TERSESAT
TERSESAT
"Dasar Tuan berotak mesum!" ucap Nadia seraya mencium lembut bibir bawah Jonathan.
Seketika Jonathan membuka kedua matanya saat merasakan bibirnya tersentuh dengan kelembutan bibirnya Nadia.
Sebuah senyuman tampak di bibir Jonathan.
"Ternyata yang berotak mesum itu kamu Nadia. Aku tidak memintamu untuk mencium bibirku, kenapa kamu melakukannya di situ? kenapa tidak di pipi?" ucap Jonathan dengan senyuman nakal.
Wajah Nadia memerah mendengar ucapan Jonathan.
"Tapi bukankah kamu meminta ciuman?" ucap Nadia dengan perasaan kesal.
"Itu memang benar, aku memang minta ciuman darimu. Tapi aku tidak memintamu untuk mencium bibirku kan? kenapa kamu mencium bibirku? apa alasannya?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.
"Aku...aku...aaahh!!! aku tidak tahu! sebaiknya aku pergi saja." ucap Nadia dengan perasaan kesal dan malu.
"Nadia!!! mau kemana?! Bukankah kamu mau mengajakku untuk bersenang-senang hari ini! Nadia!! tunggu!!" panggil Jonathan dengan suara keras saat Nadia beranjak pergi.
Jonathan tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa menghentikan Nadia, karena dia sendiri tidak bisa kemana-mana selain di tempat tidur.
Cukup lama Jonathan berada di dalam kamar sendirian tanpa Nadia. Beberapa kali Jonathan menghubungi Nadia tapi Nadia tidak menerima panggilannya.
"Apa Nadia benar-benar marah padaku hanya karena hal itu? aku hanya bercanda saja dan ingin tahu kenapa dia mencium bibirku bukan di pipiku? Apa aku salah bertanya seperti itu?" tanya Jonathan dalam hati dengan tatapan gelisah kearah pintu, berharap Nadia datang dan membuka pintu kamarnya.
"Sepertinya Nadia benar-benar marah padaku. Sampai sekarang dia belum datang juga." ucap Jonathan dalam hati dengan perasaan semakin gelisah merasa takut Nadia benar-benar telah meninggalkannya.
"Ceklek"
Pintu kamar terbuka dan hati Jonathan merasa lega melihat Nadia yang membuka pintu itu.
Kening Jonathan berkerut saat melihat penampilan Nadia yang tidak biasanya, apalagi dengan membawa sebuah ransel di punggungnya.
"Nadia kamu mau ke mana? dan kenapa membawa ransel? apa kamu akan pergi meninggalkan aku sendiri disini?" tanya Jonathan dengan tatapan panik.
"Benar! aku akan meninggalkanmu, biar kamu sendirian di sini. Aku mau pulang." ucap Nadia menggoda Jonathan yang sudah membuatnya malu.
"Apa kamu benar-benar akan meninggalkan aku Nadia?" tanya Jonathan dengan suara pelan dan wajah yang terlihat sedih.
"Kenapa kalau aku pulang? apa kamu akan kesepian dan merasa sedih?" tanya Nadia mendekati Jonathan dengan menahan senyum.
"Apa kamu pulang karena marah padaku karena hal itu tadi Nadia? aku hanya bercanda saja. Tolong maafkan aku, aku tidak akan bertanya hal itu lagi padamu." ucap Jonathan dengan tatapan sedih.
Nadia tidak bisa menahan tawanya melihat wajah Jonathan yang terlihat sangat sedih, hingga Nadia tertawa sambil menutup mulutnya.
"Kamu! kamu merasa takut dan sedih ya Jo? kalau aku pulang sungguhan?" tanya Nadia masih dengan tertawa.
Melihat Nadia tertawa Jonathan baru sadar kalau Nadia telah ngerjainnya.
"Jadi kamu mengerjai aku lagi Nadia? kamu selalu saja begitu, teruskan saja jangan berhenti mengerjaiku." ucap Jonathan dengan wajah suram.
"Karena aku kesal padamu Jo, kamu telah membuat aku malu tadi. Kenapa kamu harus bertanya seperti itu?" ucap Nadia dengan bibir cemberut.
"Kenapa kamu kesal padaku? Apa aku salah bertanya padamu kenapa kamu mencium bibirku?" tanya Jonathan masih bersikeras ingin tahu alasannya Nadia.
