DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

PENGORBANAN JEAN



PENGORBANAN JEAN

1"Aku tidak tahu, ciuman kalian begitu sangat berbeda." ucap Nadia dengan jujur.     

"Katakan apa yang berbeda di antara kita berdua?" tanya Jean dengan hati berdebar-debar.     

"Apa aku harus mengatakannya?" ucap Nadia dengan wajah bingung.     

"Kamu harus mengatakannya padaku Nadia, sejak kapan kamu tidak berterus terang padaku?" ucap Jean dengan perasaan gemas.     

"Bagaimana aku menjelaskannya padamu, karena dua hal yang berbeda itu sangat sulit aku jelaskan." ucap Nadia dengan menggigit bibir bawahnya.     

"Jelaskan saja dengan bahasa yang sederhana saja. Tidak perlu berbelit-belit agar aku mudah aku mengerti Oke?" ucap Jean dengan tersenyum.     

Nadia menghela nafas panjang berusaha mengatakan yang dia rasakan saat berciuman dengan Jean atau dengan Jonathan.     

"Saat aku berciuman denganmu tadi, aku merasakan sesuatu hasrat dalam diriku. Sesuatu yang menggebu-gebu yang tidak bisa aku tahan." ucap Nadia dengan jujur.     

"Kalau saat berciuman dengan Jonathan? apa yang kamu rasakan?" tanya Jean penasaran.     

Wajah Nadia memerah harus bilang apa pada Jean.     

"Aku harus mengatakan apa Jean. Aku hanya merasa sangat tenang dan nyaman saat berciuman dengan Jonathan. Ada perasaan yang begitu saja mengalir tanpa aku sadari. Ciuman Jonathan sangat pelan namun intens. Entahlah Jean, Kenapa aku harus menjelaskan hal ini padamu." ucap Nadia dengan tatapan rumit.     

"Keputusanmu sudah benar menceritakan semuanya padaku Nadia, jadi aku tahu kalau kamu sudah mencintai Jonathan. Sepertinya hatimu sudah mulai terikat dengan Jonathan." ucap Jean dengan serius.     

"Sudah cukup Jean, jangan bahas hal ini lagi. Kepalaku jadi semakin pusing, sekarang kenapa kita tidak jadi berangkat ke mall saja? Bukankah kamu sudah berjanji untuk membelikan aku sesuatu?" ucap Nadia merasa malu kalau Jean mengetahui perasaannya pada Jonathan.     

"Oke... kita berangkat sekarang Nadia." ucap Jean sambil memeluk bahu Nadia dan membawanya ke halaman depan di mana mobilnya berada.     

Dalam perjalanan, Jean dan Nadia saling tertawa dan bercanda. Terkadang Nadia mencubit perut Jean dengan sangat keras saat Jean menggodanya dengan Jonathan.     

Tiba dia Mall, Jean memarkirkan mobilnya di seberang jalan karena jalan masuk ke Mall terlihat macet.     

Setelah menghentikan mobilnya, Nadia keluar dari mobil dan menunggu Jean yang masih mengunci mobil.     

"Hari ini sangat ramai Jean." ucap Nadia seraya melihat ke arah Mall yang ada di seberang jalan.     

"Hem... sepertinya begitu." ucap Jean menggenggam tangan Nadia untuk menyeberang jalan ke Mall.     

Dengan hati-hati Jean menyeberang sambil menggenggam tangan Nadia. Jean dan Nadia tidak menyadari dari arah tikungan sebelah kanan sebuah mobil melaju dengan sangat kencang. Jean yang terlebih dulu tahu segera mendorong Nadia ke depan hingga mobil tersebut menabrak Jean.     

"BRAKKK"     

Tubuh Jean terpelanting cukup keras dan menghantam tanah aspal jalanan. Nadia berteriak keras memanggil nama Jean saat melihat tubuh Jean tergeletak di tanah aspal berlumuran darah.     

"Jeannn!! Jeannn!! tolong... tolong!" teriak Nadia menangis keras dengan wajah panik.     

Semua kendaraan yang lalu lalang seketika berhenti dan beberapa orang yang ada di tempat itu berdatangan untuk memberi bantuan pada Jean.     

Tidak lama kemudian datang ambulans yang telah dipanggil oleh salah satu orang yang membantu Jean dan Nadia.     

Sambil menangis Nadia menghubungi orang tua Jean kemudian ikut masuk ke dalam ambulans untuk menemani Jean ke rumah sakit.     

