DENDAM DAN CINTA : Terbelenggu Hasrat cinta

CEMBURU



CEMBURU

3"Gladys, Jean, sebaiknya aku dan Jonathan balik sekarang. Aku harus mengantar Jonathan pulang. Gladys jangan lupa besok kamu harus menjadi pendamping Jean." ucap Nadia segera menyela pembicaraan Jonathan dan Gladys seraya mendorong kursi roda Jonathan keluar dari kamar Jean.     

"Nadia aku belum selesai bicara dengan Gladys! Kenapa kamu mengajakku keluar? Aku ingin tahu apa yang diajarkan Jonathan padamu?" ucap Jonathan berusaha menghentikan kursi rodanya.     

"Itu hal yang tidak penting Jo, sebaiknya kita pulang. Sekarang sudah malam." ucap Nadia masih mendorong kursi roda Jonathan kekuar rumah sakit.     

"Nadia!! tunggu!! aku masih mau bicara denganmu! kita bicara dulu!" ucap Jonathan sudah tidak bisa menahan rasa cemburunya.     

Dengan menahan sabar Nadia berdiri di tempatnya dan menatap wajah Jonathan yang sudah merah padam.     

"Ada apa Jo? kenapa kamu jadi marah? Jean tidak pernah mengajari aku hal yang jelek." ucap Nadia dengan tatapan sungguh-sungguh.     

"Jawab saja pertanyaanku, hal yang tidak benar apa yang diajarkan Jonathan padamu? tidak mungkin Gladys bercanda tentang hal itu." ucap Jonathan dengan tatapan serius.     

"Kamu selalu cemburu pada Jean, hal itu sudah lama. Saat itu Jean mentraktirku makan di restoran. Dan aku melihat berita tentang kamu di televisi kalau kamu koma karena keracunan makanan." ucap Nadia dengan tenang.     

Kening Jonathan berkerut.     

"Lalu hubungannya apa kamu melakukan hal yang tidak benar dengan berita tentang aku?" tanya Jonathan tak mengerti.     

"karena melihat berita kamu itu, aku jadi merasa bersalah dan stress. Akhirnya aku minta Jean untuk pesan minuman beralkohol. Kita minum berdua dan mabok." ucap Nadia dengan jujur.     

"Kalian berduaan mabok dan kalian melakukan hal itu?" ucap Jonathan dengan tatapan serius.     

"Tentu tidak Tuan Jonathan... hanya aku yang mabuk. Jean membawa aku pulang dan di marahi Gladys, berpikir kalau Jean yang mengajak aku mabuk. Begitu ceritanya Tuan Jonathan?" ucap Nadia sambil mencubit kedua pipi Jonathan dengan cemas.     

Setelah mendengar cerita Nadia wajah Jonathan menjadi merah karena malu.     

"Bagaimana Tuan Jonathan? apa kita bisa pulang sekarang?" ucap Nadia sambil menangkup wajah Jonathan dengan tatapan gemas.     

Tanpa menjawab ucapan Nadia, Jonathan mendorong sendiri kursi rodanya ke arah keluar rumah sakit.     

Nadia hanya tersenyum melihat keras kepala Jonathan tapi mempunyai hati yang lembut dan sensitif.     

Dalam perjalanan pulang, Jonathan hanya diam saja. Merasa hari-hari bahagianya akan segera berakhir.     

Nadia melihat beberapa kali ke arah Jonathan yang tetap bergeming di tempatnya sambil melihat ke arah luar jendela.     

"Jo." panggil Nadia setelah sampai di depan rumah Jonathan tetap bergeming di tempatnya.     

"Jonathan." panggil Nadia lagi kali ini menyentuh bahu Jonathan.     

Jonathan tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arah Nadia.     

"Apa kita sudah sampai?" tanya Jonathan dengan tatapan sayu.     

"Sudah dari tadi Tuan Jonathan, lihat Tuan Marcos sudah berdiri di pintu mobil untuk membantumu." ucap Nadia sambil menggenggam tangan Jonathan yang dingin.     

"Ya....aku minta maaf." ucap Jonathan dengan suara pelan.     

Kening Nadia mengkerut mendengar Jonathan minta maaf. Tidak biasanya Jonathan dengan mudah meminta maaf apalagi bukan masalah besar.     

"Ayo... kita keluar Jo." ucap Nadia seraya membuka pintu mobil.     

Dengan di bantu Marcos, Nadia memindahkan Jonathan ke kursi roda.     

"Terima kasih Tuan Marcos." ucap Nadia setelah Jonathan duduk di kursi rodanya.     

Marcos menganggukkan kepalanya kemudian meninggalkan Nadia dan Jonathan.     

