WAJAH MENGESALKAN
WAJAH MENGESALKAN
"Aisshh!! Tuan!! apa yang anda katakan pada Tuan ini? apa tidak salah itu? sepertinya anda salah jalan." ucap Gladys dengan tatapan miris melihat dua laki-laki mempunyai hubungan mesra layaknya wanita dan pria.
"Apa yang kamu katakan? berani sekali kamu mengatakan hal itu padaku? apa kamu tidak tahu siapa yang baru saja kamu marahi?" tanya laki-laki cantik itu dengan tatapan marah.
"Kenapa aku tidak berani padanya? dia yang salah telah menabrakku hingga telorku pecah semuanya. Harusnya dia mengganti telorku." ucap Gladys tanpa merasa takut.
"Kamu memang wanita yang tidak punya rasa sopan!" ucap Pria cantik itu berniat memukul Gladys.
"Ivan!! cukup!! jangan lakukan! dia wanita. Kamu tidak pantas memukul seorang wanita. Kamu harus bisa menghargai dan mengalah pada wanita Ivan. Aku memang salah telah menabraknya." ucap Pria dingin yang lebih dominan menjadi kekasih pria di banding Ivan yang lebih cenderung feminin dan penuh emosi.
"Tapi sayang, dia tidak menghargaimu! bahkan dia memarahimu! aku tidak terima kalau ada yang memarahimu seperti itu." ucap Pria yang bernama Ivan itu dengan wajah kesal karena kekasihnya lebih membela Gladys.
"Baiklah Ivan, terima kasih kamu telah membelaku. Sekarang sebaiknya kita pergi." ucap pria dingin itu seraya bangun dari tempatnya setelah membantu memasukkan telur ke dalam tas plastik milik Gladys.
"Tunggu Tuan!! anda tidak bisa pergi begitu saja! anda belum membayar telorku!" teriak Gladys dengan tatapan kesal.
Pria dingin itu berbalik kemudian mendekati Gladys.
"Maafkan aku, hampir saja aku lupa." ucap Pria dingin itu seraya mengeluarkan dompetnya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan di berikan pada Gladys.
"Sayang!! berapa uang yang kamu berikan padanya? itu terlalu banyak! telur hanya segitu paling lima puluh ribu, kenapa kamu harus memberikan uang sebanyak itu?" ucap Ivan saat melihat kekasihnya memberi uang hampir sepuluh lembar pada wanita yang sudah memarahinya.
"Tidak apa-apa, uang itu tidak seberapa di banding rasa marahnya pada kita berdua." ucap Pria dingin itu kemudian berniat pergi, namun Gladys menahannya lagi.
"Tuan!! jangan pergi dulu!" ucap Gladys seraya mendekati Pria dingin itu dengan wajah semakin marah.
"Maaf saja ya Tuan!! aku bukan wanita pengemis atau wanita miskin yang harus anda kasihani! ini uang anda dan kembaliannya. Aku hanya mengambil uang lima puluh ribu saja." ucap Gladys sambil menarik tangan Pria dingin itu dan meletakkan lembaran uang di atas telapak tangannya.
Setelah mengembalikan uang itu, segera Gladys pergi tanpa menghiraukan tatapan pria dingin itu terutama tatapan Ivan yang penuh dengan kemarahan.
"Wanita aneh!! diberi uang banyak malah menolak. Apa benar dia wanita kaya? melihat penampilannya saja seperti wanita kelas menengah!" ucap Ivan dengan tatapan meremehkan.
"Sssttt!! jangan bicara seperti itu. Jangan menilai status orang dengan melihat penampilan. Siapa tahu dia memang wanita kaya." ucap Pria dingin itu kemudian meninggalkan tempat di ikuti Ivan dengan senyuman kecut.
"Sebaiknya kita pergi dari sini saja sayang. Aku malas bertemu dengan wanita sombong itu! Kamu juga, sudah aku beritahu untuk tidak belanja di tempat murahan seperti ini!" ucap Ivan seraya menggandeng tangan kekasihnya dan mengajaknya keluar dari supermarket.
Di saat hati Gladys sedang marah, di lorong area sayuran. Jonathan dan Nadia masih bingung dengan beberapa pilihannya.
