RENCANA NADIA
RENCANA NADIA
"Maafkan aku Jo, aku tidak ada maksud marah padamu. Sungguh aku tidak apa-apa." ucap Nadia seraya menggenggam tangan Jonathan. Nadia tidak ingin Jonathan tahu apa yang di pikirkannya dan yang akan di rencanakannya untuk balas dendam.
Jonathan mengambil nafas dalam, berusaha percaya penuh pada Nadia dan melupakan rasa kecewanya.
"Baiklah, aku memaafkanmu." ucap Jonathan dengan suara pelan tidak bisa marah pada Nadia dan juga tidak ingin memperpanjang masalah yang sudah terjadi.
"Terima kasih." ucap Nadia kemudian berdiam diri dengan menggenggam tangan Jonathan agar hati dan perasaannya tenang sampai pada waktunya tiba untuk balas dendam.
Tiba di rumah besar, Marcos membantu Jonathan duduk di kursi rodanya.
Segera Nadia membawa Jonathan ke kamarnya agar segera istirahat.
"Sebaiknya kamu istirahat Jo." ucap Nadia seraya melepas pakaian Jonathan dengan pakaian rumah.
Entah kenapa ada perasaan yang Jonathan rasakan lain dengan sikap Nadia. Walau Nadia tetap perhatian tapi Jonathan tidak merasakan kelembutan atau tatapan mata cinta Nadia dan itu membuat Jonathan semakin bertanya-tanya apa yang telah membuat hati Nadia berubah.
Jonathan merasa semua ada kaitannya dengan Jean.
"Apa mungkin Nadia dan Jean saling memendam rasa?" tanya Jonathan dalam hati saat mengingat di gedung pernikahan Nadia mencari Jean.
"Jo, apa kamu melamun?" tanya Nadia setelah mengganti pakaian atas Jonathan belum celana panjangnya.
Jonathan mengangkat wajahnya kemudian menggelengkan kepalanya dengan tatapan rumit.
"Aku bantu ke atas tempat tidur." ucap Nadia seraya memeluk dada Jonathan.
Tanpa bicara apa-apa Jonathan membiarkan Nadia mengangkatnya ke atas tempat tidur.
"Aku akan mengganti celana panjangmu." ucap Nadia dengan suara pelan.
"Tidak usah, biar Marcos yang membantuku." ucap Jonathan merasakan hati Nadia jauh dengan hatinya.
Nadia menahan nafas dalam.
"Baiklah, aku panggilkan Tuan Marcos." ucap Nadia menuruti keinginan Jonathan tanpa berniat mencegahnya.
Jonathan memejamkan matanya berusaha menenangkan hatinya untuk tidak emosi melihat sikap Nadia yang kembali tidak peduli padanya.
"Tidak perlu, aku bisa panggil sendiri." ucap Jonathan seraya mengambil ponselnya dan segera memanggil Marcos, namun panggilannya tidak di terima Marcos yang kembali ke gedung pernikahan untuk memberitahu bahaya yang mengancam keselamatan Jonathan dan Nadia.
Hati Jonathan semakin uring-uringan kemudian memejamkan matanya menahan rasa sakit dan sedih di hatinya.
Nadia kembali ke tempatnya kemudian mendekati Jonathan yang memejamkan matanya.
"Jonathan, aku mau ke kamarku sebentar. Aku mau ganti pakaian." ucap Nadia seraya menggigit bibirnya melihat Jonathan terlihat marah.
Melihat Jonathan diam saja dan tidak membuka matanya Nadia tetap berniat pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
"Apa menurutmu pernikahan kita akan hancur sebelum kita mulai Nadia?" Tanya Jonathan dengan tiba-tiba.
Nadia menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Jonathan yang sedang menatapnya.
"Aku akan ganti pakaian sebentar setelah itu kita akan membahas apa yang kamu inginkan." Ucap Nadia dengan suara dingin kemudian keluar dari kamarnya.
Jonathan meremas rambutnya, kemudian mengambil ponselnya dan mengubungi kedua orang tuanya untuk segera pulang.
Jonathan sudah pernah mengatakan pada Nadia, tidak akan memulai hubungan tanpa ada perasaan cinta dan tidak memaksa Nadia untuk bertahan jika tidak ada cinta untuknya. Apalagi hidupnya juga akan segera berakhir di ujung jarum suntik kematian.
