DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

RENCANA BARU



RENCANA BARU

3"Aku juga ingin punya anak darimu Nadia. Aku sangat mencintaimu. Aku bahagia bisa menikah denganmu. Aku tidak percaya telah memilikimu Nadia." ucap Jonathan dengan perasaan haru memeluk Nadia dengan sangat erat.     

"Aku juga tidak percaya bisa menikah denganmu dan melanjutkan balas dendamku Jo." ucap Nadia seraya mengusap perutnya agar bisa segera hamil.     

"Semoga aku bisa hamil dan aku bisa mengikatmu untuk menjauh dari keluargamu. Keluargamu akan menderita tanpa bisa bertemu denganmu. Setelah itu aku akan meninggalkanmu dan itu pasti membuat mereka bersedih." Ucap Nadia dalam hati dengan memejamkan matanya.     

***     

Pagi hari...     

Nadia sedikit terkejut saat menyadari telah tidur bersama Jonathan masih tanpa memakai pakaiannya.     

"Ya Tuhan!! aku sampai lupa kalau aku sudah menikah dengan Jonathan. Dan bukankah hal seperti ini ini sudah wajar pada suami dan istri yang sudah menikah?" tanya Nadia menenangkan hatinya agar terbiasa tidur berdua dengan Jonathan.     

"Pagi ini aku harus membersihkan rumah, agar Jonathan tidak mengalami alergi lagi. Aku tidak berpikir kalau rumah ini banyak debu yang masuk karena dekat dengan jalan besar." ucap Nadia seraya mengangkat tangan Jonathan dengan pelan agar tidur Jonathan tidak terganggu.     

Dengan perlahan Nadia turun dari tempat tidur.     

"Auuhh!!" teriak Nadia dengan pelan sambil memegang bagian bawah perutnya.     

"Nadia? ada apa?" tiba-tiba Jonathan terbangun mendengar suara teriakan Nadia walau tidak keras.     

"Tidak apa-apa Jo, hanya terasa perih sedikit. Mungkin akibat dari apa yang kita lakukan semalam." ucap Nadia dengan tersenyum tidak ingin membuat Jonathan cemas.     

Jonathan mengkerutkan keningnya kemudian menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya.     

Wajah Jonathan memerah seraya menelan salivanya saat dia tidak memakai apa pun.     

Bahkan Jonathan lebih terkejut lagi saat baru menyadari Nadia hanya memakai handuk saja .     

"Ternyata aku benar-benar telah melakukannya. Dan semua itu bukan mimpi." ucap Jonathan dalam hati dengan jantungnya berdetak sangat keras. Pagi-pagi Jonathan sudah merasakan senam jantung.     

"Nadia apa kita sudah....?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh memastikan apa yang sudah terjadi semalam.     

Nadia menganggukkan kepalanya mengiyakan apa yang dipikirkan Jonathan kemudian duduk di samping Jonathan.     

"Saat aku bangun aku juga berpikir seperti itu, apa semalam hanyalah sebuah mimpi. Tapi ternyata itu benar, dan kita sudah melakukannya." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan dengan sebuah senyuman.     

Tanpa berkata apa-apa Jonathan menarik pelan punggung Nadia dan memeluknya dengan sangat erat.     

"Aku mencintaimu Nadia." ucap Jonathan dengan perasaan bahagia.     

"Aku juga mencintaimu Jo." ucap Nadia membalas pelukan Jonathan dengan rasa sayang yang mendalam.     

"Kamu tidak akan berubah lagi setelah ini kan Nadia?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Dalam hubungan suami istri terkadang itu bisa terjadi Jo. Tapi kita harus yakin kita saking mencintai." ucap Nadia seraya menggenggam tangan Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya.     

"Aku tahu itu Nadia, tapi setidaknya sekarang aku mulai percaya lagi kalau kamu benar-benar mencintaiku. Aku tidak akan pernah meragukan kamu lagi dan akan selalu percaya padamu. Walau mungkin suatu saat kamu akan menyakiti hatiku lagi." ucap Jonathan dengan tatapan sayu.     

Hati Nadia terharu mendengar ucapan Jonathan yang begitu sungguh-sungguh mencintainya. Dan Nadia tidak mampu melihat kesedihan di wajah Jonathan lagi.     