Nadia menatap Jonathan dengan tatapan kesal.
"Sekali lagi kamu bertanya seperti itu aku akan pulang Jo sungguhan Jo." ucap Nadia mengancam Jonathan yang telah membuatnya malu lagi.
"Apa aku telah membuatmu malu dengan pertanyaanku itu Nad? apa aku salah ingin tahu isi hatimu padaku tentang ciuman itu?" tanya Jonathan meraih tangan Nadia dan menggenggamnya dengan erat.
Perasaan Nadia jadi tak menentu dengan ucapan Jonathan.
"Kamu tidak perlu bertanya tentang alasan kenapa aku mencium bibirmu Jo, karena kamu sudah tahu bagaimana perasaanku padamu. Apa masih belum cukup perhatian dan rasa sayangku padamu hingga kamu bertanya seperti itu?" ucap Nadia dengan suara lirih.
"Maafkan aku Nad." ucap Jonathan mengusap punggung tangan Nadia kemudian mengecupnya dengan penuh perasaan.
"Tidak apa-apa Jo, kenapa kamu harus minta maaf? sekarang yang terpenting, kita sudah sama-sama tahu perasaan kita. Jadi, tidak ada yang perlu dipertanyakan lagi tentang perasaan kita." ucap Nadia dengan tatapan penuh.
Jonathan menganggukkan kepalanya sambil mengecup punggung tangan Nadia berulang-ulang mengungkapkan perasaan cintanya tanpa ada kata-kata.
Nadia tersenyum biarkan Jonathan melepas semua kerinduannya.
"Sudah selesai apa belum Jo? Kalau sudah selesai, kita harus berangkat sekarang untuk bersenang-senang." ucap Nadia dengan tersenyum bangun dari duduknya.
"Kita akan bersenang-senang kemana Nadia?" tanya Jonathan menegakkan punggungnya sambil melihat Nadia yang sedang mengambil beberapa pakaiannya dan di masukkan ke dalam ransel.
"Kita akan pergi ke hutan dan berkemah di sana. Apa kamu mau Jo?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.
"Kemanapun kamu membawaku pergi aku ikut denganmu Nad." ucap Jonathan dengan tersenyum.
"Oke, kita berangkat sekarang. Kamu harus pakai jaket." ucap Nadia seraya membantu Jonathan memakai jaket.
Setelah membantu mengenakan jaket Jonathan, Nadia mendekatkan kursi roda di samping Jonathan agar mudah membantu Jonathan untuk duduk di kursi rodanya.
"Bagaimana Jo? Apa kamu sudah siap untuk berangkat?" tanya Nadia sambil menaikkan resleting jaket Jonathan.
Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pandangan tak lepas dari wajah Nadia yang terlihat cantik.
Dengan membawa ransel di punggungnya dan tas ransel kecil di yang ada di belakang kursi roda Jonathan, Nadia mendorong kursi roda Jonathan keluar keluar rumah untuk pergi ke hutan di sebelah Utara danau.
Sambil bercanda dan tertawa Jonathan dan Nadia menyusuri jalan setapak ke hutan di sebelah Utara danau.
"Apa kamu lelah Jo?" tanya Nadia setelah cukup jauh dari rumah danau.
"Tidak Nad, aku merasa punya tenaga berlipat-lipat karena pergi bersamamu." ucap Jonathan dengan nada bercanda.
Nadia tersenyum kemudian melanjutkan perjalanannya dengan mendorong kursi roda Jonathan terus menuju ke arah utara.
"Nadia? Apa kamu tidak salah kita pergi ke hutan mana? di sini hanya banyak sungai. Apa kamu yakin ini hutan yang benar?" tanya Jonathan dengan tatapan serius.
"Yang aku tahu dari rumah danau kita harus ke utara terus dan kita akan temukan hutan." usai Nadia menghentikan langkahnya untuk beristirahat.
"Kita tidak seharian di hutan kan Nadia?" tanya Jonathan merasa tidak ada dalam hatinya.
"Tidak Jo, sore kita harus kembali pulang. Kita hanya berkemah sebentar saja, sambil menikmati alam." ucap Nadia sambil mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya yang penuh dengan anak sungai.
"Kenapa kita tidak berkemah di sini saja? di sini dekat dengan sungai kita tidak akan kesulitan untuk mencari air." ucap Jonathan sedikit merasa lelah.