DI LUAR DUGAAN
DI LUAR DUGAAN
Setelah Nadia pergi, Jonathan mengambil nafas panjang untuk menenangkan hatinya.
Perasaan sakit dalam hatinya yang begitu dalam telah membuat tubuhnya terasa lemas.
"Aku harus bisa bertahan sampai acara pernikahan Nadia selesai. Aku harus kuat, harus bisa." ucap Jonathan seraya memejamkan matanya.
Berulang kali Jonathan menghela nafas panjang, kemudian keluar dari toilet dan pergi ke tempat di mana pernikahan Nadia dan Jean yang sedang berlangsung.
Jonathan masuk ke dalam dan kembali ke tempatnya di belakang Jean karena dia sebagai pendampingnya.
Setelah acara pembukaan selesai, Penghulu menatap ke arah Jean dan Nadia.
"Di sini sepertinya ada dua calon pengantin Pria, aku jadi bingung siapa pengantinnya dan siapa pendampingnya. Bisakah calon pengantinnya duduk di hadapanku?" ucap Penghulu pada Jean juga pada Jonathan yang belum duduk di kursi di samping Nadia.
Nadia yang sejak tadi melamun, menjadi sadar kalau Jean belum duduk di sampingnya.
Segera Nadia menoleh ke arah Jean yang masuk duduk terdiam.
"Jean! cepat kemari!" ucap Nadia dengan suara lirih tapi bisa di dengar Jean.
Jonathan yang mendengar suara Nadia yang memanggil nama Jean hanya bisa menundukkan wajahnya. Apalagi sekilas melihat Jean berdiri dari duduknya, hati Jonathan semakin tak tahan. Jonathan semakin menundukkan wajahnya dengan kedua mata terpejam dan kedua tangannya teremas kuat.
Untuk sesaat suasana begitu hening, Jonathan merasa dunia di atasnya runtuh yang menghancurkan seluruh tubuhnya.
"Ya Tuhan, akhirnya aku benar-benar kehilangan Nadia." ucap Jonathan dalam hati menangis dalam diam.
Di saat hatinya menangis sedih, tiba-tiba Jonathan merasakan ada seseorang di belakangnya. Seseorang yang tidak Ingin Jonathan tahu telah mendorong kursi rodanya maju ke depan. Perlahan Jonathan membuka matanya dan memutar badannya untuk mengetahui siapa yang mendorong kursi rodanya.
Jonathan sangat terkejut dan bingung saat Jean mendorongnya ke tempat di mana Nadia berada.
"Kenapa kamu membawaku ke sini Jean? apakah seorang pendamping juga harus ada disini?" tanya Jonathan dengan tatapan bingung menatap Jean juga pada Gladys yang ada di samping Nadia.
Jean menganggukkan kepalanya.
"Untuk pendamping boleh duduk di sini Jo. Tapi Calon pengantin harus duduk di sini. Kalau tidak duduk di sini bagaimana dia bisa menikah?" ucap Jean dengan tersenyum.
"Apa maksudmu Jean? bukankah kamu yang akan menikah? kenapa harus aku yang ada di sini?" tanya Jonathan semakin tak mengerti dengan apa yang di lakukan Jean.
Dengan tubuh yang semakin lemas Jonathan memutar kursi rodanya berniat pergi dan tidak ingin terluka lagi.
Melihat Jonathan yang pergi dengan wajah terluka dan sedih, Nadia tidak bisa lagi menahan air matanya. Air mata Nadia mengalir deras di pipi, ikut merasakan luka dan sedihnya Jonathan.
"Tunggu Jonathan!" panggil Jean mendekati Jonathan.
Jonathan menatap Jean yang menghalangi jalannya.
"Ada apa? biarkan aku pergi." ucap Jonathan dengan suara hampir hilang di tenggorokannya.
"Kenapa kamu pergi? bagaimana seorang pengantin meninggalkan calon pengantin wanita sendirian di sana? kamu harus kembali dan duduk di sana Jo." ucap Jean seraya memegang kursi roda Jonathan.
Tubuh Jonathan tak bergerak dengan kedua matanya tak berkedip menatap wajah Jean.
"Apa yang kamu katakan?" tanya Jonathan dengan suara bergetar dan kedua matanya berkaca-kaca.
Nadia yang ikut mendengar ucapan Jean hanya bisa menutup mulutnya dengan airmata yang mengalir semakin deras di pipinya.
