DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

MERASA BAHAGIA



MERASA BAHAGIA

2"Semoga saja kamu segera hamil." Ucap Jonathan berharap dan berdoa dalam hati agar Nadia bisa hamil walau kemungkinan itu sangatlah kecil dengan kelumpuhan yang di deritanya.     

"Kenapa kamu diam saja Jo? Apa kamu tidak setuju dengan apa yang aku katakan? apa kamu tidak ingin aku segera hamil dan memberi kejutan pada orang tua kita?" tanya Nadia dengan tatapan penuh harap agar Jonathan benar-benar percaya padanya.     

"Aku setuju dengan apa yang kamu inginkan Nadia. Aku juga ingin melihat orang tuaku bahagia dengan mengetahui kalau kamu hamil." ucap Jonathan dengan tersenyum walau ada kesedihan tidak bisa bertemu dengan orang tuanya untuk sementara waktu.     

"Syukurlah kalau kamu setuju Jo. Kita akan memulai hidup baru kita dengan bahagia. Aku akan membuatmu bahagia." ucap Nadia seraya memeluk Jonathan dengan penuh kebahagiaan.     

"Sekarang kamu harus habiskan makanan ini oke? aku akan membersihkan ruangan depan agar tidak lagi menyakiti kulit tubuh kamu." ucap Nadia bangun dari duduknya dan mencium bibir Jonathan dengan sebuah senyuman.     

Jonathan hanya bisa menatap Nadia yang keluar dari kamarnya. Sambil menahan nafas Jonathan melanjutkan makannya agar keadaannya tidak semakin memburuk.     

Sampai sore hari Nadia masih bergelut dengan pekerjaannya, membersihkan seluruh rumah dan halaman rumah. Nadia benar-benar tidak ingin Jonathan merasa terganggu dengan kesehatannya.     

Setelah selesai dengan pekerjaannya Nadia membersihkan badannya kemudian masuk ke dalam kamar untuk melihat keadaan Jonathan.     

Di lihatnya Jonathan sedang tertidur dengan wajah terlihat gelisah.     

Nadia mengusap wajah Jonathan dengan tatapan sedih kemudian mencium kening Jonathan sangat lama hingga Jonathan terbangun karenanya.     

"Nadia?" panggil Jonathan sedikit terkejut melihat wajah Nadia ada di wajahnya dengan bibir berada di keningnya.     

"Hem... apa Jo? apa kamu terkejut? maafkan aku ya?" ucap Nadia seraya melepas ciumannya dan menatap Jonathan dengan tatapan penuh rasa sayang.     

Hati Jonathan merasa tenang dengan tatapan mata Nadia yang terlihat lembut.     

"Apa kamu sudah selesai dengan pekerjaanmu?" tanya Jonathan dengan suara pelan.     

"Baru saja selesai, kemudian aku mandi dan langsung ke sini untuk melihatmu. Apa tidur kamu nyenyak Jo? aku minta maaf kalau tempat tidurnya tidak semewah dengan kamar yang ada di rumah besar." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan.     

"Tidak apa-apa Nadia, semakin lama aku akan terbiasa dengan hidup seperti ini. Aku sudah bahagia bisa hidup bersamamu." ucap Jonathan dengan tersenyum meraih tangan Nadia dan menggenggamnya dengan erat.     

"Aku harap selama kita ada di sini kamu akan baik-baik saja. Dan kamu akan selalu sehat. Aku akan memperhatikanmu dan tidak akan membiarkan kamu kenapa kenapa." ucap Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Aku percaya padamu Nadia, kamu akan menjagaku dengan baik." ucap Jonathan dengan perasaan bahagia.     

"Syukurlah Jo, aku senang mendengarnya. Oh ya...Jo, sore ini aku dan Gladys akan pergi ke supermarket untuk belanja persediaan makanan kita. Apa kamu ikut?" tanya Nadia dengan tersenyum menatap kedua mata Jonathan yang sangat teduh.     

"Aku mau saja ikut dengan kalian, tapi bagaimana kita berangkatnya ke sana? Dan kalau kita belanja ke supermarket, apa itu tidak akan membuat kulitku alergi terkena debu?" tanya Jonathan merasa serba salah dengan keadaannya.     

"Kamu jangan pikirkan hal itu, kita bisa naik taksi ke sana. Dan kamu bisa berpakaian yang bisa menutupi kulit tubuhmu. Kamu tenang saja oke? aku pasti akan melindungi kamu dari debu." ucap Nadia sambil mencubit ujung hidung Jonathan.     

