HAMPIR SAJA
HAMPIR SAJA
Hasrat yang dia rasakan hampir saja menguasai kesadarannya.
Nadia menatap Jonathan yang sedang menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan.
"Maafkan aku Nadia, aku hampir saja menghancurkan masa depanmu." ucap Jonathan dengan kedua matanya berkaca-kaca, sungguh dia hampir saja melakukannya dengan Nadia.
"Tenangkan hatimu Jo, kita belum melakukannya. Kita harus lebih berhati-hati lagi agar kita tidak terlena dengan hasrat kita itu." ucap Nadia mengusap wajah Jonathan dengan perasaan malu karena telah membiarkan Jonathan berbuat sedikit lebih berani padanya.
Jonathan menghela nafas panjang tidak bisa memaafkan dirinya sendiri jika hal itu benar-benar terjadi.
"Seandainya aku benar-benar melakukan hal itu padamu. Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri Nadia." ucap Jonathan dengan suara parau.
"Cukup Jo, jangan di ingat lagi. Bukan kamu yang salah. Aku yang salah karena aku yang melakukannya." ucap Nadia dengan perasaan malu karena dia yang berperan aktif karena Jonathan hanya bermain dengan tangan dan bibirnya saja.
"Tapi aku yang memulainya. Aku yang membuatmu melakukan hal itu." Ucap Jonathan semakin gelisah dengan rasa bersalahnya.
"Cukup Jo, kamu jangan seperti ini. Kita sama-sama bersalah, tapi kita belum terlanjur Jo. Kita masih belum melakukannya." ucap Nadia memeluk Jonathan agar bisa tenang.
Jonathan terdiam dalam pelukan Nadia merasa sesak dengan perasaan cintanya juga hubungannya dengan Nadia.
"Sebaiknya kita pergi ke rumah sakit sekarang. Kamu ikut denganku saja agar kamu tidak merasa sendiri disini. Di sana ada Gladys yang bisa kita ajak bicara." ucap Nadia tidak ingin meninggalkan Jonathan sendirian dalam kesedihan.
"Apa aku tidak akan mengganggumu? kamu pasti akan menghabiskan waktumu untuk menjaga Jean." ucap Jonathan tidak bisa tahan melihat Nadia kekasihnya harus menjaga Jean.
"Kenapa kamu bicara seperti itu? tentu aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk kita, karena aku mencintaimu." ucap Nadia dengan sungguh-sungguh.
Jonathan menghela nafas lagi berusaha untuk bersabar dan menunggu adanya keajaiban.
"Kita berangkat sekarang ya Jo? kamu mau kan?" tanya Nadia dengan tatapan penuh harap.
"Baiklah." ucap Jonathan akhirnya mengalah ikut Nadia ke rumah sakit walau Jonathan tahu hatinya pasti akan terluka lagi.
Nadia bernapas lega setelah Jonathan setuju untuk ikut dengannya.
Dengan penuh rasa sayang Nadia membantu Jonathan untuk duduk di kursi roda dan mengganti pakaian Jonathan dengan kemeja yang bersih.
Setelah selesai mempersiapkan Jonathan, Nadia mendorong kursi roda Jonathan dan membawanya keluar rumah.
"Kita ke rumah sakit naik apa Nadia? dan kamu ke sini tadi naik apa?" tanya Jonathan seraya mengedarkan pandangannya dan melihat sebuah motor di dekat taman.
"Aku naik motor itu, dan kamu bisa naik mobil. Aku akan menunggumu di depan rumah sakit." ucap Nadia seraya memanggil Marcos untuk mengantar Jonathan.
"Sebaiknya kamu ikut denganku saja, biar nanti Marcos yang mengurus motormu." ucap Jonathan tidak ingin jauh dari Nadia.
"Baiklah, terserah kamu saja." ucap Nadia kemudian mobil Marcos datang menghampiri.
"Selamat pagi Nona Nadia,Tuan Jonathan. Ini masih sangat pagi sekali, memang anda berdua mau kemana?" tanya Marcos sambil melihat jam tangannya yang masih menunjukkan pukul jam tiga pagi.
"Kita mau ke rumah sakit Tuan Marcos. Jean mengalami kecelakaan semalam." ucap Nadia dengan tatapan sedih.