Setelah menunggu beberapa jam Marcos datang ke kamarnya dengan tatapan heran.
"Di mana Nona Nadia, Tuan Jonathan?" Tanya Marcos merasa terjadi sesuatu pada Jonathan dan Nadia.
"Bawa aku ke ruang kerja Ayah. Dan tolong panggil Nadia di kamarnya." Ucap Jonathan dengan nada dingin.
Marcos menganggukkan kepalanya mengiyakan perintah Jonathan. Marcos tahu tidak akan baik kalau bertanya pada Jonathan dalam situasi yang tidak baik.
Dengan hati bertanya-tanya Marcos membawa Jonathan ke ruang kerja Tuan Darren. Di dalam sudah menunggu Anne dan Darren seperti permintaan Jonathan.
Setelah mengantar Jonathan masuk ke dalam ruang kerja Darren, Marcos pergi ke kamar Nadia dan memintanya untuk segera ke ruang kerja Darren.
Segera Nadia ikut bersama Marcos dengan hati dan perasaan yang sudah mantap untuk membalas dendam pada keluarga Darren.
"Ada apa Jonathan? Sepertinya ada hal penting yang ingin kamu sampaikan?" Tanya Anne dengan wajah serius.
"Sepertinya pernikahanku dengan Nadia adalah hal yang salah. Aku dan Nadia tidak akan bisa bertahan dengan pernikahan ini. Nadia mencintai Jean, kalau Momy ingin tahu hal itu. Demi kebaikan kita berdua sebaiknya pernikahanku dengan Nadia berakhir sampai di saja Mom." Ucap Jonathan merasakan rasa sakit yang begitu dalam.
Darren, Anne dan Marcos terlihat sangat terkejut dengan ucapan Jonathan. Anne tahu Jonathan sangat mencintai Nadia dan Nadia juga mencintai Jonathan. Tapi Anne tidak tahu apa yang terjadi hingga Jonathan dan Nadia tiba-tiba berubah hati dan perasaannya.
"Nadia apa pendapatmu tentang apa yang di ucapkan Jonathan?" Tanya Anne dengan wajah serius.
Nadia mengangkat wajahnya, kemudian menatap Anne dan Darren.
"Aku tidak bisa berpisah dengan Jonathan sekarang, sebelum membalaskan dendam rasa sakit orang tuaku." Ucap Nadia dalam hati.
"Nadia apa kamu mendengarku?" Tanya Anne dengan tatapan rumit.
"Apa yang dikatakan Jonathan tidaklah benar aku tidak mencintai Jean, dan aku juga tidak ingin mengakhiri pernikahanku dengan Jonathan." ucap Nadia seraya menahan napasnya.
"Lalu apa alasan Jonathan hingga berkata seperti itu? apa diantara kalian berdua ada masalah yang kita tidak tahu?" tanya Anne dengan tatapan penuh menatap Jonathan dan Nadia secara bergantian.
"Aku juga tidak tahu kenapa Jonathan tiba-tiba berpikir seperti itu dan sangat sensitif sekali." Ucap Nadia sambil menatap Jonathan yang sedang menatapnya.
"Sekarang apa yang kamu inginkan Nadia?" tanya Jonathan dengan wajah serius.
"Aku hanya ingin hidup berdua denganmu saja. Tapi tidak disini, aku ingin kita tinggal di rumah kontrakanku. Aku ingin hidup mandiri dan aku yakin kamu tidak akan bisa menerima hal itu." ucap Nadia dengan suara yang sangat jelas. Nadia berharap rencana balas dendamnya akan berhasil.
"Bagaimana kamu bisa berpikir seperti itu Nadia? Bagaimana kalian bisa tinggal di tempat seperti itu? pasti kalian berdua akan menderita?" ucap Anne dengan wajah cemas apalagi mengingat keadaan Jonathan yang memerlukan perawatan dan penjagaan ekstra.
"Momy tidak setuju kalian tinggal di sana, karena di sini adalah rumah kalian. Kalian berhak atas rumah ini. Rumah ini milik kalian." ucap Anne tidak ingin melihat Jonathan menderita, apalagi Jonathan sebagai pewaris harta dan aset perusahaan yang sedang terancam keselamatannya.
"Kalau begitu aku ingin mengakhiri pernikahan ini Momy." Ucap Nadia dengan pasti.