"Aku mengatakan yang sebenarnya, kamu harus duduk di sana. Kamu yang akan menikah dengan Nadia, dan aku yang akan menjadi pendampingmu Jo." ucap Jean dengan tersenyum kemudian mendorong kursi roda Jonathan kembali ke tempat di mana Nadia duduk.
Keringat dingin mulai membasahi kulit tubuh Jonathan.
Sungguh perasaan Jonathan tidak bisa mempercayai apa yang telah terjadi. Sejak pagi Jonathan sudah merasakan keanehan yang dia rasakan.
Bagaimana ibunya Jean memisahkan dia dan Nadia secara tiba-tiba hingga dia tidak bisa bertemu dengan Nadia, bahkan ponsel Nadia juga dimatikan. Kemudian hal yang aneh terjadi lagi saat dia tiba di salon, dia juga merasakan keanehan. Bagaimana dia harus memakai pakaian yang harus sewarna dengan orang tuanya. Dan sekarang, apa yang di katakan Jean sangat mengejutkan hatinya.
"Aku sungguh tak mengerti ini, kenapa kalian mempermainkan perasaanku dengan Nadia?" Tanya Jonathan dengan suara yang hampir hilang. Degup jantungnya berdetak sangat cepat seolah-olah tak bisa di kendalikan lagi.
"Dengar Jonathan, Momy yang akan menjelaskan nanti padamu. Sekarang kamu harus menikah lebih dulu dengan Nadia. Kasihan Penghulu sudah menunggu." Ucap Anne mendekati Jonathan yang masih terkejut dengan apa yang terjadi.
Tanpa bisa bicara apa-apa lagi akhirnya Jonathan mengikuti apa yang dikatakan ibunya.
Jonathan duduk di kursi rodanya di samping Nadia. Nadia dan Jonathan saling pandang dengan hati dan perasaan yang tak menentu.
Acara prosesi pernikahan Nadia dan Jonathan akan segera di mulai.
Nadia melihat Penghulu sedang mengajari Jonathan cara untuk mengucapkan ijab qobul.
Tanpa sengaja Nadia melihat sedikit keramaian di pintu masuk. Wajah Nadia berubah pucat saat melihat Ammer di hadang oleh penjaga di pintu masuk. Sepertinya penjaga itu melarang Ammer masuk. Nadia bertekad untuk pergi melihat Ammer, tapi Nadia mengurungkan niatnya saat melihat Darren bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Ammer dan penjaga pintu.
Nadia melihat penjaga pintu membawa Ammer pergi diikuti Darren.
"Kemana mereka pergi membawa Paman Ammer? apa Tuan Darren menyuruh penjaga itu untuk menyakiti Paman Ammer lagi?" Tanya Nadia dalam hati. Pikiran Nadia tidak konsentrasi pada pernikahannya, tapi tertuju pada Ayahnya yang di bawa Darren pergi.
Nadia semakin curiga dan sakit hati pada Darren yang selalu menyakiti dan menyiksa Ayahnya.
"Kenapa Tuan Darren tidak merasa kasihan pada Ayahku? mungkin saja Ayahku ke sini karena ingin melihat pernikahanku dengan Jonathan?" Ucap Nadia dengan perasaan sedih dan sakit hati.
Nadia menegakkan punggungnya saat melihat Darren masuk kembali ke gedung sendirian tanpa Ammer.
"Dimana Ayah? kenapa Tuan Darren tidak masuk bersama Ayah? apa Tuan Darren menyuruh Ayah pergi? Kenapa Tuan Darren sangat tega pada Ayah? Apa salah Ayahku? Aku sangat membencimu Tuan Darren! Aku akan membalas sakit hati Ayah dan Ibuku padamu Tuan Darren." Ucap Nadia dengan air mata mengalir di pipinya bersamaan terdengar seluruh orang yang ada di dalam gedung mengatakan SAH atas pernikahannya dengan Jonathan.
"Nona Nadia, sekarang anda sudah sah menjadi istri Tuan Jonathan. Silahkan Nona Nadia mencium punggung tangan Tuan Jonathan dan Tuan Jonathan mencium kening Nona Nadia.
Dengan perasaan sakit dan hati yang di liputi dendam Nadia mencium punggung tangan Jonathan dan berjanji akan membuat hidup Jonathan menderita seperti Tuan Darren yang membuat Ayahnya menderita.