"Apa kamu yakin Nadia, supermaket yang banyak orang tidak akan membuat kulitku tubuhku yang sensitif ini alergi?" tanya Jonathan merasa bahagia dengan perhatian Nadia.     

Nadia terdiam untuk sesaat, tapi kemudian tersenyum kembali sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Jonathan yang sedang menatapnya.     

"Dengarkan aku Jo, seandainya nanti alergi kamu kambuh. Ada istrimu di sini yang akan menjagamu selama dua puluh empat jam." ucap Nadia dengan suara berbisik.     

"Apa kamu akan menjagaku hanya selama dua puluh empat jam Nadia? bukan untuk selamanya?" tanya Jonathan berniat menggoda Nadia dengan pertanyaannya.     

Nadia hanya bisa menelan salivanya dengan pertanyaan Jonathan. Seolah-olah Jonathan tahu dia tidak akan bisa menjaga Jonathan untuk selamanya.     

"Tentu aku akan menjaga kamu selamanya Jo." ucap Nadia dengan tersenyum kemudian bangun dari tempatnya berniat membersihkan badan Jonathan.     

"Aku juga akan bersamamu selamanya Nadia, walau tidak bisa menjagamu sepenuhnya." ucap Jonathan sambil melihat Nadia yang sedang mengambil pakaiannya.     

"Kita akan hidup selamanya kalau kamu ingin tahu itu Jo. Sekarang aku akan membersihkan badan kamu dan kita akan berangkat ke Mall bersama Gladys." ucap Nadia pergi ke dapur dan menyiapkan air hangat untuk membersihkan badan Jonathan.     

Dengan penuh perhatian dan kasih sayang yang Nadia membersihkan badan Jonathan sambil sedikit bercanda agar Jonathan tidak bosan dengan hidup di rumah kontrakan yang sederhana.     

"Kamu tidak akan bosan kan? hidup di rumah kontrakan kita ini?" tanya Nadia sambil mengeringkan badan Jonathan dengan handuk bersih.     

"Aku tidak akan pernah mengeluh Nadia, selama kamu ada bersamaku. Cukup dengan cinta dan kasih sayangmu aku bisa bertahan menghadapi apa pun." ucap Jonathan dengan sungguh-sungguh.     

Nadia menghentikan gerakan tangannya kemudian memeluk Jonathan dengan sangat erat.     

"Semoga Tuhan bisa memaafkan aku karena telah memanfaatkan kamu untuk menyelesaikan balas dendamku Jo." ucap Nadia dengan perasaan sedih.     

"Kenapa wajah kamu jadi sedih Nadia? apa aku telah membuatmu sedih?" tanya Jonathan seraya mengusap wajah Nadia dengan penuh kelembutan.     

"Tidak Jo, kamu tidak pernah membuat hatiku sedih bahkan kamu selalu membuatku hatiku bahagia. Hatimu sangat baik sekali Jo." ucap Nadia dengan hati di penuhi rasa cinta dan haru.     

Jonathan hanya bisa terdiam dan mengusap punggung Nadia dengan penuh perasaan.     

"Jangan bersedih lagi Nadia, kita sudah terlalu banyak bersedih. Sekarang kita sudah menikah dan kita harus bahagia." ucap Jonathan ikut merasa sedih melihat Nadia sedih.     

"Kamu benar Jo, mulai sekarang kita harus bahagia. Kita harus saling membahagiakan dan menjaga satu sama lain." ucap Nadia seraya mengusap air matanya yang sudah mengalir di pipinya.     

"Sekarang... apa kamu akan membiarkan aku seperti ini? tanpa pakaian apapun!" tanya Jonathan dengan tersenyum menggoda Nadia agar melupakan rasa sedihnya.     

Nadia tersenyum kemudian mengambil pakaian Jonathan yang sudah dia siapkan.     

"Kamu mengajakku bicara terus, aku jadi lupa." ucap Nadia sambil memakaikan kemeja lengan panjang Jonathan.     

"Kenapa aku? bukannya kamu yang mengajakku bicara?" ucap Jonathan sengaja membuat hati Nadia kesal.     

"Kamu yang duluan mengajakku bicara Jo." ucap Nadia dengan tatapan gemas.     

"Tidak! kamu dulu Nadia." ucap Jonathan masih tak mau kalah.     

"Kamu benar-benar ya Jo? tidak mau mengalah pada istri." ucap Nadia dengan gemas menggigit ujung Jonathan yang telah membuat hatinya berdegup sangat kencang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.