DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

HIDUP BERSAMA



HIDUP BERSAMA

0Bersabarlah Anne, kita harus menunggu apa yang terjadi nanti. Kita akan lihat hidup Jonathan dan Nadia di sana. Kalau mereka bahagia dengan kehidupan mereka biarkan saja. Anggap saja kita melatih anak-anak kita hidup mandiri." ucap Darren mengambil hal yang positif dari semua yang terjadi.     

"Aku setuju dengan pendapatmu tentang melatih anak-anak untuk hidup mandiri. Tapi bagaimana kita bisa tidak bertemu dengan mereka? apa mereka tidak merindukan kita?" ucap Anne seraya mengusap air matanya agar bisa lebih tegar lagi menghadapi ujian yang sudah bertahun-tahun lamanya belum juga berakhir.     

"Aku kasihan pada Ammer sampai kapan penderitaannya berakhir. Sampai sekarang juga masih belum menemukan pembunuh istrinya. Bahkan dia sendiri sampai di bakar wajahnya. Dan sekarang, ada yang mengincar nyawa Jonathan. Bagaimana kalau musuh Ammer juga ingin membunuh Nadia? Aku tidak bisa membayangkannya Darren?" Ucap Anne menangis lagi dalam pelukan Darren.     

"Kita harus bersabar Anne, semoga Anmer dan Marcos bisa mencari pembunuh itu." Ucap Darren sebenarnya mencurigai orang tua Amanda mantan kekasih Jonathan yang masih mengejar Jonathan hanya karena harta saja.      

"Darren, sebaiknya kita ke rumah danau menemui Ammer dan menceritakan semuanya. Ammer harus waspada kemungkinan besar musuh Ammer sudah mengetahui semua rahasia yang kita sembunyikan selama ini." Ucap Anne merasa takut dengan apa yang terjadi.     

"Baiklah kalau kamu ingin ke sana, kita akan pergi sekarang." Ucap Darren bangun dari duduknya mengikuti Anne yang berjalan keluar ruangan.     

***     

Di rumah kontrakan..     

Nadia meletakkan barang-barang Jonathan, dan sebagian barang-barang yang tidak di anggap penting Nadia meminta Marcos membawanya kembali ke rumah besar.     

"Dengarkan aku Nona Nadia, aku tidak tahu apa yang anda pikirkan dan yang anda rencanakan. Aku hanya bilang pada Nona Nadia, suatu saat anda akan menyesal melakukan semua ini. Terutama pada Tuan Darren dan Nyonya Anne." Ucap Marcos dengan wajah serius.     

Nadia mengerutkan keningnya menatap Marcos yang seolah-olah tahu apa yang di pikirkannya.     

"Aku tidak merencanakan apa-apa Tuan Marcos. Aku hanya menginginkan hidup bersama dengan Jonathan saja, hidup mandiri tanpa bantuan dari Tuan Darren atau Nyonya Anne. Aku hanya ingin itu saja." ucap Nadia berusaha menutupi tujuan yang sebenarnya.     

"Aku harap setelah Nona Nadia tinggal bersama Tuan Jonathan di sini, anda akan tahu ketulusan hati Tuan Jonathan pada anda. Kalau Tuan Jonathan benar-benar sangat mencintai anda." ucap Marcos seraya menatap Jonathan yang sedang duduk di kursi rodanya menatap ke arah luar jendela.     

Nadia menelan salivanya berharap apa yang di lakukannya sudah benar. Karena dia melihat sendiri bagaimana penderitaan Ayahnya yang harus hidup sendiri di rumah danau.     

Nadia tidak berkomentar apa-apa mendengar ucapan Marcos bahkan setelah Marcos pergi. Nadia masuk ke dalam kamar tanpa melihat kearah Jonathan yang masih duduk di kursi rodanya di dekat jendela.     

Hingga sampai sampai malam Nadia baru bangun dari tidur dan tidak melihat Jonathan masuk ke dalam kamar.     

"Jonathan tidak masuk ke sini? apa dia masih di luar? Apa yang dipikirkan Jonathan tentang aku sekarang?" tanya Nadia dalam hati seraya mengambil nafas panjang.     

"Aku sama sekali tidak berniat untuk menyakitimu Jo, tapi aku harus melakukannya." ucap Nadia kemudian turun dari tempat tidur untuk melihat Jonathan.     

