MALAM TERAKHIR
MALAM TERAKHIR
Jonathan menganggukkan kepalanya.
"Bau tubuhmu sangat harum Nadia. Aku sangat menyukai aromanya." Ucap Jonathan dengan tatapan sendu dan sayu.
"Aku juga menyukai harum tubuhmu Jo." Ucap Nadia dengan tatapan lembut.
"Naiklah ke tempat tidur Nadia." Ucap Jonathan dengan tatapan memohon.
Tanpa menolak keinginan Jonathan, Nadia naik ke atas tempat tidur dan duduk di samping Jonathan.
"Kenapa kamu tidak berbaring Nad? Aku ingin tidur dalam pelukanmu." Ucap Jonathan menggenggam tangan Nadia.
Kembali Nadia tidak bisa menolak keinginan Jonathan.
Setelah Nadia berbaring, Jonathan memeluk Nadia dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Nadia.
"Tidurlah Jo." Ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan dengan penuh rasa sayang.
"Aku tidak bisa tidur Nad, aku takut tidak bisa bertemu kamu lagi setelah ini." Ucap Jonathan dengan suara pelan sambil memeluk Nadia dengan perasaan yang benar-benar sedih.
"Kenapa kamu bicara seperti itu Jo? kita masih bisa bertemu walau aku sudah menikah." ucap Nadia merasa kasihan melihat Jonathan yang benar-benar terluka.
Jonathan tidak membalas ucapan Nadia selain hanya menenggelamkan kepalanya dalam pelukan Nadia.
Dada Nadia semakin sesak melihat kesedihan Jonathan yang tak bisa di redam lagi.
Tiba-tiba Nadia bangun dari tidurnya dan turun dari tempat tidur.
Jonathan terkejut dan melihat ke arah Nadia yang mengambil ponsel dan sebuah headset di dalam tasnya.
"Jo, bangunlah...ayo kita ke balkon." ucap Nadia kemudian membantu Jonathan duduk di kursi roda.
Sambil menyelimuti tubuh Jonathan agar tidak kedinginan karena rentan sakit Nadia mendorong kursi roda Jonathan ke balkon.
"Ada apa kita ke sini Nadia?" tanya Jonathan tak mengerti dengan apa yang di inginkan Nadia.
"Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin berdua denganmu saja sambil menikmati lagu." ucap Nadia dengan tersenyum duduk di atas pangkuan Jonathan, kemudian memasang salah satu kabel headset di telinga Jonathan dan satunya Nadia pasang di telinganya.
"Kamu suka lagu apa Jo?" tanya Nadia sambil memegang ponselnya.
"Aku mencintaimu selamanya." ucap Jonathan dengan tatapan penuh.
"Aku tanya kamu suka lagu apa? bukan mengatakan cinta.". ucap Nadia dengan gemas.
"Iya Nadia, aku mencintaimu selamanya." ucap Jonathan dengan memicingkan matanya.
"Jonathan, aku tanya judul lagu." ucap Nadia lagi sambil menangkup wajah Jonathan.
"Nadia..aku sudah bilang aku memilih selamanya." ucap Jonathan dengan perasaan gemas kemudian mencubit hidung Nadia cukup keras.
"Auhh!! sakit Jo!!" teriak Nadia mengaduh sambil mengusap hidungnya.
"Siapa yang duluan membuatku gemas. Aku sudah bilang lagunya Aku mencintaimu selamanya." ucap Jonathan dengan tatapan gemas.
"Lagi? aku tidak dengar?" Ucap Nadia memang berniat menggoda Jonathan.
"Aku mencintaimu selamanya." ucap Jonathan dengan wajah serius.
"Aku juga mencintaimu selamanya." ucap Nadia membalas tatapan Jonathan dengan sangat dalam.
"Itu sebuah lagu Nadia bukan perasaanku." ucap Jonathan tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku tidak peduli. Aku hanya ingin membalas ucapanmu padaku." ucap Nadia dengan sebuah senyuman.
"Kamu masih saja menggodaku, walau tahu aku sedang sedih." ucap Jonathan dengan suara pelan.
"Aku tahu itu. Aku ingin menghiburmu. Aku tidak ingin melihatmu sedih." ucap Nadia dengan suara lembut dan tatapan yang sangat dalam.
"Kamu semakin membuatku sedih. Semakin tidak merelakan kamu menikah." ucap Jonathan dengan suara tercekat.
Nadia menelan salivanya, kemudian memeluk Jonathan dengan penuh perasaan.
