengah hujan yang begitu deras untuk kembali ke dalam tenda.     

"Maafkan aku Jo, aku tidak bisa mendengar panggilanmu karena aku ketiduran di dalam tenda." ucap Nadia membawa masuk Jonathan ke dalam tenda.     

"Kenapa tiba-tiba hujan datang dan begitu deras? padahal tadi hanya mendung saja." ucap Nadia sambil menutup pintu tenda agar tidak terkena terpaan air hujan dari luar.     

"Sekarang bagaimana? apa kita akan tetap di sini? sekarang sudah sore dan lagi lihat tikar kita, sudah basah terkena air hujan. Kita akan tidur di mana?" tanya Jonathan merasa kedinginan terkena air hujan.     

"Aku tidak tahu, kalau kita kembali tidak mungkin juga hujan masih deras. Dan kalau kita tidak kembali, apa kita bisa tidur dengan tikar yang basah seperti ini?" ucap Nadia dengan tatapan bingung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.