"Aku berharap kita akan selalu bahagia dan kamu harus yakin itu Jo." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian bangun dari duduknya berniat membersihkan seluruh rumahnya agar Jonathan hidup sehat.     

"Kamu mau ke mana Nadia?" tanya Jonathan saat Nadia bangun dari duduknya.     

"Aku mau membersihkan seluruh rumah ini Tuan Jonathan. Aku tidak ingin suamiku hidup dalam lingkungan yang tidak sehat." ucap Nadia seraya memakai pakaian rumah.     

"Tapi, bukankah kamu masih kesakitan?" tanya Jonathan mengingat Nadia mengeluh sakit saat bangun dari tidurnya.     

"Setelah melihat senyum suamiku, rasa sakitku sudah hilang. Jadi Tuan Jonathan, anda tenang saja oke?" ucap Nadia seraya mengecup bibir Jonathan dengan sebuah senyuman.     

Hati Jonathan benar-benar sangat bahagia dengan perhatian dan sikap Nadia yang kembali lembut padanya.     

"Tapi aku sangat lapar Nadia, apa kamu tidak membuatkan aku sarapan pagi?" tanya Jonathan dengan wajah memelas.     

Nadia terdiam, sama sekali tidak berpikir untuk masak apa karena tidak ada persediaan bahan makanan yang ada di rumah.     

"Sebentar ya Jo, aku akan ke sebelah sebentar. Siapa tahu Gladys sudah masak, biasanya dia membawa bekal saat bekerja." ucap Nadia bergegas pergi keluar sebelum Gladys berangkat kerja.     

Tiba di kamar Gladys tanpa mengetuk pintu Nadia masuk ke dalam di saat Gladys sedang menyiapkan bekalnya.     

"Glad." panggil Nadia membuat Gladys sangat terkejut dengan kehadirannya.     

"Nadia? kamu ada di sini? sejak kapan? kenapa kamu tidak memberitahuku?" tanya Gladys mendekati Nadia dan memeluknya dengan erat.     

"Baru kemarin aku pindah ke sini, dan kamu masih belum pulang kerja." ucap Nadia seraya duduk di meja makan Gladys.     

"Kenapa kamu pindah ke sini? Bukankah kamu sudah menikah? dan harusnya tinggal di rumah besar dengan Jonathan? di mana Jonathan sekarang?" tanya Gladys dengan tatapan tidak senang.     

"Jonathan ada di sini. Dia sedang kelaparan sekarang, karena itu aku kemari. Aku masih belum belanja apa-apa dan aku berencana kembali kerja di tempat Jean. Aku harus bekerja agar dapat uang." ucap Nadia dengan wajah rumit.     

"Hei Nadia, kenapa kamu berpikir seperti itu? kenapa kamu harus bekerja? Bukankah Jonathan seorang CEO yang tidak kehabisan uang? dan lagi perusahaan juga perusahaan Jonathan kamu bisa bekerja di sana? kenapa kamu harus bingung mencari uang?" tanya Gladys bingung dengan apa yang di pikirkan Nadia.     

"Aku sudah mulai menjalankan balas dendamku Glad." ucap Nadia seraya menghela nafas panjang.     

"Apa yang kamu katakan Nadia? kenapa kamu masih tetap melanjutkan balas dendammu setelah kamu menikah dengan Jonathan? Apa yang kamu pikirkan Nadia? Bukankah kamu masih belum tahu apa sebenarnya yang terjadi?" tanya Gladys benar-benar tidak percaya dengan keras kepalanya Nadia.     

"Aku sudah tahu semuanya Gladys! kamu saja yang belum tahu!" ucap Nadia kemudian menceritakan semua apa yang dia tahu pada Gladys sampai pada saat dia melihat Ammer yang diusir oleh Darren saat ingin melihat pernikahannya.     

"Apa kamu sudah memastikan hal itu dengan bertanya pada Tuan Ammer dan Nyonya Anne? tidak kan? kenapa kamu tidak bertanya saja pada mereka siapa Paman Ammer? dan kalau Paman Ammer tahu kamu adalah putrinya kenapa dia tidak menemui kamu dan mengakui kamu adalah putrinya?" ucap Gladys seraya memegang kedua bahu Nadia.     

"Kamu harus berpikir sungguh-sungguh sebelum menjalankan balas dendam kamu itu Nadia? aku tidak ingin kamu menyesal di kemudian hari." ucap Gladys lagi dengan tatapan serius.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.