Seketika wajah Marcos terkejut mendengar Jean mengalami kecelakaan dan itu berarti rencana yang telah disepakati oleh keluarga Jean dan Anne akan menjadi berantakan.
"Maafkan aku, Nona Nadia, Tuan Jonathan sepertinya aku tidak bisa mengantar kalian ke rumah sakit. Aku akan meminta Duck untuk mengantar kalian." ucap Marcos seraya mengambil ponselnya untuk menghubungi Duck untuk mengantar Nadia dan Jonathan.
Setelah menghubungi Duck, beberapa saat kemudian Duck keluar dengan mobilnya dari garasi menghampiri Marcos.
"Duck, tolong antar Nona Nadia dan Tuan Jonathan ke rumah sakit." ucap Marcos pada Duck yang masih terlihat sangat mengantuk.
Duck menganggukkan kepalanya kemudian membuka pintu dan membantu Jonathan masuk ke dalam mobil.
Setelah mobil Duck berangkat, Marcos berlari masuk ke dalam rumah membangunkan Anne.
"Tok...Tok...Tok"
"Nyonya Anne... Nyonya Anne!" panggil Marcos berulang-ulang.
Tidak lama kemudian setelah Marcos beberapa kali memanggil nama Anne dan mengetuk pintu. Perlahan pintu kamar terbuka terlihat Anne dan Darren berdiri di pintu.
"Nyonya Anne, Tuan Darren. Sepertinya kita menghadapi masalah besar." ucap Marcos dengan wajah terlihat tegang.
"Masalah apa Marcos? Kenapa kamu terlihat begitu tegang?" tanya Anne kemudian mengajak Marcos ke ruang kerja diikuti Darren.
"Duduklah dan katakan sekarang masalah apa yang kita hadapi? bukankah dari kemarin keadaan semua baik-baik saja?" ucap Anne dengan kening berkerut.
"Baru saja Nona Nadia dan Tuan Jonathan pergi ke rumah sakit, untuk melihat keadaan Tuan Jean. Tuan Jean mengalami kecelakaan semalam karena menyelamatkan Nona Nadia." ucap Marcos dengan wajah serius.
Untuk sesaat Anne dan Darren hanya terdiam mendengar cerita Marcos tentang terjadinya kecelakaan Jean.
"Apakah keadaan Jean sangat parah?" tanya Anne dengan tatapan rumit.
"Aku tidak tahu Nyonya Anne, karena aku tidak terlalu banyak bertanya pada Nona Nadia. Sebaiknya Nyonya Anne bertanya pada Nyonya Valerie atau Tuan James." ucap Marcos ikut merasa cemas.
"Baiklah Marcos, terima kasih kamu telah memberitahukan hal ini secepatnya. Aku akan bicara pada Valerie dan James." ucap Anne kemudian menatap suaminya Darren yang lebih banyak diam daripada bicara.
***
Di rumah sakit...
Duck membantu Jonathan duduk di kursi rodanya kemudian meninggalkan rumah sakit atas permintaan Jonathan.
"Di mana kamar Jean?" tanya Jonathan saat Nadia mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah sakit.
"Sebentar lagi kita akan sampai Jo." ucap Nadia mendorong kursi roda Jonathan dengan menahan kantuk.
"Apa kamu mengantuk?" tanya Jonathan melihat Nadia beberapa kali menguap
Nadia menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Duduklah di sini." ucap Jonathan meminta Nadia duduk di atas pangkuannya.
Wajah Nadia memerah mendengar ucapan Jonathan.
"Tidak usah Jo, tidak perlu. Ini di rumah sakit malu kalau ada orang lewat." ucap Nadia sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Tidak apa-apa, sekarang masih pagi tidak banyak orang yang lewat di sini." ucap Jonathan mengulurkan tangannya agar Nadia duduk di atas pangkuannya.
Tidak ingin membuat Jonathan kecewa, A
akhirnya Nadia menyambut uluran tangan Jonathan dan duduk di atas pangkuannya.
Dengan pelan, Jonathan menekan tombol otomatis kursi rodanya dan mengarahkan ke arah tempat di mana kamar Jean berada.
"Tidurlah kalau kamu mengantuk." ucap Jonathan dengan suara pelan.
Nadia menganggukkan kepalanya. Sambil memeluk leher Jonathan Nadia menyadarkan kepalanya di dada Jonathan.