"Maafkan aku Jo. Semua ini juga berat bagiku." ucap Nadia menangkup wajah Jonathan dengan tatapan sedih.
Dengan perasaan sakit Jonathan membalas pelukan Nadia berusaha untuk tenang dan menerima semua yang terjadi.
Cukup lama Jonathan dan Nadia saling berpelukan menenggelamkan perasaan pada kerinduan yang tak pernah berakhir.
"Jo." panggil Nadia setelah cukup lama berpelukan tanpa ada keinginan untuk saling melepaskan.
Nadia mengkerutkan keningnya saat panggilannya tidak membangunkan Jonathan yang masih memeluknya.
"Jonathan?" panggil Nadia lagi seraya mengangkat wajah Jonathan dengan perasaan cemas.
Nadia menangkup wajah Jonathan mengamati dengan tatapan cermat. Nadia mengambil nafas lega setelah mengetahui Jonathan hanya tertidur karena kelelahan.
"Kamu selalu membuatku cemas Jo." ucap Nadia menatap penuh wajah Jonathan dengan perasaan sedih.
Dengan penuh perasaan Nadia mengecup kening Jonathan dengan sangat lama, kemudian kembali menenggelamkan kepala Jonathan dalam pelukannya.
Sambil memeluk erat tubuh Jonathan, Nadia memejamkan matanya berusaha untuk tidur karena besok adalah hari yang melelahkan untuknya di mana dia harus menikah dengan Jean sahabatnya.
Namun semakin berusaha memejamkan matanya, perasaan Nadia semakin tidak tenang.
"Ya Tuhan, kenapa aku tidak bisa tidur?" tanya Nadia mengedipkan matanya sebentar kemudian melihat jam tangannya yang masih menunjukkan jam satu malam.
Udara semakin dingin, angin malam menembus kulit tubuhnya walau sudah berselimut tebal.
Nadia melihat wajah Jonathan yang dingin dan pucat.
"Sebaiknya aku membawa masuk Jonathan ke dalam." ucap Nadia kemudian turun dari pangkuan Jonathan dan mendorong pelan kursi roda Jonathan masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar, Nadia mengusap pelan wajah Jonathan untuk bangun sebentar agar dia bisa memindahkan Jonathan ke tempat tidur.
"Jonathan, bangunlah sebentar." panggil Nadia dengan suara pelan.
Jonathan membuka matanya dengan pelan dan melihat Nadia sedang menatapnya.
"Ada apa Nadia? kenapa kamu belum tidur? dan kenapa kita kembali ke dalam kamar?" tanya Jonathan sedikit terkejut saat melihat dia sudah kembali di dalam kamar.
"Udara di luar sangat dingin. Aku tidak mau kamu kedinginan. Karena itu aku membawamu masuk ke dalam. Kamu bisa melanjutkan tidurmu lagi." ucap Nadia dengan tatapan lembut.
Jonathan tidak membalas ucapan Nadia saat Nadia sudah mengangkat tubuhnya dengan kekuatan penuh.
"Semakin lama lenganmu akan semakin kuat Nadia. Kamu bisa seperti binaragawati kalau mengangkatku terus." ucap Jonathan setelah berbaring di tempat tidur.
"Tidak apa-apa, semakin kuat semakin baik bisa mengangkatmu tanpa mengeluarkan tenaga. Dan lagi sekarang kamu sedikit kurus aku tidak terlalu lelah melakukannya." ucap Nadia dengan tersenyum.
"Kalau begitu aku akan menguruskan badanku lagi agar kamu mudah untuk mengangkatku." ucap Jonathan dengan sebuah senyuman.
"Tidak! aku tidak akan membiarkannya. Badan kamu harus tetap seimbang dan sehat. Aku tidak akan pernah merasa lelah walau berat badan kamu naik sekalipun." ucap Nadia seraya mengusap wajah Jonathan.
"Hem...aku percaya kamu tidak akan lelah merawatku. Aku juga tidak akan lelah untuk selalu mencintaimu walau besok kamu bukan milikku lagi." ucap Jonathan dengan suara pelan menatap sedih wajah Nadia.
Nadia menelan salivanya, sungguh perasaannya sangat sedih mendengarkan ucapan Jonathan.
Dengan penuh cinta Nadia memeluk Jonathan dengan sangat erat seolah-olah tidak ingin berpisah.
"Hatiku sangat berat berpisah denganmu Jo." ucap Nadia dengan airmata mengalir di pipinya.