DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MENENANGKAN HATIMU



MENENANGKAN HATIMU

2"Aku sangat yakin Jonathan pasti marah padamu kan? karena itu kamu ingin menjelaskan padanya sekarang. Tidak apa-apa Nadia, pergilah...biar aku yang menjaga Jean." ucap Gladys sambil mengusap bahu Nadia.     

"Terima kasih Glad, kamu adalah saudaraku yang terbaik. Aku pergi dulu, kamu jangan kuatir nanti malam kalau aku datang aku belikan kue yang enak buatmu." ucap Nadia seraya memeluk Gladys.     

Gladys tersenyum melihat sikapnya Nadia seperti anak kecil yang mendapatkan sebuah hadiah.     

"Sudahlah Nadia, tidak perlu membelikan aku apa-apa, yang penting masalah kamu sudah selesai dan tidak ada lagi masalah yang membuatmu bersedih." ucap Gladys dengan tersenyum.     

"Oke Gladys, aku berangkat dulu. Apa aku bisa pinjam motormu?" tanya Nadia lebih cepat naik motor daripada naik taksi.     

Segera Gladys memberikan kunci motornya pada Nadia.     

Dengan sebuah senyuman Nadia menerima kunci motor dari Gladys kemudian keluar kamar dan berjalan cepat menuju ke parkiran motor.     

Dengan kecepatan tinggi, Nadia menjalankan motornya ke arah rumah besar.     

Tiba di rumah besar, Nadia segera menghentikan motornya dan berlari masuk ke dalam rumah. Dengan hati berdebar-debar Nadia segera naik ke kamar atas di mana Jonathan berada.     

Tanpa mengetuk pintu Nadia membuka pintu dengan pelan.     

"Ceklek"     

Dilihatnya Jonathan sedang duduk di balkon kamar. Melihat suasana malam yang sangat dingin, Nadia mengambil selimut untuk menyelimuti Jonathan agar tidak kedinginan.     

Punggung Jonathan bergerak saat merasakan ada selimut yang menyelimuti punggungnya.     

Sontak Jonathan menoleh dan sangat terkejut saat melihat Nadia ada di hadapannya.     

Jonathan menelan salivanya tidak bisa berkata apa-apa selain merasakan sesuatu yang bergejolak di dalam dadanya.     

"Aku datang, sesuai janjiku walau sangat terlambat." ucap Nadia dengan tatapan tak berkedip.     

Bibir Jonathan masih terasa kelu untuk membalas ucapan Nadia.     

Melihat Jonathan masih terdiam Nadia mendekati Jonathan dan memberanikan diri memeluk leher Jonathan dengan tatapan tak berkedip.     

"Apa kamu tidak senang dengan kedatanganku Jo?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

Jonathan membalas tatapan Nadia dan kembali menelan salivanya.     

"Aku tidak tahu kalau kamu datang. Aku pikir kamu tidak akan datang." ucap Jonathan dengan suara hampir tak terdengar.     

"Aku sudah berjanji padamu dan aku tidak ingin mengingkari janjiku lagi. Karena itu, aku datang walau sangat terlambat." ucap Nadia dengan perasaan rindu.     

"Tidak apa-apa." ucap Jonathan sudah merasa rindu tidak bertemu Nadia dalam beberapa jam.     

"Apa kamu merindukanku?" tanya Nadia dengan tatapan lembut mengusap wajah Jonathan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya dengan pandangan tak lepas dari wajah Nadia.     

Dengan hati di penuhi rasa rindu, Nadia mencium lembut bibir Jonathan.     

Jonathan tidak bisa memungkiri perasaan hatinya yang benar-benar merasa rindu pada Nadia. Dengan kerinduan yang membuncah Jonathan membalas ciuman Nadia dengan sangat dalam.     

"Aku benar-benar sangat merindukanmu Nadia, sangat merindukanmu. Jangan pergi lagi, aku sangat kesepian tanpamu." ucap Jonathan menautkan keningnya pada kening Nadia setelah melepas ciumannya.     

"Aku juga sangat merindukanmu Jo. Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Maafkan aku yang selalu membuatmu menunggu." ucap Nadia kembali mencium bibir Jonathan dengan penuh perasaan.     

"Kenapa kamu datang terlambat? apakah mereka menahanmu?" tanya Jonathan ingin tahu alasannya kenapa Nadia datang terlambat menemuinya.     

"Aku terlambat datang bukan karena mereka menahanku, tapi terjadi sesuatu pada Jean. Jean mengalami kecelakaan, dia tertabrak mobil karena menyelamatkan aku saat menyeberang jalan." ucap Nadia dengan tatapan sedih.     