Tiba di rumah sakit Nadia segera keluar dan mengikuti Jean yang sedang didorong beberapa perawat ke ruang operasi gawat darurat.     

"Ya Tuhan! kenapa harus terjadi seperti ini? bagaimana ini bisa terjadi pada Jean? bagaimana Ayah dan Ibu bisa menghadapi hal ini? bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Jean? tolong selamatkan Jean Ya Tuhan. Jean laki-laki yang baik, aku mohon selamatkan Jean." ucap Nadia seraya menangis dalam diam.     

Sambil duduk di bangku panjang dan duduk bersandar Nadia masih menunggu Jean yang masih belum keluar dari ruang operasi.     

"Kenapa kamu mengorbankan diri hanya untuk menolongku Jean? Kenapa kamu melakukan hal ini padaku?" ucap Nadia dalam hati sambil meremas kedua tangannya.     

"Nadia??" panggil James dan Valerie yang baru datang setelah Nadia mengabarinya.     

"Ayah, Ibu." ucap Nadia seraya bangun dari duduknya memeluk Valerie dan menangis sedih.     

"Bagaimana ini bisa terjadi Nadia? kenapa bisa Jean tertabrak mobil?" tanya Valerie dengan air mata mengalir deras di pipinya.     

"Maafkan aku Ibu, Jean tertabrak karena menyelamatkan aku. Saat itu aku menyeberang jalan bersama Jean dan tidak tahu kalau ada mobil dari arah kanan. Mobil itu datang tiba-tiba kemudian Jean mendorongku karena tidak ingin aku terluka." ucap Nadia seraya mengusap air mata Valerie.     

"Mengapa nasib Jean begitu malang. Semoga Jean selamat dengan ujian ini." ucap Valerie masih menangis sedih.     

"Jean pasti selamat Bu, Jean akan baik-baik saja." ucap Nadia seraya membantu Valerie agar duduk di samping James yang duduk diam tidak bicara apa-apa.     

"Apa kamu yakin Jean akan baik-baik saja Nadia? ibu takut kalau terjadi sesuatu pada Jean. Hanya Jean yang kita punya, Jean harapan kami satu-satunya. Bagaimana kalau Tuhan lebih menyayangi Jean? apa yang akan terjadi pada kita berdua?" ucap Valerie kembali menangis tersedu-sedu.     

"Ibu dan Ayah tenang saja, aku yakin Jean pasti baik-baik saja." ucap Nadia seraya menggigit bibirnya tidak tahu bagaimana caranya menghibur orang tua Jean.     

Hampir dua jam Nadia dan orangtua Jean menunggu dan berharap pintu ruang operasi terbuka.     

"Ceklek"     

Saat mendengar pintu ruang operasi terbuka Nadia bergegas mendekati dokter yang keluar dari ruang operasi di ikuti James dan Valerie.     

"Apa kalian keluarga pasien?" tanya Dokter dengan ramah.     

"Benar Dokter kita adalah keluarga pasien. b     

Bagaimana dengan keadaan pasien sekarang? apa keadaannya baik-baik saja?" tanya Nadia dengan tatapan cemas.     

"Keadaan pasien saat ini sudah melewati masa kritis operasi berjalan dengan lancar. Ada pergelangan tangan yang patah dan harus di gips untuk beberapa bulan. Untuk yang lainnya hanya luka luar. Beberapa minggu luka luar pasien pasti sembuh." ucap Dokter dengan serius.     

Nadia dan orang tua Jean bernapas lega karena Jean masih bisa diselamatkan.     

"Terima kasih Dokter. Lalu, kira-kira kapan Jean akan keluar dari ruang operasi?" tanya Nadia dengan tatapan penuh.     

Sebentar lagi pasien juga akan dipindahkan ke kamar inap karena keadaan pasien sudah melewati masa kritis." ucap Dokter menatap Nadia dan kedua orang tua Jean.     

Nadia kembali bersyukur dalam hati merasa lega Jean sudah melewati masa kritis.     

"Apa ada lagi yang anda tanyakan?" Tanya Dokter dengan ramah.     

"Tidak ada lagi Dokter, terima kasih atas informasinya. Kami akan menunggu sampai Jean dipindahkan ke kamar inap." Ucap Nadia tersenyum lega.     

Setelah Dokter kembali masuk kedalam ruang operasi, Nadia menggandeng James dan Valerie agar duduk kembali di bangku panjang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.