BERKEMAH
BERKEMAH
"Baiklah Jo, kita akan berkemah di sini saja." ucap Nadia kemudian menurunkan tas ranselnya dan mengeluarkan tenda lipat dari tas ranselnya.
"Aku membantumu apa Nadia?" tanya Jonathan hanya duduk di kursi rodanya tanpa bisa berbuat apa-apa.
"Bantu aku pegang besi ini Jo." ucap Nadia memasang tenda yang tinggal bongkar pasang saja.
Dengan semangat Jonathan memegangi besi sebagai tiang tenda. Karena tenda cukup besar Nadia menarik tenda dengan sangat kuat hingga besi tiang yang di pegang Jonathan roboh menutupi Jonathan.
Segera Nadia berusaha masuk ke dalam tenda untuk membantu mendirikan tiang besi yang roboh.
Jonathan melihat Nadia mendekatinya.
"Apa yang kamu lakukan Nadia? kamu terlalu kuat menarik tendanya. Lihat sekarang aku terjebak dalam tenda sialan ini." ucap Jonathan dengan wajah kesal berusaha menyingkirkan tenda yang menutupinya.
Nadia tertawa melihat wajah Jonathan yang terlihat kesal sambil berusaha menyingkirkan tenda yang menutupi kepalanya.
"Kenapa kamu malah tertawa Nadia? aku kesal padamu." ucap Jonathan semakin kesal karena sudah lapar dan haus.
Nadia mendekati Jonathan sambil mengangkat tenda yang ada di kepalanya. Sedikit susah payah akhirnya Nadia sangat dekat dengan Jonathan berusaha mengangkat tenda yang mengenai Jonathan.
Karena kurang berhati-hati karena Nadia tersandung dan terjatuh dalam pangkuan Jonathan.
Dengan cepat Jonathan menangkap tubuh Nadia dan memeluknya. Segera Nadia memeluk leher Jonathan dengan erat.
Jonathan dan Nadia saling menatap tanpa berkedip ada sesuatu yang merasa rasakan, suatu hasrat yang sangat tinggi. Hasrat yang tidak bisa mereka bendung lagi.
Tanpa sadar mereka sudah saling berpelukan dengan bibir mereka yang sudah bertaut. Nafas Nadia menjadi memburu saat Jonathan mencium dan melumat bibirnya dengan sangat intens.
Setelah cukup lama mereka saling memeluk dan berciuman Nadia melepas ciuman Jonathan yang tidak memberi kesempatan padanya untuk bisa bernapas.
Masih dengan nafas yang memburu Nadia menatap wajah Jonathan dengan tersenyum.
"Bagaimana Jo? apa kamu sudah tidak kesal lagi?" tanya Nadia dengan wajah sedikit memerah.
"Kenapa? apa dengan yang baru kita lakukan kesalku akan hilang? aku masih kesal Nadia." ucap Jonathan sambil menarik tangan Nadia agar segera berdiri dari pangkuannya.
Nadia hanya tersenyum melihat Jonathan yang masih kesal dengan apa yang terjadi pada dirinya.
"Sudah Jo, jangan marah-marah lagi. Sekarang kamu tetap di sini saja, dan pegang besinya dengan kuat biar. Aku akan menariknya lagi." ucap Nadia kemudian keluar dari tenda untuk menariknya kembali agar bisa berdiri lagi.
Dengan perasaan kesal tapi senang Jonathan kembali memegang besi tiang dengan kuat, dan Nadia menarik tendanya dengan hati-hati agar terikat pada kayu yang menancap di tanah.
Setelah tenda berdiri tegak Nadia masuk ke dalam tenda dan melihat Jonathan yang sedang mengusap keringat di keningnya.
"Kamu terlihat tampan dengan keringat mengalir seperti itu Jo." ucap Nadia menggoda Jonathan.
Jonathan tidak menghiraukan ucapan Nadia, masih mengusap keringatnya sambil melihat Nadia yang mengeluarkan saputangan dari kantong celananya.
"Sini, biar aku mengusap keringatmu." ucap Nadia sambil mengusap keringat di kening Jonathan.
Jonathan hanya diam saja tapi tidak menolak dengan apa yang dilakukan Nadia padanya.
"Kita beristirahat sebentar, setelah itu aku akan memasak untuk makan siang kita." ucap Nadia sambil menggelar tikar di dalam tenda kemudian duduk di samping kursi roda Jonathan.