Jonathan terdiam tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Jean kecelakaan karena menyelamatkan Nadia. Dan sekarang tidak mungkin lagi Nadia bisa meninggalkan Jean yang sudah menyelamatkan nyawanya.     

"Apa Jean lukanya parah? di mana dia sekarang? di rumah atau di rumah sakit?" tanya Jonathan dengan wajah serius.     

"Lukanya tidak terlalu parah, tapi dia baru saja menjalani operasi dan masih berada di rumah sakit. Aku bisa kesini karena aku minta tolong pada Gladys untuk menjaga Jean." ucap Nadia menatap Jonathan dengan perasaan bersalah.     

"Semoga Jean baik-baik saja, karena kalian berdua akan segera menikah Minggu besok." ucap Jonathan dengan perasaan sedih.     

"Aku tidak tahu apakah Minggu besok aku jadi menikah dengan Jean, karena keadaan Jean masih belum memungkinkan untuk banyak bergerak. Semua aku serahkan pada Ayah dan Ibu." ucap Nadia pasrah dengan keadaannya.     

"Apa besok kamu bisa mengantarku ke sana? Aku ingin melihat keadaan Jean." ucap Jonathan dengan tatapan penuh harap.     

"Bagaimana aku bisa mengantarmu Jo? karena malam ini aku harus kembali ke rumah sakit." ucap Nadia dengan suara pelan.     

"Kamu benar Nad, tidak mungkin kamu akan     

bermalam di sini. Karena Jean sangat membutuhkan." ucap Jonathan dengan perasaan sedih.     

Nadia merasa bingung harus menjawab apa atas ucapan Jonathan yang terlihat putus asa.     

"Jo, udara semakin dingin. Sebaiknya kita masuk ke dalam." ucap Nadia seraya mendorong kursi roda Jonathan masuk ke dalam kamar.     

"Apa kamu akan kembali sekarang?" tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

Nadia menggelengkan kepalanya kemudian membantu Jonathan untuk berbaring di tempat tidurnya.     

Setelah Jonathan berbaring di tempat tidur, Nadia menggenggam tangan Jonathan dan mengecupnya penuh perasaan.     

"Aku akan kembali ke rumah sakit setelah kamu tidur. Aku tidak akan meninggalkanmu sebelum kamu tidur." ucap Nadia merasa sangat bersalah pada Jonathan karena telah menjalin hubungan yang tidak bisa menuju ke pernikahan.     

"Apa kamu mau menemaniku tidur Nadia? agar aku bisa tidur dengan cepat." ucap Jonathan menatap dalam wajah Nadia dengan tatapan penuh harap.     

Untuk sesaat Nadia terdiam, dia tidak tahu harus memenuhi keinginan Jonathan atau tidak. Tapi perasaan cintanya tidak bisa Nadia pungkiri ingin selalu bersama dengan Jonathan.     

Tanpa bicara Nadia naik ke atas tempat tidur dan berbaring disamping Jonathan. Sambil menyandarkan kepalanya di dada Jonathan, Nadia menggenggam hangat tangan Jonathan.     

"Tidurlah Jo." ucap Nadia dengan suara lembut di telinga Jonathan.     

"Jangan pergi sebelum aku tertidur Nad." ucap Jonathan menatap wajah Nadia dengan tatapan sayu.     

Nadia tidak menjawab ucapan Jonathan, namun memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

Jonathan menelan salivanya merasakan sesuatu hasrat setiap kali tenggelam dalam pelukan Nadia.     

"Nadia." panggil Jonathan dengan suara parau.     

"Hem..."sahut Nadia menatap wajah sayu Jonathan.     

"Apa kamu merasakan sesuatu setiap kita berpelukan seperti ini?" tanya Jonathan berusaha menenangkan hatinya yang mulai berdegup sangat kencang.     

"Kamu merasakan sesuatu apa?" tanya Nadia dengan suara pelan.     

"Hasrat yang menyiksa, di saat kamu memelukku seperti ini." ucap Jonathan memeluk pinggang Nadia dengan perasaan sedih.     

Nadia memejamkan matanya, membenarkan apa yang di katakan Jonathan.     

"Apa kamu tidak merasakan hal itu Nadia?" tanya Jonathan menatap kedua mata Nadia.     

"Apa kamu percaya kalau aku juga merasakan hal yang sama?" tanya Nadia menangkup wajah Jonathan dengan tatapan penuh cinta.     

"Benarkah Nad?" tanya Jonathan meraih tengkuk leher Nadia dan menciumnya dengan hasrat yang yang membuncah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.