"Nadia banyak sekali sayuran yang kamu beli? apa kamu berniat memasak sayur terus untukku? apa tidak ada sedikitpun makanan daging atau ayam?" tanya Jonathan sambil melihat kearah Nadia yang masih sibuk memilih sayuran yang segar.
"Hem... semua sayuran sangat bagus untukmu Jo." ucap Nadia menoleh sebentar ke arah Jonathan yang sedang membawa wortel buah.
"Aku tahu itu, tapi selain sayur-sayuran ini apa tidak lagi yang harus kita beli?" tanya Jonathan dengan tatapan memelas.
Nadia tersenyum melihat wajah Jonathan yang memelas.
"Tentu aku juga akan membeli beberapa ikan dan daging untukmu Jo, tapi tidak sebanyak sayuran ini." ucap Nadia sambil mencubit ujung hidung Jonathan.
Jonathan tersenyum setidaknya lidahnya tidak akan berwarna hijau karena banyak makan sayur.
"Nadia!! apa kamu sudah selesai belanja? kita harus segera pulang." ucap Gladys dengan wajah kesal.
"Pulang? baru saja kita belanja, kamu sudah ingin pulang? ada apa? apa ada sesuatu yang terjadi sampai wajahmu terlihat kesal seperti itu?" tanya Nadia menatap Gladys dengan tatapan penuh.
"Bagaimana aku tidak kesal, aku baru saja bertemu dengan dua pria gay. Yang satu menabrakku hingga telorku pecah semua. Dan yang satunya sangat cerewet sekali membela kekasihnya yang jelas-jelas bersalah. Dan lebih kesalnya lagi pria cerewet yang bernama Ivan, bilang aku wanita miskin? sungguh sangat menyebalkan!" ucap Gladys sambil melempar wortel milik Nadia yang ada di troli dan mengenai wajah Jonathan.
"Eiitt!!! apa yang kamu lakukan Glad!!! kenapa harus melempar wortel ke wajah Jonathan?" ucap Nadia dengan kesal sambil mengusap wajah Jonathan.
"Kamu tidak apa-apa kan Jo?" tanya Nadia dengan tatapan sayang.
"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit terkejut saja." ucap Jonathan sambil menatap Gladys yang sedang mengusap tengkuk lehernya.
"Maaf.... Tuan Jonathan aku tidak sengaja melempar begitu saja." ucap Gladys dengan tatapan bersalah.
"Tidak apa-apa Glad, kamu tenang saja. Dan lagi suasana hatimu memang tidak bagus karena dua pria gay itu kan?" ucap Jonathan dengan senyuman tertahan.
"Dengarkan aku Glad, kamu jangan terlalu benci pada mereka. Aku jadi semakin takut kalau nanti kamu akan mencintai seorang pria gay." ucap Nadia menggoda Gladys.
"Amit-amit!! Jangan sampai aku mencintai seorang pria gay Nadia!! dan kamu kenapa berpikir seperti itu! apakah kamu senang aku berhubungan dengan seorang pria gay?" ucap Gladys dengan nada kesal.
"Bagaimana aku bisa senang kalau kamu berhubungan dengan seorang pria gay Glad. Tapi bagaimana lagi kalau suatu saat kamu benar-benar mencintai pria gay? aku bisa berbuat apa?" ucap Nadia dengan tersenyum.
"Sudahlah! terserah kalian berdua saja. Aku akan tunggu di depan saja. Aku jadi malas belanja setelah melihat wajah mengesalkan itu." ucap Gladys seraya berjalan keluar dengan perasaan kesal.
"Hati-hati Glad! jangan sampai bayangan wajah mengesalkan itu datang menemuimu di setiap tidurmu!" ucap Nadia dengan tertawa keras merasa senang melihat wajah Gladys yang terlihat merah karena kesal.
"Nadia sebaiknya kita pulang saja setelah kita membeli ikan dan daging. Aku juga sudah sangat lelah. Dan lihat kulitku sudah mulai merah-merah." ucap Jonathan sambil menunjukkan sebagian lengannya pada Nadia.
"Baiklah Jo, kita akan segera pulang setelah membeli daging dan ikan." ucap Nadia dengan wajah cemas melihat kulit lengan Jonathan yang sudah berwarna merah.