KEPUTUSAN FINAL
KEPUTUSAN FINAL
"Nadia, kenapa kamu tidak menunggu Ayah dan Ibu datang? kata Jean kamu pergi ke kantin? Ibu sudah membawa makanan untuk kamu." ucap Valerie seraya bangun dari duduknya dan mendekati Nadia yang memegang kursi roda Jonathan.
"Tuan Jonathan anda disini juga? bagaimana kabar Nyonya Anne dan Tuan Darren? mereka baik-baik saja kan?" tanya Valerie dengan ramah.
"Jangan panggil aku Tuan, Nyonya Valerie. Panggil saja aku Jonathan, karena aku tidak jauh beda dengan Nadia." ucap Jonathan dengan tersenyum tipis.
"Ayo Nadia, duduk bersama Ibu, biar Jonathan mengobrol dengan Jean." ucap Valerie saya mengambil alih kursi roda Jonathan dan membawanya ke tempat Jean.
Nadia tidak bisa menolak keinginan Ibunya Jean, dengan perasaan gugup Nadia duduk di samping Valerie.
"Dengarkan Ibu, Nadia. Acara pernikahan kamu Minggu besok akan tetap dilaksanakan. keadaan Jean sudah membaik dan Ibu harap kamu sudah siap dengan pernikahan itu." ucap Valerie sambil menggenggam tangan Nadia.
"Tapi Bu, bukankah Jean masih membutuhkan waktu untuk beristirahat? aku tidak ingin terjadi sesuatu pada kesehatan Jean." ucap Nadia mencari alasan yang tepat untuk memundurkan acara pernikahan.
"Kesehatan Jean tidak ada masalah Nadia, tadi Dokter sudah memeriksa keadaan Jean. Lengan Jean saja yang masih harus di gips, jadi tidak ada alasan lagi untuk memundurkan pernikahan kalian." ucap Valerie dengan tersenyum.
"Baiklah Bu, kalau itu sudah yang terbaik untuk kita berdua." ucap Nadia tidak bisa lagi membantah ucapan Ibunya Jean.
Tidak seperti dalam bayangan Nadia kalau dia akan mempertahankan hubungannya dengan Jonathan. Namun disaat orang tuanya Jean sudah bicara Nadia hanya bisa menganggukkan kepalanya.
"Tuan Jonathan." Valerie pada Jonathan yang sedang bicara dengan Jean.
Jonathan menoleh ke arah Valerie, kemudian memutar kursi rodanya menghampiri Valerie dan Nadia.
"Ada apa Nyonya Valerie?" tanya Jonathan dengan wajah serius menatap Valerie yang sedang menatapnya dengan sebuah senyuman.
"Kemarilah mendekat padaku." ucap Valerie seraya menarik pelan kursi roda Jonathan.
Jonathan mengangkat wajahnya merasa tidak enak dengan tatapan dan senyuman Valerie.
"Aku sudah berpikir kalau aku akan minta tolong pada anda juga pada Gladys untuk pernikahan Nadia besok dengan Jean. Anda dan Gladys akan mendampingi Nadia dan Jean berpakaian seperti pasangan pengantin juga." ucap Valerie menatap Jonathan dengan tatapan penuh.
Wajah Jonathan seketika berubah, terlihat gelisah dan pucat. Bagaimana bisa dia mendampingi Nadia dan Jean saat menikah.
Tentu perasaannya akan lebih terluka dengan mendampingi mereka.
"Bagaimana Tuan Jonathan? Anda mau kan? aku berharap Tuan Jonathan bisa mendampingi Nadia dan Jean." ucap Valerie dengan tatapan memohon.
Melihat kedua mata Valerie yang menatapnya dengan tatapan penuh harap Jonathan tidak tega untuk menolaknya.
"Baiklah Nyonya Valerie, akan aku usahakan untuk mendampingi Nadia dan Jean saat menikah besok." ucap Jonathan dengan perasaan berat.
Mendengar jawaban Jonathan, Nadia ikut merasakan kesedihan Jonathan. Bagaimana dia bisa melihat wajah sedih Jonathan dan seolah-olah tidak ada hubungan di antara mereka.
"Syukurlah kalau Tuan Jonathan bersedia untuk mendampingi Nadia dan Jean. Aku sangat bahagia sekali, sekarang aku sangat lega bisa melihat Nadia dan Jean bahagia. Dan semuanya bahagia." ucap Valerie dengan tersenyum.
