DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

APA INI PERASAANKU



APA INI PERASAANKU

3"Tapi bagaimana kalau Tuan Jonathan tidak bisa menerima semua ini? apa yang harus aku lakukan?" tanya Nadia tiba-tiba ada perasaan sedih dalam hatinya.     

"Beri pengertian saja pada Jonathan pasti dia akan mengerti. Aku tahu hati Jonathan sangat lembut walau terlihat keras." ucap Anne menenangkan hati Nadia.     

"Baiklah Momy, saat aku pulang aku akan bicara dengan Tuan Jonathan. Tapi hari ini, aku minta izin untuk tinggal di sini. Karena Nyonya Valerie ingin mengajakku mempersiapkan pernikahanku dengan Jean." ucap Nadia dengan perasaan sedih.     

"Momy tidak keberatan Nadia, Tapi sebaiknya kamu bilang pada Jonathan kalau kamu tidak pulang malam ini." ucap Anne sedikit cemas dengan reaksi Jonathan kalau mengetahui Nadia akan menikah dengan Jean.     

"Oke Momy, terima kasih. Momy telah menenangkan hatiku." ucap Nadia menutup panggilannya. Hatinya masih tidak percaya dengan apa yang didengarkan saat Anne bicara dengan Marcos dan sikap Anne saat bersikap padanya, begitu lembut dan sangat menyayanginya.     

"Aku tidak percaya ini, aku jadi merasa ragu dengan apa yang aku lakukan. Apakah benar yang di ucapkan Jean kalau Tuan Darren tidak mungkin melakukan hal itu. Tapi bagaimana dengan kenyataan saat Ibuku menderita karena berpisah dengan Ayah? aku tidak akan bisa melupakan hal itu." ucap Nadia dalam hati dengan perasaan sedih.     

"Nadia...apa yang sedang kamu lakukan? Kenapa kamu dulu di sini? Ayo kita berangkat. Jean sudah menunggu di depan. Malam ini Ibu akan mengajakmu ke teman Ibu untuk memesan pakaian pengantin untukmu." ucap Valerie terlihat sangat tenang menunggu Nadia bangun dari duduknya.     

"Baiklah Bu." ucap Nadia menurut saja apa yang di katakan Valerie.     

Karena tidak ada kesempatan untuk menghubungi Jonathan, Nadia hanya mengirim pesan kepada Jonathan kalau tidak bisa pulang.     

Tiba di rumah teman Valerie, Nadia membuka ponselnya ingin tahu jawaban Jonathan. Tapi tidak ada ada jawaban sama sekali walau terlihat jelas pesannya sudah terbaca.     

"Kenapa Tuan Jonathan tidak membalas pesanku? apa dia marah karena aku tidak pulang malam ini?" tanya Nadia dalam hati dengan perasaan tak menentu.     

"Nadia, kenapa kamu diam saja? cepat masuklah dengan Jean. Sofia akan mengukur badan kalian." ucap Valerie dengan tatapan penuh.     

Nadia menganggukkan kepalanya, kemudian mengikuti Jean yang berjalan di sampingnya.     

"Ada apa denganmu Nadia?dari tadi aku lihat kamu diam saja? dan sering banyak melamun. Apa ada yang kamu pikirkan?" tanya Jean setelah berada di ruang khusus dengan Nadia.     

"Bagaimana aku tidak memikirkan sesuatu? saat aku berangkat ke sini aku sudah berjanji pada Tuan Jonathan kalau aku pulang cepat. Dan sekarang, sepertinya dia marah padaku. Pesanku tidak di balas sampai sekarang." ucap Nadia dengan wajah suram.     

Jean tersenyum melihat wajah Nadia yang suram karena merasa kecewa pesannya tidak di balas Jonathan.     

"Ada apa Jean? kenapa kamu tersenyum?Apa kamu senang kalau Tuan Jonathan marah padaku? Sekarang pasti Tuan Jonathan marah besar karena aku tidak bisa pulang. Belum lagi mendengar kalau kita akan menikah. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi." ucap Nadia sambil menekan pelipisnya.     

"Kenapa hal itu membuatmu gelisah Nadia? Bukankah harusnya kamu senang kalau Jonathan marah atau tersakiti? Bukankah kamu menginginkan hal itu? untuk membalas dendam rasa sakit hatimu pada keluarga mereka?" ucap Jean dengan suara pelan.     

"Sudahlah Jean, kamu tidak mengerti apa yang aku pikirkan. Kamu juga tidak akan mengerti apa yang aku rasakan." ucap Nadia tidak bisa membantah apa yang diucapkan Jean.     