Dengan pelan Nadia mendorong kursi roda Jonathan membawa masuk ke dalam rumah.     

"Nadia, apa kamu langsung kembali ke rumah sakit?" tanya Jonathan ingin sekali Nadia tinggal. Hanya tinggal satu hari dia bisa bersama Nadia, setelah itu entahlah. Dia bisa bertahan hidup atau tidak.     

"Kenapa Jo?" Tanya Nadia seraya membawa Jonathan ke kamarnya di lantai atas.     

Jonathan terdiam merasa ragu untuk mengatakan keinginannya.     

"Jo, ada apa?" Tanya Nadia lagi sambil membuka pintu dan membawa masuk Jonathan ke dalam kamar.     

"Aku tidak yakin kamu bisa memenuhi keinginanku." Ucap Jonathan benar-benar merasa tersiksa dengan perasaannya.     

"Katakan dulu apa keinginanmu." Ucap Nadia seraya memindahkan Jonathan ke tempat tidur.     

Kembali Jonathan diam merasa ragu mengatakannya.     

"Jadi? Apa kamu masih ragu untuk mengatakannya?" Tanya Nadia menatap penuh wajah Jonathan.     

"Aku ingin kamu tinggal di sini malam ini sampai besok siang. Setelah itu kita baru akan bertemu saat kamu menikah." Ucap Jonathan dengan tatapan serius.     

Nadia menatap dalam wajah Jonathan tanpa bisa menjawabnya.     

"Nadia, apa kamu keberatan?" Tanya Jonathan dengan tatapan penuh harap.     

"Bagaimana aku bisa menolak permintaan dari kamu Jo?" Ucap Nadia seraya mengusap lembut wajah Jonathan.     

Jonathan tersenyum bahagia menarik pinggang Nadia dan memeluknya dengan erat.     

"Aku mencintaimu Nadia." Ucap Jonathan dengan memejamkan mata merasakan hangatnya pelukan Nadia.     

Cukup lama Nadia membiarkan Jonathan memeluknya.     

"Apa kamu ingin memelukku sampai besok siang?" Tanya Nadia berniat menggoda Jonathan.     

Dengan perasaan malu Jonathan melepas pelukannya.     

"Apa kamu tidak suka aku peluk Nadia?" Tanya Jonathan dengan bibir cemberut.     

"Bukan karena tidak suka Jo, tapi kamu belum mandi dari tadi pagi. Kamu harus aku rawat dulu biar harum." Ucap Nadia dengan tersenyum.     

"Apa badanku bau Nadia?" Tanya Jonathan semakin malu pada Nadia.     

"Tidak Jo, kamu tahu kan aku selalu menyukai harum badanmu." Ucap Nadia seraya melepas kancing kemeja Jonathan.     

"Hem... benarkah? Kamu tidak hanya ingin menyenangkan hatiku saja kan?" Tanya Jonathan dengan tatapan penuh.     

"Aku sungguh-sungguh Jo." Ucap Nadia kemudian bangun dari duduknya untuk mengambil sebaskom air dan handuk kecil yang kering.     

Sambil membawa sebaskom air hangat dan handuk kecil, Nadia membersihkan badan Jonathan dengan perasaan sayang.     

Setelah membersihkan badan Jonathan dan memakaikan pakaian bersih, Nadia berniat pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.     

"Nadia, kamu mau kemana?" Tanya Jonathan dengan tatapan rumit.     

"Aku tidak akan kemana-mana. Aku hanya mau mandi di kamarku, setelah itu aku kembali ke sini lagi. Kamu istirahat saja, sekarang sudah malam." Ucap Nadia dengan tersenyum kemudian meninggalkan kamar.     

Sambil menunggu Nadia mandi, Jonathan mengirim pesan pada Lembaga yang mengurus akan kematiannya. Jonathan sudah membulatkan tekad mendaftarkan kematiannya dalam waktu dekat.     

"Mungkin ini lebih baik, setelah Nadia menikah aku akan pergi untuk selamanya." Ucap Jonathan sambil mengirim pesannya.     

Dengan memejamkan matanya Jonathan mengingat kenangannya saat bersama Nadia.     

"Apa kamu sudah tidur Jo." Tiba-tiba terdengar suara Nadia sudah ada di sampingnya.     

Perlahan kedua mata Jonathan terbuka menatap Nadia yang sudah ada di hadapannya.     

"Kamu sudah selesai mandi? Kamu terlihat segar." Ucap Jonathan dengan suara pelan.     

"Hem... apa kamu merasakan bau harum tubuhku?" Tanya Nadia seraya mengusap wajah Jonathan yang tampan.     

Jonathan menganggukkan kepalanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.