Jonathan hanya tersenyum dan menangis dalam hati, seraya menatap Nadia yang juga menatapnya.
"Baiklah, karena sudah ada kalian berdua yang menjaga Jean, Ayah dan Ibu akan pulang sekarang mempersiapkan pernikahan besok." ucap Valerie dengan tersenyum bangun dari duduknya.
"Tuan Jonathan, Nadia. Tolong jaga Jean, Ayah dan Ibu pulang dulu." ucap James ikut bangun dari duduknya mengikuti Valerie yang berjalan keluar kamar.
Nadia menghela nafas panjang menatap ke arah Jonathan yang diam di kursi rodanya.
"Nadia, kemarilah." panggil Jean saat Nadia ingin mendekati Jonathan.
Dengan menahan nafas Nadia mendekati Jean.
"Ada apa Jean? Aku baru saja mau mau menghibur hati Jonathan." ucap Nadia tidak bisa berbohong di hadapan Jean.
"Aku hanya mau bicara sebentar saja." ucap Jean seraya berusaha duduk namun bahunya ketarik hingga Jean mengaduh kesakitan.
"Auuhhh!"
"Jean!!" panggil Nadia seraya memegang bahu Jean yang terluka.
"Apa kamu tidak apa-apa Jean?" tanya Nadia dengan tatapan cemas.
"Aku tidak apa-apa, kamu tidak perlu cemas seperti itu." ucap Jean dengan tersenyum saat Nadia memegang bahunya.
"Kenapa kamu malah tersenyum?" tanya Nadia dengan kening berkerut.
"Ada seseorang yang sedang menahan cemburu, kalau kamu ingin tahu. Karena itulah aku tertawa." ucap Jean sambil melihat ke arah Jonathan yang sedang membaca koran terbalik.
Melihat Jean melihat ke arah Jonathan, Nadia mengarahkan pandangannya ke Jonathan yang sedang membaca koran terbalik.
"Ya Tuhan! Jonathan?!! lalu dia sedang baca apa?" tanya Nadia sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jean, kamu tadi mau bicara apa?" tanya Nadia beralih menatap Jean.
"Aku hanya mau bilang, untuk acara pernikahan kita sebaiknya kamu jangan bersedih harus terlihat bahagia." ucap Jean mengingatkan Nadia.
"Bagaimana kamu bisa bicara seperti itu Jean? bagaimana aku bisa tersenyum kalau kita menikah berdasarkan sandiwara? apalagi disaat kita menikah ada Jonathan? kamu bisa bayangkan bagaimana perasaanku dan Jonathan?" ucap Nadia dengan suara pelan sambil melihat ke arah Jonathan yang masih membaca koran terbalik.
"Tenanglah Nadia, semua akan baik-baik saja. Semua yang terjadi hanya sebuah ujian saja." ucap Jean dengan wajah serius.
"Ujian yang sangat menyakiti hati semua orang." ucap Nadia seraya mengusap wajahnya.
"Kamu harus bisa tenang Nadia. Percayalah padaku kalau semua akan baik-baik saja." ucap Jean seraya menggenggam tangan Nadia.
"Ehem... Hem..." terdengar suara Jonathan berdehem sambil mencengkram kuat koran yang di pegangnya saat tahu Jean menggenggam tangan Nadia.
Jean dan Nadia saling pandang kemudian tersenyum.
"Pergilah Nad, tenangkan hati Jonathan biar tenang. Dan bilang padanya kalau baca koran jangan terbalik." ucap Jean dengan tersenyum.
Nadia tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya.
Dengan pandangan yang tak lepas menatap wajah Jonathan, Nadia mendekati Jonathan dan duduk di samping kursi roda Jonathan.
"Jo." panggil Nadia setelah duduk dengan tenang.
"Hem, ada apa ke sini?" tanya Jonathan masih fokus membaca korannya tanpa melihat ke arah Nadia.
"Ada berita apa hari ini Jo?" tanya Nadia dengan serius.
Jonathan menoleh sekilas menatap Nadia kemudian kembali fokus membaca korannya.
"Berita tentang seorang pria bunuh diri jatuh dari hotel tingkat dua puluh." Ucap Jonathan menjawab asal dengan suara datar.
"Benarkah Jo? aku rasa kamu sangat hebat Jo. Bisa membaca koran terbalik." ucap Nadia dengan tatapan gemas.
"Apa!! terbalik?!!" ucap Jonathan dengan kening berkerut mengamati koran yang di pegangnya.