"Dengarkan aku Nadia, kamu masih ada waktu untuk membatalkan pernikahan ini. Aku akan membantumu bicara dengan Ayah dan Ibu. Aku tidak mau kamu nanti menyesal setelah meninggalkan Jonathan." ucap Jean dengan sungguh-sungguh.     

"Bagaimana kalau nanti terjadi sesuatu pada Ayah kamu? apa kamu yakin tidak akan terjadi sesuatu pada Ayah?" tanya Nadia menatap penuh wajah Jean.     

Mendengar ucapan Nadia hati Jean merasa terharu kemudian memeluk bahu Nadia dengan penuh rasa sayang.     

"Terima kasih Nadia, kamu begitu perhatian sama Ayah dan begitu menyayanginya." ucap Jean sambil mengusap rambut Nadia.     

"Sama-sama Jean. Aku melakukan hal ini karena Ayah dan ibumu sudah seperti Ayah Ibuku sendiri. Aku tidak ingin kita kehilangan Ayah." ucap Nadia dengan jujur.     

"Aku percaya padamu Nadia." ucap Jean berharap Nadia menemukan kebahagiaan dan melupakan balas dendamnya pada keluarga Darren.     

Setelah selesai dengan urusan persiapan pakaian pengantin, Valerie mengajak Nadia ke toko emas untuk memesan cincin pernikahan.     

Nadia hanya bisa diam dan menurut apa yang telah di siapkan Valerie untuk pernikahannya.     

"Bagaimana Nadia apa sekarang kamu sudah merasa lega, setelah semua persiapan pernikahan kamu selesai? Sekarang kamu bisa tenang bekerja di tempat Nyonya Anne tanpa memikirkan apapun lagi. Seminggu lagi kamu akan menikah dengan Jean." ucap Valerie dengan tersenyum.     

"Ya Bu." ucap Nadia tidak terlalu banyak bicara karena pikirannya hanya tertuju pada Jonathan.     

"Ada apa Nadia? kamu terlihat tidak bahagia? apa ada sesuatu yang kamu pikirkan sayang?" tanya Valerie dengan kening berkerut.     

"Tidak ada apa-apa Bu, aku hanya ingin sampai di rumah dan beristirahat. Aku sangat lelah." ucap Nadia dengan rasa putus asa karena tidak bisa menghubungi Jonathan selain sampai di rumah.     

"Sebentar lagi kita sampai di rumah, kamu bisa istirahat dengan tenang. Dan kamu jangan memikirkan apapun. Semua akan baik-baik saja." ucap Valerie sambil mengusap wajah Nadia.     

Nadia menganggukkan kepalanya kemudian mengalihkan pandangannya ke arah jalanan, membayangkan wajah Jonathan.     

Sampai di rumah Nadia keluar dari mobil dan masuk ke kamar yang telah diberitahu Jean.     

"Nadia!" panggil Jean yang berjalan di belakangnya.     

"Ada apa?" ucap Nadia menghentikan langkahnya.     

"Masih ada waktu, kamu pikirkan baik-baik akan meneruskan pernikahan kita? atau hidup bersama dengan Jonathan." ucap Jean dengan tersenyum kemudian meninggalkan Nadia yang berdiri terpaku di tempatnya.     

"Sangat aneh! kenapa Jean seolah-olah memaksaku untuk membatalkan pernikahan ini? apa Jean tidak berpikir kalau aku membatalkan pernikahan ini nyawa Ayah pasti akan dalam bahaya." ucap Nadia dengan hati kesal masuk ke dalam kamar.     

Sampai di dalam kamar Nadia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi Jonathan.     

Namun berkali-kali Nadia menghubungi Jonathan sama sekali tidak ada jawaban. Bahkan pada akhirnya Nadia tidak bisa menghubunginya lagi karena ponsel Jonathan sudah tidak aktif.     

"Tuan Jonathan pasti marah sekali padaku sampai tidak mau menerima panggilanku. Bahkan mematikan ponselnya, sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Nadia dalam hati dengan perasaan tak menentu.     

Dengan perasaan tak menentu Nadia berbaring di tempat tidur dan menatap langit kamarnya.     

"Apa yang terjadi padaku? kenapa aku harus memikirkan perasaan Tuan Jonathan? Bukankah aku harus bahagia melihat Tuan Jonathan menderita?" tanya Nadia dalam hati merasa ada sesuatu yang sakit dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.