Nadia berjalan pelan dan membuka pintu. Di lihatnya Jonathan tetap duduk di kursi rodanya dengan tatapan mata mengarah keluar jendela. Namun Nadia sedikit terkejut saat melihat kulit tubuh Jonathan seluruhnya merah.     

"Ya Tuhan!! aku lupa kalau aku belum membersihkan ruangan ini yang pasti banyak debu. Dan itu pasti membuat kulit tubuh Jonathan menjadi alergi." ucap Nadia dalam hati kemudian masuk ke dalam kamar dan membersihkan kamarnya dengan sebersih mungkin. Setelah kamarnya bersih Nadia keluar lagi mendekati Jonathan.     

"Jo... sebaiknya kamu masuk ke kamar saja. Biar aku bersihkan ruangan ini. Aku tadi tertidur maafkan aku." ucap Nadia ingin menyentuh bahu Jonathan tapi di urungkannya.     

Jonathan hanya diam saja tidak membalas ucapan Nadia. Bahkan rasa lapar dan rasa perih di kulit tubuhnya Jonathan tidak menghiraukannya.     

Demam tinggi yang sudah Jonathan rasakan juga tidak membuatnya bergerak dari kursi rodanya.     

"Jo, masuklah ke dalam kamar. Di sini masih banyak debu. Kulit tubuh kamu sudah alergi." ucap Nadia merasa cemas dengan kediaman Jonathan.     

"Aku antar ke dalam." ucap Nadia akhirnya tidak tahan dengan keras kepalanya Jonathan.     

"Biarkan aku di sini saja." ucap Jonathan dengan suara pelan seraya menahan tombol kunci kursi rodanya.     

Nadia tidak peduli dengan apa yang di lakukan Jonathan. Dengan cepat Nadia menarik tangan Jonathan namun berhenti seketika saat memegang tangan Jonathan yang sangat panas.     

"Jonathan, apa yang terjadi padamu? kenapa tidak bilang padaku kalau kamu demam?" ucap Nadia dengan perasaan cemas segera membawa masuk Jonathan ke dalam kamar.     

Tanpa menunggu jawaban dari Jonathan, segera Nadia membaringkan Jonathan di atas tempat tidur.     

"Biarkan aku di kursi rodaku, kenapa kamu membantuku? aku tahu kamu marah padaku dan pada orang tuaku karena telah memisahkan kamu dengan Jean. Kamu ingin menikah dengan Jean kan? menikahlah aku akan mengurus surat cerai itu." ucap Jonathan meracau karena demamnya yang sangat tinggi. Jonathan berusaha menyingkirkan selimutnya juga berusaha turun dari tempat tidurnya.     

Nadia menjadi panik dengan apa yang dilakukan Jonathan. Apalagi dengan apa yang di katakan Jonathan sangatlah tidak benar.     

" Jonathan tenangkan dirimu. Kamu demam tinggi, biar aku merawatmu." ucap Nadia seraya menahan dada Jonathan agar tidak berusaha bangun.     

"Kenapa kamu merawatku? tidak perlu. Kenapa kamu peduli padaku di saat aku sudah seperti ini? biarkan aku mati saja itu akan lebih baik untukmu." ucap Jonathan memejamkan matanya dengan air mata mengalir di kedua sudut matanya merasakan rasa sakit dalam hatinya juga pada seluruh tubuhnya.     

Keras kepala Nadia seketika runtuh melihat rasa sakit yang diderita Jonathan dan perasaan Nadia benar-benar telah hancur karena telah membuat hati Jonathan terluka.     

"Jangan bicara seperti itu Jo, kenapa aku tidak peduli padamu? kamu adalah suamiku. Dan aku tidak pernah menyesal menikah denganmu. Aku mencintaimu Jo." ucap Nadia seraya memeluk Jonathan dengan erat.     

"Aku tidak yakin dengan apa yang kamu katakan Nadia? kenapa kamu berubah Nadia? apa kamu hanya mempermainkan perasaanku?" tanya Jonathan merasakan rasa sesak di dadanya.     

"Tenanglah Jo, jangan berpikir hal lain. Apa yang kamu katakan tidak benar. Aku mencintaimu hanya mencintaimu." ucap Nadia melupakan rasa amarahnya dan hanya mencemaskan keadaan Jonathan.     

"Minum obat dulu ya Jo, setelah itu kita bicara." ucap Nadia menangkup wajah Jonathan.     

"Aku tidak mau biarkan saja aku mati Nadia." ucap Jonathan tidak ingin apa pun selain cinta dan kasih sayang Nadia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.