"Apa kamu tidak ingin duduk di bawah Jo? kalau kamu mau aku akan membantumu." ucap Nadia sambil menatap wajah Jonathan.
Jonathan menggelengkan kepalanya kemudian berusaha mendorong kursi rodanya keluar dari tenda.
"Kenapa lagi dengan dia? sebentar hatinya baik sebentar marah." ucap Nadia dalam hati kemudian keluar mengikuti Jonathan yang mendorong kursi rodanya ke arah sungai.
"Kenapa Jonathan pergi kesana? jalan di sana sedikit turun?" Ucap Nadia dalam hati dengan perasaan cemas.
Dan benar saja Nadia melihat kursi roda Jonathan meluncur cukup kencang ke arah sungai, tanpa berpikir lagi Nadia berlari kencang agar bisa menghentikan kursi roda Jonathan.
Tepat di pinggiran sungai Nadia baru bisa menangkap kursi roda Jonathan dan menghentikannya sampai Nadia terjatuh sambil menahan roda kursi roda Jonathan.
"Nadia!! Nadia!! kamu tidak apa-apa?" tanya Jonathan berteriak keras sambil mengulurkan tangannya pada Nadia.
Sambil meringis Nadia menerima uluran tangan Jonathan kemudian bangun dari tempatnya dengan lututnya yang sedikit lecet.
"Kamu tidak apa-apa Nadia?" tanya Jonathan dengan tatapan cemas sambil melihat ke arah celana Nadia yang sedikit robek di bagian lututnya.
"Aku tidak apa-apa, kamu juga tidak apa-apa kan?" tanya Nadia seraya menangkup wajah Jonathan.
Tanpa menjawab pertanyaan Nadia, Jonathan menarik punggung Nadia kemudian memeluknya dengan sangat erat.
"Kamu selalu melakukan apapun untukku, dan selalu menjagaku dengan sangat baik. Aku juga sangat peduli padamu dan mencintaimu. Tapi kenapa takdir tidak bisa menyatukan kita?" ucap Jonathan dengan perasaan sedih menenggelamkan kepalanya ke dalam ceruk leher Nadia.
"Kamu harus kuat Jo, seperti halnya aku." ucap Nadia mengusap punggung Jonathan dengan perasaan tak menentu.
Perasaan sayang pada Jonathan terkadang mengalahkan perasaan dendamnya pada orang tua Jonathan.
"Bagaimana aku bisa kuat menahan perasaanku kalau kamu selalu perhatian padaku?" ucap Jonathan dengan tatapan sangat dalam.
"Apa menurutmu, aku juga kuat dengan perhatianmu padaku? aku juga tidak bisa menahannya Jo." ucap Nadia merasa dadanya semakin sesak.
"Seandainya semua ini tidak terjadi Nad, aku merasa bahagia. Mungkin aku akan berpikir ulang untuk untuk kematianku." ucap Jonathan tanpa sadar telah mengungkapkan tentang rencana kematiannya.
"Apa maksudmu dengan berpikir ulang tentang kematianmu? apa artinya?" tanya Nadia menangkup wajah Jonathan dengan tatapan serius.
"Apa? aku tidak mengatakan apa-apa! Sudahlah, jangan dibahas tentang hal ini lagi. Bukankah kita ke sini untuk bersenang-senang? Ayo, cepat kamu masak. Aku sudah lapar sekali." ucap Jonathan melepas pelukannya kemudian berusaha mendorong kursi rodanya kembali ke tenda.
Dengan kening berkerut Nadia mengikuti Jonathan dari belakang kembali ke tenda. Apa yang dikatakan Jonathan, tersimpan dalam benak Nadia dan membuat Nadia ingin tahu apa maksud dibalik kata-kata Jonathan.
Masih dengan hati bertanya-tanya, Nadia menyiapkan makanan Jonathan yang sudah disiapkan dari rumah.
"Apa kamu tidak memasak di sini Nadia?" tanya Jonathan sambil menunggu Nadia menyiapkan makanannya.
"Kita tidak menginap di sini Jo, jadi aku tidak berpikir untuk membawa alat masak. Aku hanya membawa makanan kaleng dan masakan dari rumah." ucap Nadia sambil memberikan sepiring nasi dengan ayam goreng crispy pada Jonathan.
Jonathan menatap makanannya kemudian menatap Nadia dengan tatapan penuh.
"Apa kamu tidak menyuapiku Nad?" ucap Jonathan yang sudah tergantung sepenuhnya pada Nadia.